Senin, 28 Mei 2012

Kanker Serviks Bisa Dicegah


Kanker leher atau mulut rahim dapat dicegah sejak dini, termasuk tidak berhubungan seksual dengan banyak pria.

Kanker serviks bisa dicegah (Dok:ladycarehealth.com)
JAKARTA - Kanker serviks adalah salah satu kanker yang paling banyak dialami kaum Hawa. Di Indonesia, diperkirakan satu perempuan meninggal setiap jam akibat terkena kanker leher atau mulut rahim ini. Setiap tahun, terdeteksi lebih dari 15 ribu kanker serviks di Indonesia. Sebanyak 8.000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian.

Dan, data Badan Kesehatan Dunia menyebutkan: jumlah penderita kanker serviks di Indonesia adalah yang terbesar di dunia.

Kanker serviks dapat dicegah sejak awal. Dr. Indrawati Dardiri Sp OG, kepada Antara, di Jakarta, Sabtu (5/5), mengatakan kanker serviks bisa dicegah sejak dini. dengan melakukan berbagai upaya pencegahan.

"Salah satunya adalah tidak berhubungan seksual dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan," kata spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan ini.

Dia menambahkan, bila sudah menikah menikah atau aktif secara seksual, perempuan wajib memelihara kesehatan tubuh, rutin melakukan pap smear, dan berhenti merokok.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini.

Dr. Indrawati juga menegaskan, memperbanyak konsumsi sayuran berwana hijau tua dan kuning juga perlu. Pasalnya, kedua jenis sayuran tersebut mengandung banyak beta karoten, vitamin C dan E yang ampuh menangkal kanker.

Disebut kanker leher rahim karena kanker terjadi di bagian leher rahim antara vagina dan rahim. Penyebab kanker serviks adalah HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia.

HPV menimbulkan kutil pada pria maupun perempuan. Termasuk pula kutil pada bagian kelamin yang disebut kondiloma akuminatum. Dari ratusan jenis HPV, hanya beberapa yang bisa menyebabkan kanker.

Sumber: SHNews.co.

Minggu, 27 Mei 2012

Sigmoidoskopi untuk Kanker Usus


Studi: sigmoidoscopy fleksibel, sederhana, dan murah dapat mengurangi risiko kanker usus besar.

JAKARTA – Satu lagu studi baru yang membawa harapan bagi para penderita kanker usus besar. Penelitian baru menemukan sebuah pemeriksaan sederhana lagi murah di bagian bawah usus dapat memotong risiko terkena kanker usus besar atau sekarat karena penyakit tersebut.

(Foto/Dokfunnyshirtz.info)
Selama ini, banyak dokter menyarankan tes lengkap, colonoskopy. Tetapi, tidak sedikit pasien yang menolak dengan alasan mahal dan tidak menyenangkan.

Nah, studi baru ini, seperti dilaporkan AP, Senin (21/5), menunjukkan tes sederhana yang lebih fleksibel yang disebut sigmoidoscopy, bisa menjadi pilihan yang baik. Meski tampaknya seperti mamogram, yakni pemeriksaan hanya satu payudara, para ahli mengatakan bahwa bahkan pemeriksaan usus parsial lebih baik daripada tidak sama sekali.

Sigmoidoscopy adalah pemeriksaan dengan alat berupa kabel seperti kabel kopling yang memiliki alat penunjuk dengan cahaya di ujungnya dan bisa diteropong. Sigmoidoscope dimasukkan melalui lubang dubur ke dalam rektum sampai kolon hingga dapat melihat dinding dalam rektum dan kolon. Bila ditemukan polip, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan keganasannya.

Disebutkan, pemeriksaan ini “adalah salah satu tes terbaik yang dapat dilakukan.”

Penelitian ini dipublikasikan secara online oleh New England Journal of Medicine, Senin, mengutip FoxNews.com, dan akan dipresentasikan dalam konferensi penyakit pencernaan di San Diego, Amerika Serikat.

Kanker kolorektal adalah penyebab utama kedua kematian akibat kanker di Amerika Serikat dan ke-empat di seluruh dunia. Diperkirakan ada lebih dari 143.000 kasus baru dan 52.000 kematian akibat kanker usus besar di AS saja.

Orang berusia 50 sampai 75 tahun yang rata-rata berisiko kanker usus besar dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan, tetapi hanya 60 persen yang melakukan itu. Penasihat Pemerintah merekomendasikan salah satu dari tiga metode: tes tinja darah tahunan, sigmoidoskopi setiap lima tahun plus tes tinja setiap tiga tahun, atau kolonoskopi sekali dalam delapan tahun.

Dalam kolonoskopi, sebuah tabung tipis dengan kamera kecil mengeker melalui usus besar. Alat ini dapat menghapus atau memeriksa kanker. Pasien dibius dahulu, tetapi perlu banyak minum sehari sebelumnya untuk membersihkan usus.

Sigmoidoskopi bukan pilihan yang populer di Negeri Paman Sam, tetapi paling sering digunakan di Inggris. Alat ini juga menggunakan tabung tipis dengan kamera kecil yang bisa dilakukan di ruangan praktik dokter biasa dengan persiapan yang jauh lebih sederhana. Biayanya berkisar $150 sampai $300. Bandingkan dengan ongkos kolonoskopi yang menguras kantong $1.000 sampai $2.000.

Sigmoidoskopi punya satu kelemahan: dilakukan tanpa anestesi. Tes ini biasanya tidak menyakitkan, tetapi pasien merasa kram dan beberapa ketidaknyamanan, kata Dr. Durado Brooks, ahli kanker usus besar dari American Cancer Society.

Polip di kolon (Dok:WebMD.com)
Alat ini juga hanya melihat sepertiga bagian bawah usus besar, “tapi itu adalah wilayah yang menjadi tempat berkembangnya setengah polip dan kanker,” ujar Brooks.

Studi baru, yang dipimpin oleh Dr. Robert Schoen dari University of Pittsburgh Medical Center, menguji seberapa baik kerja sigmoidoskopi.

Dari 1993 sampai 2001, sekitar 155.000 orang berusia 55 sampai 75 tahun ditugaskan melakukan pengujian lingkup sederhana pada awal penelitian dan perawatan tiga sampai lima tahun kemudian atau melakukan skrining biasa dengan cara apa pun sesuai keinginan mereka atau dokter mereka. Setiap pasien yang menunjukkan hasil yang mencurigakan segera dikirim untuk kolonoskopi.

Setelah masa tindak lanjut sekitar 12 tahun, ada 21 persen lebih sedikit kasus kanker usus besar dan 26 persen kematian yang lebih sedikit dari kelompok yang ditugaskan menjalani sigmoidoskopi.

Dari pasien kanker dalam kelompok itu, sebanyak 243 kasus tertangkap oleh sigmoidoskopi (banyak lainnya ditemukan karena gejala atau tes lain).

Para peneliti memperkirakan bahwa 97 lebih kanker akan terdeteksi melalui kolonoskopi sebagai metode skrining utama, bukan ujian lingkup sederhana, kata Dr Christine Berg, salah satu pemimpin penelitian yang juga Kepala Penelitian Deteksi Dini di National Cancer Institute, yang mensponsori studi.

"Pendapat saya adalah bahwa tidak ada keraguan bahwa kolonokcopi akan lebih baik dalam mendeteksi kanker lebih total," kata dia. "Sebuah sigmoidoskopi dapat digunakan dalam situasi ketika orang takut melakukan persiapan usus atau ketika anestesi adalah risikonya,” dia menambahkan.

Dalam studi tersebut, sekitar setengah dari kelompok yang ditugaskan melakoni perawatan biasa akhirnya melakukan beberapa pemeriksaan kanker juga. Itu jauh dari harapan pemimpin studi dan bisa mengurangi manfaat sebenarnya dari sigmoidoskopi dalam kelompok skrining, Dr John Inadomi dari University of Washington di Seattle menulis dalam sebuah editorial di jurnal medis.

Pilihan tes yang diambil pasien harus dihormati, dia menambahkan. “Dalam hal ini, tes terbaik adalah tes yang bisa dilakukan.”

Sumber: SHNews.com

Sabtu, 26 Mei 2012

Mendengkur Berisiko Kanker


Peneliti AS menunjukkan orang yang mendengkur berisiko lebih tinggi meninggal dunia lantaran kanker.

(Dok:reviews.com)
JAKARTA – Mendengkur tidak saja mengganggu pasangan atau orang yang tidur di sebelah Anda. Mengorok juga membawa Anda pada risiko kesehatan yang perlu mendapat perhatian.

Mengutip Daily Mail, Senin (21/5), para peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, menemukan orang yang mendengkur berisiko lebih tinggi meninggal dunia karena kanker.

Berdasarkan kajian tidur terhadap 1.522 orang selama 22 tahun, peneliti menemukan dengkuran halus 0,1 lebih mungkin meninggal akibat kanker dibandingkan mereka yang tidak mendengkur. Tapi, orang yang mengorok dengan suara sedang dua kali lebih mungkin meninggal dunia karena kanker. Sedangkan, pendengkur berat meningkatkan risiko kematian akibat kanker hingga 4,8 kali.

Sebelumnya tes laboratorium pada tikus telah menunjukkan bahwa kelaparan oksigen—yang dapat disebabkan oleh mendengkur-- mempromosikan pertumbuhan tumor.

"Konsistensi bukti dari percobaan hewan dan bukti baru pada manusia sangat menarik,” ucap Dr. Javier Nieto yang memimpin studi baru ini.

Sebagian udara  terhambat (Dok:21stcenturydental.com)
Mendengkur adalah gangguan tidur dalam bentuk napas berhenti lebih dari 10 detik karena saluran napas tertutup atau menyempit atau sering disebut apnea. Saluran napas tertutup atau menyempit karena lidah turun dan otot serta jaringan lunak saluran pernafasan mengendur.

Dia menambahkan, “Yang kita lakukan adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan antara gangguan pernapasan saat tidur (SDB) dan kenaikan risiko kematian karena kanker dalam sampel berbasis populasi.

"Jika hubungan antara SDB dan kematian karena kanker divalidasi dalam studi lebih lanjut, diagnosis dan pengobatan SDB pada pasien dengan kanker mungkin diindikasikan untuk memperpanjang kelangsungan hidup," Dr. Nieto menambahkan.

Penemuan ini dipresentasikan pada konferensi internasional American Thoracic Society di San Francisco. Temuan ini juga akan diterbitkan dalam American Journal of Medicine Respiratory Critical Care.

Para ilmuwan membuat penyesuaian untuk memperhitungkan faktor termasuk merokok, jenis kelamin usia, dan berat badan.

Yang mengejutkan dari studi ini adalah hubungan antara mengorok dan kanker tersebut lebih kuat atas pasien yang tidak gemuk atau nonobesitas.

Gema temuan pada tikus ini menunjukkan bahwa efek dari kekurangan oksigen pada pertumbuhan kanker secara signifikan lebih jelas pada hewan yang kurus.

Sumber: SHNews.co

Jumat, 25 Mei 2012

Mutasi Gen Kanker Payudara


Peneliti telah memetakan kode genetik lengkap dari 21 kanker payudara dan membuat katalog mutasinya.

(Dok:yeecode.com)
CAMBRIDGE – Upaya para peneliti menyingkap rahasia di balik kanker payudara mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan. Para ilmuwan Inggris telah memetakan kode genetik lengkap dari 21 kanker payudara dan membuat katalog dari mutasi yang terakumulasi dalam sel payudara. Temuan ini meningkatkan harapan untuk mendeteksi kanker payudara lebih awal dan melakukan pengobatan yang lebih efektif di masa depan.

"Temuan ini memiliki implikasi bagi pemahaman kita tentang bagaimana kanker payudara berkembang selama puluhan tahun sebelum diagnosis pada orang dewasa. Mungkin ini bisa membantu menemukan sasaran untuk diagnosis yang lebih baik atau intervensi terapeutik di masa depan," kata Mike Stratton, pemimpin penelitian, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (17/5).

Ini adalah penelitian pertama dari jenisnya yang menguraikan sejarah genetik bagaimana kanker berkembang. Temuan ini menjadi pintu bagi para ilmuwan untuk mengidentifikasi pola mutasi yang menjadi bahan bakar pertumbuhan tumor payudara dan mulai menelisik proses di balik semua itu.

Kanker payudara adalah pembunuh yang mengerikan. Setiap tahun, lebih dari 450.000 perempuan di seluruh dunia meninggal dunia karena kanker payudara atau 16 persen dari semua kasus kanker menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Sebuah studi tahun silam yang dilakukan Institut Kesehatan Metrik dan Evaluasi di Amerika Serikat menemukan bahwa kasus kanker payudara global naik lebih dua kali hanya dalam tiga dekade. Rinciannya, dari 641.000 kasus pada 1980 menjadi 1,6 juta kasus pada 2010. Lonjakan ini jauh melampaui pertumbuhan populasi global.

"Ini adalah pertama kalinya kami telah mampu menyelidiki sepenuhnya genom kanker payudara sedemikian rupa secara menyeluruh," kata Peter Campbell, Kepala Kanker Genetika dan Genomik di Wellcome Trust Sanger Institute di Cambridge, tempat studi dilakukan.

Penelitian ini telah memberikan ilmuwan "panorama penuh dari genom kanker" dan membantu mereka mengidentifikasi "pola mutasi, bukan mutasi individu dalam gen-gen tertentu," dia menambahkan.

Mutasi DNA
"Kita sudah tahu selama bertahun-tahun bahwa semua kanker adalah akibat kelainan DNA ... yang terjadi di setiap sel dalam tubuh selama hidup," kata Stratton.

Dia melanjutkan, meski sudah tahu, “Itu masih menjadi pertanyaan bagaimana dasar pengetahuan kita tentang proses yang menyebabkan kelainan ini, mutasi dalam DNA."

Tim Stratton mengurutkan 21 genom kanker payudara dan memasukkan semua mutasi dalam katalog. Mereka menemukan lima proses utama yang menyebabkan kode satu huruf untuk mengubah ke huruf lain. Kode genetik datang dalam empat huruf DNA, yakni: A, C, G, dan T.

Stratton mengatakan salah satu yang menarik menarik adalah bahwa salah satu dari proses-proses ini ditandai dengan kantong-kantong kecil dari wilayah mutasi genom secara besar-besaran.

Badai” mutasi ini tiba-tiba sering terlihat pada kanker payudara,” kata Strarron.

Karena belum sepenuhnya memahami proses di balik badai tersebut, para peneliti berpikir itu mungkin berasal dari komponen sel normal yang berfungsi untuk mengedit atau memutasi DNA.

"Apa yang kami percayai ... bahwa kadang-kadang dalam sel normal ... fungsi yang baik itu berhenti atau melebihi fungsinya. Ini menyebabkan mutasi yang kelewat banyak dan penimbunan tersebut mendorong mutasi sel sepanjang garis untuk menjadi kanker."

Tim menemukan bahwa mutasi tersebut dan penumpukan mutasi lain terakumulasi dalam sel-sel payudara selama bertahun-tahun. Awalnya perlahan, tapi mengambil momentum yang lebih besar untuk membentuk kerusakan genetik.

Pada saat kanker payudara cukup besar untuk didiagnosis, mereka terdiri dari beberapa sel keluarga yang terkait secara genetis dengan satu sel keluarga yang mendominasi kanker, Stratton menjelaskan.

Mark Walport, Direktur Wellcome Trust yang membantu mendanai studi, mengatakan hasil ini menunjukkan bagaimana para ilmuwan mulai melihat landskap mutasi kanker payudara "dalam sesuatu yang mendekati kompleksitas penuh".

"Untuk penelitian lebih lanjut, kita berhadap dapat memahami bagaimana kanker payudara berkembang. Dengan begitu dapat mengetahui bagaimana melakukan pengobatan yang lebih efektif,” kata Walport lagi.

Sumber:SHNews.co 

Kamis, 24 Mei 2012

Mengatasi Efek Samping Kemoterapi


Efek samping kemoterapi biasanya mulai dirasakan dalam minggu-minggu pertama setelah kemo. Untungnya, sebagian besar dari efek samping itu dapat teratasi pada waktunya.


(Dok:3news.co.nz)


Berat atau ringannya efek samping tidaklah berhubungan dengan keberhasilan suatu terapi. Yang paling baik, sebelum tindakan kemoterapi dilakukan, hendaknya Anda membicarakan dengan dokter tentang semua efek samping yang harus Anda perhatikan dan laporkan. Juga Anda harus mengatakan siapa yang harus Anda hubungi di luar jam kerja atau di luar jam praktik, bila terjadi hal-hal yang mencemaskan.

Obat Tradisional
Satu hal yang sangat penting Anda ketahui adalah jangan sembarangan minum obat-obatan di luar pengetahuan dokter. Misalnya, mengkonsumsi obat-obat tradisional yang katanya “bagus” bagi mereka yang menderita kanker atau seusai menjalankan kemoterapi.

Obat tradisioanl (Dok:xiuyan.org)
Ada sejumlah obat-obatan yang justru akan memperberat efek samping yang dialami. Bahkan, dapat mempercepat penyebaran sel-sel kanker itu sendiri. (James B. Lumenta)

Rabu, 23 Mei 2012

Bagaimana Kerja Kemoterapi?


Hasil terpenting dari kemoterapi (cytotoxic) adalah menyetop pertumbuhan serta penggandaan sel-sel kanker. Dengan kata lain, kemoterapi membunuh sel-sel kanker.

Tetapi, kemoterapi pun bisa sekaligus membunuh sel-sel yang normal atau sehat sehingga menimbulkan efek-efek samping. Contohnya, merasa lelah dan kehilangan tenaga, kurang nafsu makan, mual, muntah-muntah, konstipasi, diare, sariawan di mulut, rambut rontok, kulit gatal, kelemahan pada otot, hilangnya sensasi pada jejari, gangguan pendengaran, gangguan kemampuan kognitif, gangguan seksual dan kesuburan, efek terhadap darah (Hb, leukosit, trombosit dan lain-lain). Efek samping lain adalah gangguan sistem pertahanan tubuh sehingga mudah terkena infeksi, termasuk pendarahan.

Meski begitu, efek samping itu berbeda pada masing-masing orang, tergantung tipe obat yang dipakai dalam kemoterapi. Tergantung bagaimana tubuh pasien bersangkutan bereaksi terhadap obat kemo tersebut, waktu antara terapi yang satu dengan terapi selanjutnya.(James B. Lumenta).

Selasa, 22 Mei 2012

Bagaimana Melakukan Kemoterapi?


Kemoterapi dilakukan sesuai tipe kanker yang diderita serta obat-obatan yang dipakai. Pada umumnya, obat-obat kemoterapi diberikan melalui pembuluh darah (intravenous). Prosedur ini bisa dilakukan hanya dalam beberapa menit, atau beberapa jam, atau bahkan bisa beberapa hari.

Ada juga cara lain, dan tentunya, semua itu tergantung pada jenis kankernya. Hal ini termasuk:
  • Tablet.
  • Suntikan ke dalam otot (intramuscular).
  • Suntikan di bawah kulit (subcutaneous).
  • Krem yang dioleskan pada kulit.
  • Suntikan ke dalam cairan sekitar tulang belakang, suatu arteri atau rongga dada.
  • Suntikan langsung yang ditujukan pada tumornya melalui suatu porta khusus.(James B. Lumenta)

Minggu, 20 Mei 2012

Kemoterapi


Kemoterapi menggunakan obat-obatan yang bekerja untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker. Obat kemoterapi juga dikenal sebagai cytotoxics.

Ada banyak macam obat kemoterapi. Terkadang hanya satu jenis obat yang digunakan, tetapi sering pula dua macam obat atau lebih yang diberikan pada waktu bersamaan. Ini disebut pengobatan kombinasi (combination treatment). Jenis kemoterapi mana yang akan diberikan, kembali lagi pada faktor-faktor tersebut di atas.

Penggunaan kemoterapi didasarkan pada alasan serta tujuan sebagai berikut:

Menyembuhkan: Ada beberapa jenis kanker tertentu yang dapat disembuhkan hanya dengan kemoterapi atau dikombinasikan dengan tindakan-tindakan lain, seperti bedah dan radioterapi.

Adjuvant: Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah tindakan-tindakan lain. Apabila diberikan sebelumnya, dimaksudkan untuk membuat kanker itu lebih kecil agar tindakan lain bisa lebih efektif. Jika diberikan sesudahnya, kemoterapi tersebut digunakan untuk membunuh sel-sel kanker yang tertinggal agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Paliatif: Kemoterapi dimaksudkan semata-mata untuk meredakan gejala-gejala, misalnya mengurangi rasa nyeri yang diakibatkan oleh kanker tersebut atau menyetop penyebaran kanker yang lebih meluas ke organ-organ lain. Ini diberikan terutama bagi penderita kanker tahap lanjut yang sudah tidak dapat disembuhkan lagi, namun ingin tetap mempertahankan “kualitas hidup”.

Biasanya kemoterapi dilakukan untuk mencapai dua sasaran:
  1. Antibodi, yaitu untuk memerangi sel-sel yang abnormal.
  2. Angiogenesis inhibitor, untuk blok pertumbuhan pembuluh darah vaskuler yang dibuat oleh kanker itu sendiri untuk menyebarkan sel-selnya dari lokasi primer.
Penulis: James B. Lumenta


Sabtu, 19 Mei 2012

Pengobatan Kanker


Pengobatan atau treatment  untuk penyakit kanker tergantung pada beberapa faktor yakni:

  • Jenis kanker.
  • Di bagian tubuh mana kanker tersebut mulai. Apakah sudah menyebar ke bagian-bagian lain dari tubuh (stadium).
  • Kondisi kesehatan umumnya.
  • Umur.
  • Pengobatan umumnya adalah melalui tindakan bedah, kemoterapi atau radioterapi.(James B. Lumenta)

Jumat, 18 Mei 2012

Pizza, Menangkal Kanker Prostat


Para peneliti AS menemukan bumbu oregano dalam pizza mampu membuat sel kanker prostat bunuh diri.

NEW YORK - Pizza telah diklaim para peneliti sebagai salah satu makanan cepat saji yang merugikan kesehatan. Menurut mereka, makanan asli Italia ini tidak sehat.

Pizza diyakini penangkal kanker (Dokblog.xuite.net)
Tetapi, di balik keburukan tersebut, ternyata pizza menawarkan sisi baik pula untuk kesehatan. Sebuah penelitian memperlihatkan, pizza mampu memerangi penyakit kanker prostat.

Healthy Life, April silam melaporkan temuan para peneliti dari Long Island University, New York, Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa oregano, bumbu yang biasa digunakan dalam pizza dan makanan Italia lain, berpotensi menjadi senjata ampuh melawan kanker prostat.

Oregano (Dok:preparedpantry.com)
Para peneliti menelaah carvacrol, zat kimia dalam oregano dan kemudian memasukkan zat ini ke sel-sel kanker prostat di laboratorium. 

Hasilnya, carvacrol dengan cepat menyapu sel kanker. Selama empat hari, hampir semua sel kanker tewas. Pengujian ini menunjukkan bahwa oregano membuat sel-sel prostat bunuh diri.

Penelitian yang dipublikasikan dalam konferensi Experimental Biology di San Diego, AS, menunjukkan bahan kimia oregano sekarang dapat digunakan sendiri sebagai pengobatan terhadap kanker.

Beberapa peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa makan pizza mampu mengurangi risiko kanker,” kata Supriya Bavadekar, farmakolog yang terlibat dalam penelitian.

Efek ini banyak dikaitkan dengan lycopene, zat yang ditemukan dalam saus tomat. Tapi, kami juga menemukan bumbu oregano memainkan peranan penting menekan kanker,” Dr. Bavadekar melanjutkan.

Selama ini, lycopene, pigmen yang memberikan warna tomat yang dikaitkan dengan sejumlah manfaat kesehatan, juga dikaitkan sebagai penangkal kanker dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Jika penelitian terus menunjukkan hasil positif, bumbu super ini dapat menyebabkan terapi yang sangat menjanjikan untuk pasien kanker prostat,” kata Dr. Bavadekar.

Tapi, penelitian masih pada tahap yang sangat awal. Dengan demikin, para peneliti perlu menggelar studi lanjutkan yang lebih mendalam dan luas demi temuan yang lebih lebih baik untuk dapat digunakan di dalam klinik.


Sumber: SHNews.co

Kamis, 17 Mei 2012

Kari Mampu Melawan Kanker?


Para ilmuwan sedang meneliti apakah kari mengandung zat yang bisa mematikan sel kanker usus.

Kunyit (Dok:news.iskcon.com)
LONDON - Kurkuma yang terdapat dalam kunyit dan bumbu rempah-rempah, disebut-sebut berkhasiat bagi kesehatan manusia. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa kurkuma dapat mematikan perkembangbiakan sel-sel kanker. Selain itu, kurkuma juga berkhasiat bagi para penderita stroke dan dementia.

Kini, rumah sakit di Leicester, Inggris, tengah melakukan penelitian terhadap khasiat kurkuma: apakah sama dengan pengobatan kemoterapi pada pasien kanker usus.

"Sekali kanker usus menyebar, penyakit ini sulit diobati, sebagian karena efek samping kemoterapi dapat membatasi seberapa lama pasien dapat menjalani pengobatan ini," kata Profesor William Steward yang memimpin penelitian, seperti dikutip BBC, Minggu (6/5).

Di Inggris, setiap tahun, sekitar 40.000 orang didiagnosa menderita kanker usus. Jika penyakit ini menyebar ke bagian tubuh lain, para pasien ini biasanya akan diberikan kombinasi pengobatan berupa tiga kemoterapi. Namun, sekitar setengah jumlah pasien yang diberikan pengobatan ini tidak menunjukkan reaksi positif.

Sebanyak 40 pasien yang dirawat di Leicester Royal Infirmary and Leicester General Hospital akan mengikuti penelitian. Studi akan membandingkan efek mengkonsumsi pil kurkuma tujuh hari sebelum mulai mengikuti pengobatan kemoterapi standar.

Sulit Diobati
Prof Steward menjelaskan, pengujian terhadap binatang yang diberi gabungan kedua pengobatan terbukti 100 kali lebih baik, ketimbang menjalani salah satu pengobatan saja. Inilah alasan para peneliti menggelar studi.

"Kemungkinan bahwa kurkuma bisa meningkatkan sensitivitas sel-sel kanker dibandingkan dengan kemoterapi menarik. Karena, ini berarti dapat memberikan dosis lebih rendah sehingga pasien akan lebih sedikit mengalami efek samping dan bisa tetap menjalani pengobatan dengan lebih lama," kata dia.

Steward menambahkan, penelitian ini masih pada tahap awal. “Namun meneliti potensi dari tumbuh-tumbuhan kimia untuk mengobati kanker adalah sebuah areal menarik yang kami harapkan bisa mendorong penemuan obat-obatan baru di masa depan."

Dengan uji klinis seperti ini, Steward melanjutkan, “Kami akan menemukan lebih banyak keuntungan dari mengkonsumsi kurkuma dalam jumlah banyak. Demikian pula dengan kemungkinan ada efek samping yang diderita oleh pasien kanker," kata Joanna Reynolds dari Riset Kanker Inggris.

Sumber: SHNews.co

Rabu, 16 Mei 2012

Ikan Mengurangi Risiko Kanker Usus

Orang yang lebih banyak makan ikan mungkin berisiko lebih rendah terkena kanker usus besar dan dubur.

Anda kurang senang makan ikan? Mungkin temuan baru ini dapat mengubah pola makan Anda.

Ikan salmon (Dok:WebMD)
"Orang yang jarang makan ikan mungkin mengalami manfaat kesehatan dalam berbagai bidang--penyakit jantung, reproduksi dan sekarang kanker usus besar--dengan agak meningkatkan konsumsi ikan mereka," kata Dr Michael Gochfeld, profesor kedokteran lingkungan dan pekerjaan di University of Medicine and Dentistry of New Jersey-Robert Wood Johnson Medical School.

Dalam kajian yang diterbitkan American Journal of Medicine, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (11/5), para peneliti menunjukkan, secara keseluruhan makan ikan secara teratur terkait dengan risiko 12 persen lebih rendah menderita atau meninggal dunia karena kanker usus besar (kolon) dan dubur.

Temuan ini berdasarkan analisis dari 41 studi sebelumnya yang mengaitkan hubungan antara ikan dalam makanan dan diagnosa baru dan kematian akibat kanker kolorektal.

Meski studi baru ini lebih fokus pada ikan segar, para penulis tidak dapat menentukan jenis ikan apa yang dimakan atau bagaimana penyajiannya dalam studi-studi sebelumnya.

"Jika Anda makan ikan sangat sering, tidak jelas apakah keuntungan Anda terus naik (dengan makan lebih banyak)," kata dia.

Di samping itu, cara penyajian ikan, termasuk “temperatur yang digunakan untuk masak mungkin dapat mempengaruhi risiko kanker kolorektal," kata Dr. Jie Liang dari Xijing Hospital of Digestive Diseases in Xi'an, China, yang bekerja pada studi ini.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sekitar 143.000 orang Amerika didiagnosis dengan kanker kolorektal pada 2007, data terakhir yang tersedia. Penyakit ini mempengaruhi usus besar dan merupakan salah satu penyebab utama kematian terkait kanker di Amerika Serikat.

Untuk laporan baru, Liang dan rekan-rekannya menggabungan hasil dari 41 studi yang dipublikasikan antara 1990 dan 2011 yang mengukur konsumsi ikan dan melacak diagnosa kanker. Penelitian meliputi Amerika Serikat, Norwegia, Jepang, Finlandia, dan sejumlah tempat lain.

Hasil itu diambil setelah memperhitungkan usia peserta studi, alkohol, dan asupan daging merah, riwayat keluarga kanker serta faktor risiko lain.


Dampak perlindungan dari konsumsi ikan sangat kuat untuk kanker rektal atau dubur dibandingkan usus besar. Lihat saja, mereka yang makan ikan dalam jumlah tertinggi memiliki risiko 21 persen lebih rendah terkena kanker dubur daripada mereka yang makan paling sedikit. Sedangkan untuk kanker usus besar, risiko penurunan lebih rendah empat persen—begitu kecil, ini bisa saja karena kebetulan.

"Kanker rektal jauh lebih jarang, jadi, kami lebih suka memiliki pengurangan (risiko) yang lebih besar untuk kanker usus besar," kata Gochfeld.

Tim Liang tidak menyelidiki mengapa makan ikan mungkin berefek positif pada risiko kanker kolorektal. Penelitian ini juga tidak dapat membuktikan bahwa hanya ikan yang bertanggung jawab untuk risiko rendah kanker pada beberapa peserta.

"Ini tidak memberitahu kita apakah manfaat yang Anda dapatkan dari nutrisi tertentu pada ikan atau fakta bahwa orang yang makan ikan cenderung mengadopsi gaya hidup sehat lain, seperti menghindari daging merah atau daging olahan," kata Gochfeld yang tidak terlibat dalam penelitian.

Jika ikan memang ada di balik rendahnya risiko kanker kolorektal, manfaat tambahan mungkin berasal dari asam lemak esensial Omega-3 yang ditemukan pada ikan tertentu, seperti salmon dan sarden.

Tetapi, bahkan jika Omega-3 tingkat tingkat dalam lemak ikan memiliki efek perlindungan, Gochfeld tidak dapat memastikan apakah manfaat serupa juga didapat dari suplemen, seperti kapsul minyak ikan.

Sumber: SHNew.co  

Selasa, 15 Mei 2012

Stronger, Fighter, dan Hope


Video anak-anak penderita kanker yang lip-sync dan menarikan lagu Stronger yang dilantunkan Kelly Clarkson meledak di internet.

SEATTLE - Sebuah video yang menampilkan anak pasien kanker, para perawat, dokter, dan orang tua yang lip-synch dan menari dalam lagu Stronger yang dipopulerkan penyanyi Kelly Clarkson telah menjadi sensasi di internet.


Menakjubkan,” Clarkson menanggapi pesan video yang dibuat anak-anak di Rumah Sakit Anak Seattle, Amerika Serikat. Penyanyi jebolan American Idol itu mengatakan, video tersebut telah mencerahkan harinya dan pasti juga orang-orang lain yang melihat di internet. “Saya tidak sabar bertemu dengan kalian,” kata Clarkson dalam situs pribadinya, seperti dikutip dari AP.

Anak-anak yang kebanyakan dengan infus yang menempel di tubuh dan ada yang memegang kertas bertulisan "Stronger", "Fighter" dan "Hope," menari bersama dengan orang tua dan staf medis. Seorang anak bahkan mengendarai sepeda melalui lorong lantai onkologi hematologi.


Video ini bagian dari program seni kreatif dengan pasien kanker di Seattle Children.

Chris Rumble (dok:ctv.ca)
Video Stronger anak-anak pasien kanker ini disiarkan secara online pada 6 Mei. Itu adalah ide dari Chris Rumble, 22 tahun, pasien yang didiagnosis dengan leukemia pada April silam. Dia ingin melakukan sesuatu untuk berbagi dengan tim hokinya di Wenatchee, di tengah Kota Washington.

"Saya kakak semua orang di sini dan saya memiliki banyak teman di Seattle Children," kata Rumble di blog rumah sakit.

Dr Douglas Hawkins mengatakan pasien dan staf di Seattle Children gembira atas respons dari para pengguna internet.

"Pagi ini sudah dilihat lebih dari 900.000 orang. Ini benar-benar luar biasa," kata dia Jumat silam.

Hawkins mengatakan proyek-proyek seperti ini membantu anak-anak mempertahankan semangat mereka.

"Ketika seorang anak atau orang dewasa muda dirawat karena kanker, seluruh kehidupan mereka ditahan dengan cara yang tidak adil sama sekali," kata Hawkins. "Ini adalah perjuangan untuk kehidupan mereka Tapi, ada hal normal lain yang ingin mereka lakukan atau hal yang mereka ingin fokus, selain obat atau penyakit atau waktu mereka di rumah sakit...."

Sumber: SHNews.co

Senin, 14 Mei 2012

Setangkai Mawar buat Engkong

Sesama pasien kanker itu saling menguatkan hati. Yang lebih menakjubkan, mereka berusaha “menghidupkan” orang-orang sehat di sekitarnya.

Jantungku berdegup kencang tatkala membuka sebuah gulungan kertas koran. Dengan sangat hati-hati kubuka lembar demi lembar kertas itu. Bukan takut tulisannya terobek, tetapi benda yang ada di dalamnya harus kusentuh pelan-pelan. Takut ikut terkelupas.

Biasa saja barang itu. Cuma setangkai mawar berwarna pink. Tapi ini bunga pesanan Isna, tamu istimewa di hatiku.

Isna memberi setangkai mawar untuk Engkong JBL di RSCM, Jakarta, 
3/12/2011.

Siapa Isna? Dia adalah Isnaeni, gadis cilik umur 6 tahun. Ayahnya kuli bangunan. Anak ini menderita leukemia jenis ALL-HR (Acute Lymphoblastic Leukemia-High Risk). Di akhir hidupnya, tim dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) angkat tangan. Tak ada lagi obat yang bisa menyembuhkannya.

Akhirnya Isna hanya dirawat di rumahnya di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tentu dengan dibekali obat-obatan anti rasa nyeri. Awalnya dulu, dia berobat di Rumah Sakit Pasar Rebo awal Januari 2009, kemudian dirawat di Rumah Sakit Budi Asih, lalu dirujuk ke RSCM.

Isna tetap ceria di rumah sakit
Saat memesan mawar itu, Isna masih dirawat di RSCM, Desember 2011. Dia ingin memberikan untuk tamu spesialnya yang datang khusus dari Perth, Australia Barat, James B Lumenta. Di usianya yang ke-72 tahun dan menderita kanker liver, James sangat antusias mengunjungi Isna yang dirawat dengan fasilitas keluarga miskin (Gakin).

Pertemuan itu memang terasa istimewa dan sangat ditunggu oleh James dan Isna. Jauh hari James sudah menyiapkan oleh-oleh dari Perth. Ada cokelat, topi rajut, dan boneka. Sementara Isna menyiapkan setangkai mawar. Tak ada yang menyuruh. Anak yang belum sempat masuk kelas I sekolah dasar (SD) ini spontan ingin memberi mawar.

Isna menggambar di RSCM
Isna pengen mawar pink buat Engkong JBL. Tapi di rumah sakit enggak ada mawar, ya?” katanya sambil tertawa, beberapa hari sebelum pertemuan itu. Engkong JBL adalah sebutan Isna untuk James B Lumenta. Sore itu tiba-tiba 
saja Isna terpikir mawar pink ketika mewarnai gambar kembang-kembang di bukunya.
 
Aku yang merasakan “letupan” Isna, langsung membelikan mawar itu. Dan... jadilah, setangkai mawar diberikan Isna buat “Engkongnya”.



Mengantar sampai Akhir

Senyum Isna.
James dan Isna. Dua orang yang sedang bergelut melawan kanker yang menggerogoti tubuh mereka ini saling menghibur dan menguatkan. Padahal sekitar lima bulan lalu mereka belum saling kenal. Dua insan ini pun bagaikan bumi dan langit. Isna anak seorang kuli bangunan yang penghasilan rata-ratanya per hari Rp 40.000. James adalah pengacara bidang hak kekayaan intelektual (HKI) dengan domisili di Perth.

Secara kebetulan mereka “dipertemukan” oleh tetangga Isna, bernama Sari, yang sedang mencarikan bantuan buat pengobatan Isna. Biaya kanker yang sangat tinggi jelas tak terjangkau untuk seorang Isna. Sementara James, sedang “menunggu kiriman” pasien kanker miskin dari Tuhan yang bisa dibantunya.

James memang kini mengabdikan diri di bidang kemanusiaan melalui Yayasan Pelayanan Kasih (YPK), dengan organ di bawahnya Crisis Center Yayasan Pelayanan Kasih (CCYPK), yang khusus mendampingi pasien kanker dari keluarga tak mampu, serta Balai Pengobatan Umum (BPU) yang melayani pengobatan murah bagi masyarakat sekitar Kelurahan Cisarua, Bogor.

Obsesi James menyisihkan sebagian hartanya untuk kemanusiaan itu muncul sejak dia divonis menderita kanker pada 1997.
 
Selain merogoh kocek pribadi untuk menolong pasien-pasien kanker dari keluarga miskin, James juga menggaet beberapa relasinya supaya ikut merasakan kepenuhan hidup setelah memberikan tali kasih kepada sesama yang membutuhkan.

Ternyata niat baik yang ditanam James membuahkan kebaikan pula. James yang sedang mengalami depresi dan frustrasi menghadapi penyakitnya, mendapat “obat” si kecil Isna. Begitu juga Isna, ketika sel kankernya menyebar tak terkendali di tubuhnya, ia memperoleh “obat” Engkong JBL.

Di luar dugaan James, ternyata Isna suka bercanda, melucu, ceplas-ceplos, dan cerdas. Spontanitas dan kelucuannya mendatangkan kegembiraan bagi James yang memiliki jiwa keras dan disiplin tinggi.

Cokelat dari Engkong dihabisin Bapak,” kata Isna spontan. Bibirnya jadi makin manyun. Tentu saja James tertawa dibuatnya. “Mama juga. Isna di rumah sakit, mama yang gemuk,” gerutu Isna. Maklum, setiap usai kemoterapi Isna tidak doyan makan. Lidahnya mati rasa, mulutnya sariawan. Maka dilahaplah jatah makannya dari rumah sakit oleh sang ibu.

Isna juga suka bernyanyi sambil jingkrak-jingkrak, membuat semua orang termasuk para dokter dan perawat tertawa gembira. Pernah suatu kali dia menyanyikan lagu buat James lewat telepon genggam.

Ku tak percaya kau ada di sini/Menemaniku di saat dia pergi/Sungguh bahagia kau ada di sini/Menghapus semua sakit yang kurasa/Mungkinkah kau merasakan/Semua yang ku pasrahkan/Kenanglah kasih.

Mendengar suara anak kecil menyanyikan lagu Vierra “Rasa Ini”, James tak bisa menyembunyikan tawanya. Tawa lepas yang “langka” bagi seorang James B Lumenta yang detailis dan sangat serius.


Isna dan Engkong JBL

Aku sendiri tak pernah menyangka bahwa ikatan emosi di antara kedua insan ini saling menguatkan. Pernah suatu kali Isna menulis “surat” di buku tulisnya. “Engkong JBL pergi ke Bali, ajak Isna dong.” Kalimat ini mengungkapkan betapa Isna mendambakan seorang figur pengayom. Dan memang, apa pun yang dimintanya dikabulkan oleh James. Ingin hanphone  dibelikan dengan fitur lengkap, mau video portable dibelikan di Australia, minta film anak-anak pun dibelikan semua.

Saat tulisan ini kususun, Jumat 3 Februari sekitar pukul 20.00, Isna “pulang” ke rumahnya yang kekal. Dia pergi dengan tenang, nyaman, tanpa mengeluh kesakitan. Hanya saja ia sempat sesak napas.

Mendapat kabar ini, James menulis lewat BlackBerry: “Our times are in God's hand, how could we wish or ask more? For He who has our pathway planned, will guide us till our journey is over... (Waktu kita berada di tangan Tuhan, bagaimana mungkin kita berharap atau meminta lebih banyak? Dia yang telah merencanakan jalan kita, akan membimbing kita sampai akhir perjalanan...” (Wahyu Dramastuti).

Sumber: Koran Sinar Harapan.

Minggu, 13 Mei 2012

Oksigen Terakhir Si Buah Hati


Demi menyelamatkan buah hatinya, seorang ibu tanpa lelah memompa selang oksigen untuk pernapasan bayinya secara manual.


Arafah dipompa oksigen oleh ibunya di RSCM Jakarta, 3/2/2012.


Seorang ibu mencuri perhatianku. Senyumnya, desah sayangnya,  dekapan  hangatnya. Bahkan sampai hari ini suara lembutnya masih terngiang di telingaku. “Cup cup anak ganteng, nanti cepat sembuh ya,” katanya berulang kali. “Adegan” ini sering kusaksikan di kamar 111 Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Hampir sepanjang akhir Desember 2011 hingga awal Februari 2011 ibu ini setia menemani dan menghibur bayinya yang sedang dirawat di ruangan itu. Suaranya terdengar tegar, tapi selalu terpecah oleh suara tangis bayinya sepanjang hari.

Maklum, sang anak berusia 1,5 tahun, tapi mengalami down syndrome, leukemia, plus kelebihan slam di tenggorokannya. Slam ini harus rutin disedot keluar untuk memperlancar jalan napasnya. Salah satu terapi yang harus dijalani yaitu merelakan kedua lengannya ditusuk jarum infus dan transfusi.

Tapi dasar kanak-kanak, tangannya tak henti bergerak, membuat aliran cairan infus ke dalam tubuhnya terganggu. Maka perawat menyatukan telapak tangannya dan mengikatnya di atas selembar papan kecil. Tindakan ini berhasil menghambat mobilitas tangannya, tapi bagi si kecil justru membatasi geraknya sehingga menangis tanpa kenal siang-malam.

Bayi ini bernama Figur Arafah. Belum pernah kudengar suaranya selain suara tangis. Juga jari-jemarinya selalu mengucek-ucek mata dan mulutnya, dengan kedua bola mata bergerak kian-kemari tanpa fokus. Hari berganti hari, aku sering menengoknya. Tapi hampir tak ada perbaikan, malah kondisinya semakin menurun.

Hingga malam itu, Kamis, 2 Februari 2012, Arafah dibawa ke ruang rontgen guna memastikan apakah selang oksigen yang dimasukkan lewat mulutnya tidak terlalu jauh masuk ke dalam. Ini karena mulai malam itu peralatan oksigen Arafah diganti dengan yang manual. Artinya, peralatan pompa oksigen itu baru berfungsi jika ada tangan manusia yang menggerakkan. Itu berarti pula napas Arafah sangat bergantung pada tangan manusia tersebut.

Siapa lagi manusia itu kalau bukan ayah dan ibunya? Bisa dibayangkan, betapa lelahnya badan dan mental kedua orang tua Arafah. Bahkan aku pun hanya sanggup bertanya-tanya dalam hati, “Memompa setiap detik selama 24 jam? Sampai kapan kuat?”

Semestinya bayi ini dipindah ke ruang Intensive Care Unit (ICU) Anak. Sayangnya, jumlah ventilator di ICU Anak RSCM yang hanya tersedia enam unit sudah terpakai semua sehingga Arafah tidak kebagian. Mengomentari masalah ini, Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta menjelaskan kepada SH, dalam keadaan seperti itu pasien bisa dipindahkan ke rumah sakit lain.

Memang siapapun pasiennya, termasuk yang memakai fasilitas pemerintah berupa Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) seperti Arafah, tidak boleh ditelantarkan. “Tetapi RSCM itu seperti puskesmas raksasa karena semua pasien 'dilempar' ke sana. Maka saya tidak menyalahkan RSCM, karena alat ventilatornya pasti jadi amat sangat terbatas,” katanya.

Marius menguraikan, napas dengan ventilator atau mesin memang lebih teratur, tetapi itu pun bisa kebablasan, apalagi jika memakai peralatan manual. “Meski kita tidak mendahului kehendak Tuhan, tapi memang kenyataannya RSCM itu terlalu banyak pasiennya,” lanjutnya.

Menghadapi kenyataan ini, ibunda Arafah, Sumarmiati, hanya bisa pasrah. Dia dengan sabar dan setia terus-menerus memompa oksigen untuk Arafah. Setiap detik, sepanjang waktu tanpa henti. Malah untuk sekadar mandi hanya sempat satu kali pada pagi hari. Makan pun seadanya, karena dia harus cepat-cepat kembali memompa.

Gimana lagi, namanya juga anak. Saya ikhlas,” kata Sumarmiati lancar, tanpa kutanya sebelumnya. Mungkin dia membaca roman mukaku yang tak jelas antara terenyuh dan terperangah. Wanita ini memang hebat. Dia berbeda dengan orang tua pasien lainnya yang ada di kamar 111. Ketika itu di antara para orang tua pasien ada yang berkesempatan jalan-jalan ke luar RSCM sambil jajan aneka makanan. Ada juga yang meninggalkan begitu saja anak balitanya sehingga menjerit-jerit sendirian.

Sementara Sumarmiati berbeda. Dengan tekun dan penuh kasih dia menemani anak bungsunya itu. Itu ia lakukan hampir tiap hari, karena suaminya, Gunadi, yang bekerja sebagai operator mesin di sebuah perusahaan percetakan di Pulo Gadung, masih harus mengurusi dua anaknya yang masih sekolah di rumah mereka di Tambun, Bekasi.

Syukur dan Kasih
Suatu malam sekitar pukul 22.30, Senin (6/2), Sumarmiati dibangunkan seorang perawat. Ternyata denyut jantung Arafah tak ada lagi. Saat aku datang menengoknya, masih tersisa lebam di kelopak mata Sumarmiati. Tapi dia tampak tegar. Suaminya pun mengaguminya. “Dia ini ibu yang hebat! Hampir dua bulan dia tak pulang ke rumah hanya untuk nungguin Arafah,” katanya.

Sejatinya, kedua orang ini luar biasa, bapak dan ibunda Arafah. Mereka tiada henti mengucapkan rasa syukur karena diberi kemudahan untuk anak mereka. Misalnya, dalam keadaan perekonomian yang minim, mereka masih bisa membawa anaknya ke RSCM dengan fasilitas Jamkesda Bekasi.

Kami melihat kebesaran Allah. Karena dengan kasus ini, saya bisa memberi informasi kepada anak-cucu tentang bagaimana agar mereka tidak mengalami nasib seperti ini,” tutur Gunadi. Begitu pun Sumarmiati. Dia berkata, “Saya puas sudah mendampingi anak, berjuang untuk anak”. Air mata mereka hampir kering. Tapi kekuatan kasih mereka tetap tak terbagi.(Wahyu Dramastuti)

Sumber: Harian Sore Sinar Harapan.