Kamis, 28 Juni 2012

Memangkas Risiko Kanker Payudara



Jalan kaki 90 menit sehari memotong 30 persen risiko kanker payudara, kata peneliti.



Mengurangi risiko kanker payudara (Dok:fitcorp-healthnews.blogspot.com)

JAKARTA – Perempuan yang berolahraga minimal 90 menit sehari mendapatkan banyak keuntungan. Salah satunya adalah memangkas risiko kanker payudara hingga 30 persen. Ini termasuk berjalan kaki selama satu jam setengah, menurut peneliti.


Ilmuwan Amerika mengatakan bahwa melakukan olahraga ringan sepuluh jam setiap minggu—termasuk pekerjaan rumah tangga--secara drastis memotong risiko terserang penyakit untuk semua kelompok umur. Para ilmuwan yang juga percaya menjadi aktif membantu mencegah pembentukan jaringan lemak yang diketahui memicu tumor kanker.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer, Senin (25/6), membandingkan gaya hidup dari 3.059 perempuan berusia 20 sampai 98 tahun, termasuk 1.504 pasien yang telah didiagnosis kanker payudara. Setiap relawan diminta mencatat berapa banyak aktivitas fisik yang dilakukan seminggu, termasuk berjalan, pekerjaan rumah tangga, bersepeda, dan jogging.

Dari situ, menurut Daily Mail, peneliti menemukan, perempuan yang menghabiskan waktu 10 sampai 19 untuk berolah tubuh, 30 persen kurang mungkin didiagnosa kanker payudara. Jumlah tersebut mencakup aktivitas selama satu jam setengah hingga hampir tiga jam setiap hari.

Saat ini, Departemen Kesehatan AS merekomendasikan orang dewasa paling sedikit berolahraga dua jam setengah setiap pekan. Idealnya melakukan beberapa aktivitas secara intens.

Tapi, Lauren McCullough dari University of North Carolina, AS, menegaskan perempuan tidak perlu harus ke pusat kebugaran untuk menuai keuntungan.

Tidak perlu berolahraga berat. Anda tidak perlu menjadi seorang pelari maraton atau lari di treadmill setiap hari,” kata McCullough. “Aktivitas dapat berupa berjalan, pekerjaan rumah tangga atau bersepeda."

Meski begitu, studi menemukan bahwa manfaat olahraga dalam mencegah kanker payudara hilang ketika perempuan bertambah berat badan. Alasannya, para ilmuwan menduga olahraga membantu menghambat pertumbuhan tumor dengan mengurangi jumlah sel lemak dan jaringan.

Sel-sel lemak tersebut merilis hormon-hormon tertentu seperti estrogen dan testosteron yang mendorong pertumbuhan tumor. Penelitian sebelumnya menunjukkan perempuan yang memiliki hormon estrogen dan testosteron tingkat tinggi dua atau tiga kali lebih berisiko terkena kanker payudara.

Tahun silam, peneliti Oxford University mengklaim obesitas adalah penyebab utama kanker payudara pada perempuan yang lebih tua. . Para akademisi yang mengkaji catatan dari 6.300 perempuan, menyebutkan, menjadi gemuk merupakan pemicu yang lebih penting daripada konsumsi alkohol atau merokok.

Sekitar satu dari delapan perempuan akan menderita kanker payudara di beberapa titik dalam hidup mereka, menurut Cancer Research Inggris. Ada 48.000 kasus baru kanker payudara di Inggris per tahun dan menyebabkan 11.500 kematian.

Sumber: SHNews.co.

Rabu, 27 Juni 2012

Makanan Super untuk Kanker Payudara


Kisah seorang penderita kanker payudara yang selamat setelah menjalankan diet makanan super.

Vicky Sewart, lepas dari kanker karena makanan super (Dok:telegraph.co.uk)

LONDON – Vicky Sewart ingin bebas. Dia tidak mau hari-harinya diliputi kekhawatiran akan obat dan efek obat yang harus dia telan setelah operasi kanker payudaranya. Alih-alih menderita akibat efek samping Tamoxifen, perempuan berusia 44 tahun ini memutuskan untuk menjalani diet antikanker sebagai “obat”.

Kepada The Telegraph, Senin (25/6), Vicky berujar, “Pasien kanker yang tidak menggunakan obat memang tidak biasa.” Tapi, keputusan yang diambil Vicky tidak salah. Kini, setelah empat tahun, sel-sel kanker tidak pernah muncul lagi dalam tubuhnya.

"Saya benar-benar percaya bahwa diet saya telah membantu pemulihan saya."

Vicky kini menjadi pusat dari proyek penelitian untuk mempelajari bagaimana gaya hidupnya dapat digunakan untuk membantu penderita kanker payudara lainnya.

Vicky menjalani operasi pengangkatan payudara dan kelenjar getah bening pada Juni 2008. Setelah itu, warga Plymouth, Devon, Inggris, ini didiagnosa dengan tumor yang tumbuh begitu cepat. Dia pun menjalani kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan.

Diet Antikanker
Tapi, Vicky mengejutkan keluarganya karena menolak obat Tamoxifen yang ditawarkan dokter selama masa remisi. Sebaliknya dia menegaskan dia akan mengobati dirinya dengan diet antikanker.

Turmeric (Dok:wakeuo-world.com)
Vicky memilih mengobati kondisinya dengan cara hidup sehat yang melibatkan olahraga dan makanan khusus.

Ayah Vicky, Dr. John Sewart, mengatakan: "Saya memberi nasihat ketika dia meminta.” Pria berusia 85 tahun ini menambahkan, “Saya menjawab pertama sebagai seorang ayah dan kedua sebagai dokter. Tidak sulit, saya setuju dengan apa yang dia rencanakan dan saya akan setuju dengan keputusan dia."

Sementara, mendengar niatnya, dokter menasihati Vicky untuk menjaga tingkat estrogen dalam tubuhnya, seperti yang dilakukan obat tersebut. Para dokter, lanjut dia, benar-benar tidak akan mengatakan bahwa diet akan membantu kanker dengan cara apapun, selain mengatakan bahwa diet yang sehat akan membantu dalam memerangi setiap penyakit.

"Ini sudah empat tahun dan saya pikir sikap-sikap itu berubah sedikit sekarang sehingga ide-ide ini berjalan di samping pengobatan biasa,” ucap pengelola Victoria Sewart Contemporary Jewellery Gallery di Barbican, Plymouth ini.

Makanan Super
Vicky meneliti makanan yang menurut bukti anekdotal mungkin membantu pemulihan pasien kanker payudara. Mula-mula dia menjalani diet yang sangat ketat. Dia menjadi seorang vegan yang hanya makan sayuran dan buah-buahan dan menghindari semua produk susu. Dia juga menambahkan 'makanan super' dalam diet dan hampir seluruh makanan yang dia santap adalah makanan organik.

"Makanan super" yang dia konsumsi adalah, buah segar, sayuran, jus, dan buah beku.

Jenis kunyit membuat sel kanker komit untuk bunuh diri dan jahe dan bawang putih sangat baik untuk memasak," kata Vicky yang menggunakan bumbu Tumeric atau kunyit dalam kari dan semua makanan.

Dia menyiapkan semua makanannya sendiri, membuat lotion tubuh sendiri dari bahan alami, dan hanya menggunakan pembersih dan deterjen bebas kimia.

"Saya memutuskan bahwa saya akan menahan diri dan melakukan sebisa mungkin," kata dia.

Unsur lain dari gaya hidupnya adalah olahraga ringan. Vicky percaya kegiatan fisik membantu pemulihan dirinya dari kanker.

Percaya pada olahraga ringan (Dok:whatsonxiamen.com)

Pusat Penelitian
Badan riset nasional sedang mengkaji bagaimana gaya hidup dapat membantu mencegah kambuhnya kanker payudara setelah operasi. Ini adalah penelitian terbesar dari jenisnya di dunia. Sebanyak 56 rumah sakit di seluruh Inggris dan 3.400 pasien yang pernah menderita penyakit tersebut terlibat dalam studi.

Selama empat tahun terakhir, Vicky telah memberikan darah, sampel urine, dan mengisi kuesioner biasa tentang kesejahteraan, diet, dan gaya hidupnya sebagai bagian dari penelitian nasional.

Percobaan ini tinggal satu tahun lagi. Diharapkan penelitian rampung akhir tahun ini dan menghasilkan beberapa temuan. Hasil studi lengkap baru akan dipublikasikan tahun depan.

Vicky berharap menandari lima tahun remisinya pada Agustus 2013. Dia sudah siap menikah dengan tunangannya, Michael, pada September.

"Orang bisa mati, atau kembali dari itu dan menikmati hidup, Anda harus bersyukur masih hidup. Manfaatkan waktu yang ada, segalanya akan selalu baik-baik saja pada akhirnya," ucap dia.

Dr. Steve Kelly, ahli onkologi yang mengkhususkan diri dalam merawat pasien kanker payudara, mengatakan, "Kematian akibat kanker payudara telah turun terus selama lebih dari 20 tahun berkat operasi, kemoterapi, dan radioterapi--semua membantu.”

Pasien dapat melakukan tiga hal yang menurut Kelly “tidak menjamin kelangsungan hidup, tetapi dapat membantu mengurangi risiko kanker datang lagi.”

"Yang pertama adalah berolahraga selama tiga puluh menit tiga hari per minggu. Kedua, tidak menambah berat badan, dan ketiga, mengurangi asupan lemak,” kata dokter yang berbasis di Derriford Hospital ini.

Sumber: SHNews.co

Rabu, 20 Juni 2012

Pecinta Teh dan Kanker Prostat


Pria yang minum tujuh cangkir teh setiap hari cenderung 50 persen mengalami kanker prostat.

Peminum teh berat berisiko kanker prostat. (Dok:ipad.iwalls.org)

LONDON – Pria yang cinta berat pada teh perlu menyimak hasil penelitian dari Glasgow University berikut ini. Para peneliti menemukan bahwa pria yang minum tujuh cangkir teh 50 persen cenderung menderita kanker prostat. Laporan ini bertentangan dengan studi sebelumnya tentang minuman nasional Inggris itu.

Peneliti Glasgow University menemukan bahwa orang yang minum lebih dari tujuh cangkir teh berisiko lebih tinggi terkena penyakit itu, daripada mereka yang mengkonsumsi tiga cangkir atau kurang.

Para peneliti, menurut The Telegraph, Selasa (19/6), mengaku “terkejut” menemukan kaitan tersebut, setelah menemukan bahwa peminum teh berat cenderung kelebihan berat badan, mengkonsumsi alkohol, atau memiliki kolesterol tinggi.

Mereka menyimpulkan bahwa pria dapat menurunkan risiko terserang kanker prostat, kanker yang paling umum di kalangan laki-laki, jika mereka mengkonsumsi cukup satu cangkir teh per hari.

Kontroversial
Industri teh di Inggris menolak temuan tersebut. Mereka mengutip studi sebelumnya yang menemukan hubungan yang baik antara teh hitam dan kanker prostat. Atau minum teh membantu mencegah penyakit tersebut.

Panel Penasihat Teh mengatakan penelitian itu cacat. Kejadian lebih tinggi dari kanker prostat, menurut mereka, dapat dikaitkan dengan faktor lain, seperti merokok, stres atau diet.

Tapi, pihak Institute of Health and Wellbeing dari Universitas Glasgow mengatakan, studi sebelumnya memiliki peserta yang lebih sedikit dari 6.000 subyek penelitian yang mereka pantau. Selain itu, studi sebelumnya, juga kurang menggali gaya hidup para relawan.


Dr. Kashif Shafique yang memimpin penelitian mengatakan: "Saya terkejut ketika kita menemukan tampaknya ada kaitannya. Kami menemukan bahwa dengan setiap cangkir teh hingga di atas tujuh cangkir yang diminum, semakin besar risiko Anda menderita kanker.”

Dia melanjutkan, "Kami tidak tahu apakah teh itu sendiri merupakan faktor risiko ataukah si peminum teh umumnya sehat dan hidup sampai usia lebih tua, ketika kanker prostat lebih sering terjadi."


Teh Hitam
Meskipun laporan ini menegaskan ada bukti "kuat" teh hijau membantu mencegah kanker, studi mengatakan, bukti tentang teh hitam yang digunakan dalam secangkir teh tradisional Inggris adalah "samar-samar".

Hasil penelitian berpijak pada Collaborative Study yang digelar di Skotlandia pada 1970. Sebanyak 6.016 pria berusia antara 21 dan 75 tahun diajukan pertanyaan rinci tentang gaya hidup mereka, termasuk asupan teh setiap hari, kemudian dimonitor selama hingga 37 tahun.

Tim peneliti menemukan 6,4 persen dari mereka yang mengkonsumsi minimal tujuh cangkir teh per hari menderita kanker prostat dibandingkan dengan 4,6 persen mereka yang minum paling banter tiga cangkir.

Ketika angka-angka disesuaikan untuk memperhitungkan usia, kesehatan dan gaya hidup, para peneliti menemukan peminum teh berat 50 persen lebih cenderung menderita kanker prostat.

Namun, Dr. Bill Gorman, Ketua Dewan Teh Inggris yang mewakili industri, berkata: "Saya melihat bahwa Dr. Shafique telah mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah teh itu sendiri yang meningkatkan kemungkinan kanker prostat."

Panel Penasehat Teh, organisasi informasi kesehatan yang didanai oleh Dewan, mengatakan ada tujuh penelitian lain yang menyimpulkan "kebalikan yang lengkap".

Dr. Carrie Ruxton, ahli gizi yang duduk di panel, mengatakan: "Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara minum teh dan risiko kanker.

"Minum teh hanyalah sebuah penanda untuk beberapa masalah lain. Itu mungkin sampai pada masalah stres, atau mungkin diet."

Sumber: SHNews.co.

Selasa, 19 Juni 2012

Risiko Kanker Payudara


Studi: sekitar 5 persen pasien kanker payudara mengembangkan kanker ke organ lain dalam lima tahun.

SYDNEY – Para peneliti di Australia membeberkan informasi terbaru tentang kanker payudara. Temuan yang dilansir dalam Medical Journal of Australia, Senin (18/6), mengutip AAP,  mengungkap jawaban yang paling sering dituntut pasien kanker payudara dari para dokter.

(Dok:kaboodle.com)

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 6.000 perempuan di New South Wales menemukan sekitar satu dari 20 perempuan atau lima persen pasien kanker payudara, sel kankernya menyebar ke organ lain dalam lima tahun. Risiko kanker payudara menyebar ke jaringan sekitarnya atau metasis menjadi kanker getah bening menimpa sekitar satu dari enam perempuan atau 18 persen.

Ribuan perempuan yang disurvei adalah pasien kanker payudara nonmetasis. Di awal penelitian, para pasien yang didiagnosis pada 2001 dan 2002 diberikan informasi yang lebih baik dari dokter untuk menjawab pertanyaan yang sering diajukan.

"Ini pertanyaan perempuan yang menuntut informasi," kata peneliti Dr. Sarah Lord dari University of Sydney.

Risiko Kekambuhan
Kebanyakan perempuan, menurut Dr. Lord, dapat mengharapkan hasil yang sangat baik dari diagnosis kanker payudara. Tetapi, mereka masih terus khawatir dan mempertanyakan tentang risiko dan kekambuhan.

"Mereka hanya tidak memiliki informasi umum tentang risiko tersebut,” kata perempuan peneliti ini. "Saya pikir itu akan menjadi titik awal yang penting dalam diskusi antara dokter dengan pasien tentang risiko kekambuhan," kata dia.

Dok:howstuffworks.com
Penelitian ini mengamati dua kelompok perempuan dengan kanker payudara. Yakni grup pasien dengan kanker lokal yang menderita tumor terbatas pada payudara. Serta kelompok pasien yang kankernya telah menyebar ke kelenjar getah bening atau jaringan di sekitarnya.
Dr. Lord mengatakan tingkat kelangsungan hidup pasien kanker payudara terus membaik dalam 20 tahun terakhir bersamaan dengan kemajuan signifikan dalam perawatan. Dia juga menekankan banyak perempuan memiliki risiko lebih rendah dari perkiraan populasi umum penelitian.

Diskusi Personal
"Dokter jelas perlu diskusi yang lebih personal dengan pasien tentang faktor-faktor yang akan mempengaruhi risiko individu mereka," kata Dr. Lord.

Pembahasan tentang risiko kanker payudara pada pasien juga disetujui Direktur Onkologi Medis Rumah Sakit Westmead Sydney, Associate Professor Nicholas Wilcken. Saat ini, Wilcken tengah gencar meyakinkan bahwa mayoritas perempuan tidak mengalami kekambuhan dalam lima tahun.

Namun, dia mengingatkan kanker payudara sangat bervariasi. Perempuan dengan penyakit kambuhan bisa memburuk dengan cepat atau bisa juga hidup dengan baik selama bertahun-tahun.

Studi ini, Wilcken menggarisbawahi, hanya meneliti perempuan yang kambuh dalam lima tahun dan pasien yang kankernya muncul lagi dalam jangka waktu yang biasanya sering lebih baik.

Sumber: SHNews.co

Kamis, 14 Juni 2012

Asap Diesel Memicu Kanker Paru



Bahaya asap knalpot diesel setara dengan ancaman kanker yang menyambar perokok pasif.

Asap diesel memicu kanker paru (Dok:SH/Don Peter)
LONDON – Knalpot dari kendaraan diesel menyebabkan kanker menurut Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (AIRC). Lembaga kanker dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) ini menegaskan keputusannya untuk menaikkan status knalpot diesel dari “kemungkinan karsinogen” menjadi “karsinogen” atau zat-zat pencetus kanker.

Risiko terkena kanker dari asap diesel memang kecil. Tetapi, dengan begitu banyak orang menghirup asap dalam beberapa cara, panel sains mengatakan menaikkan status knalpot diesel dalam kategori karsinogen ini adalah pergeseran yang penting.

"Ini ada di deretan yang sama besarnya dengan perokok pasif," kata Kurt Straif, Direktur Departemen IARC yang mengevaluasi risiko kanker, seperti dikutip AP, Rabu (13/6). "Ini bisa menjadi dorongan besar lain bagi negara-negara untuk membersihkan gas buang dari mesin diesel."

Karena begitu banyak orang yang terkena knalpot, Straif mengatakan, mungkin ada banyak kasus kanker paru-paru yang terhubung dengan kontaminasi zat berbahaya itu.

Melindungi diri dengan masker (Dok:fooyoh.com)

Asap Knalpot
Dia mengatakan, asap mempengaruhi kelompok-kelompok, termasuk pejalan kaki di jalan, penumpang dan awak kapal, pekerja kereta api, sopir truk, mekanik, penambang, dan orang-orang yang mengoperasikan mesin berat.

Klasifikasi baru ini dikeluarkan setelah diskusi selama seminggu di Lyon, Prancis. oleh panel ahli yang dimotori AIRC.

Terakhir kali badan tersebut menetapkan status knalpot diesel sebagai "kemungkinan" karsinogen pada 1989. Reklasifikasi knalpot diesel knalpot sebagai “karsinogen” ini menempatkannya dalam kategori yang sama dengan bahaya lain yang dikenal seperti radiasi asbes, alkohol, dan ultraviolet.

Para ahli mengatakan mesin diesel baru memuntahkan asap yang lebih sedikit. Tetapi, perlu studi lebih lanjut untuk menilai potensi bahaya dalam asap yang disemburkan tadi.

Penambang
Para ahli di Lyon telah menganalisis studi yang dipublikasikan dari bukti hewan dan penelitian terbatas pada manusia. Salah satunya adalah penelitian terbesar yang diterbitkan pada Maret oleh US National Cancer Institute. Laporan tersebut mengkaji 12.300 penambang selama beberapa dekade mulai 1947. Para peneliti menemukan bahwa para penambang yang sangat terkena knalpot diesel memiliki risiko lebih tinggi meninggal akibat kanker paru-paru.

Asap di sebuah pertambangan (Dok:baltimorebrew.com)
Namun pendapat para ahli tersebut tidak diterima begitu saja. Para pelobi untuk industri diesel berpendapat penelitian ini tidak kredibel. Menurut mereka, peneliti tidak memiliki data yang tepat mengenai seberapa banyak penambang yang terpapar di tahun-tahun awal penelitian. Para peneliti, kata pelobi, hanya meminta penambang mengingat eksposur seperti apa yang mereka alami.

Di sisi lain, risiko seseorang terkena kanker tergantung pada banyak variabel. Mulai dari susunan genetik pada jumlah dan lamanya waktu pemaparan terhadap zat berbahaya.

Lepas dari itu, untuk menghindari asap knalpot kendaraan-entah bermesin diesel atau tidak—tak ada salahnya Anda menggunakan masker saat berkendara. Atau menghindari jalan-jalan penuh kendaraan berasap.

Sumber: SHNews.com

Rabu, 13 Juni 2012

Plak Gigi Terkait Kanker


Jumlah plak gigi yang tinggi dapat meningkatkan risiko kematian akibat kanker, kata para ilmuwan.


Membersihkan plak gigi (Dok:webMD)
LONDON – Kebersihan mulut dapat membawa Anda pada kehidupan. Sebaliknya, sejumlah plak atau karang gigi yang menandai kebersihan mulut yang buruk dapat mengantarkan Anda pada kematian dini karena kanker, para peneliti Swedia menemukan.

Studi observasional yang dipublikasikan jurnal online BMJ Open ini mengamati 1.390 orang dalam rentang tahun 1985 hingga 2009.

Seperti dinukil dari The Telegraph, Selasa (12/6), pada awal penelitian, seluruh partisipan ditanyai tentang faktor-faktor yang mungkin akan meningkatkan risiko kanker mereka. Peneliti juga menilai kebersihan mulut partisipan.

Setelah 24 tahun studi, 58 pasien meninggal dunia, 35 di antaranya akibat kanker. Para korban meninggal ini memiliki jumlah plak gigi yang jauh lebih tinggi, peneliti menemukan. Indeks plak gigi mereka yang telah meninggal dunia, menurut studi, lebih tinggi daripada partisipan yang selamat.

Mereka yang meninggal mencetak skor antara 0,84-0,91 pada indeks yang menunjukkan bahwa daerah gusi dari gigi ditutupi plak. Sedangkan mereka yang selamat mencatat angka lebih rendah secara konsisten dari 0,66-0,67. Ini menunjukkan cakupan plaknya hanya sebagian.

Rata-rata usia kematian adalah 61 tahun untuk perempuan dan 60 untuk pria. Para perempuan yang diduga hidup sekitar 13 tahun lebih lama. Sedangkan, para pria diperkirakan mendapat tambahan hidup 8,5 tahun. Dengan demikian, para penulis berpendapat, kematian para partisipan bisa dianggap prematur atau dini.

Perlu menjaga kebersihan mulut (Dok:healthylifestyletips.com

"Berdasarkan temuan ini, beban tinggi bakteri pada permukaan gigi dan di saku gingiva—permukaan akar gigi-Red--selama waktu yang berkepanjangan memang mungkin memainkan peran dalam karsinogenesis (proses perubahan menjadi kanker-Red)," para penulis melaporkan.

Namun, penulis mengingatkan bahwa penemuan mereka tidak membuktikan bahwa plak gigilah penyebab pasti kanker. Karenanya, perlu penelitian lebih mendalam tentang subyek ini.

"Hipotesis penelitian kami telah dikonfirmasi oleh temuan bahwa kebersihan mulut yang buruk, sebagaimana tercermin dalam jumlah plak gigi, dikaitkan dengan peningkatan kematian akibat kanker," tulis para peneliti.

Mereka menambahkan, "Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah ada faktor kausal dalam hubungan yang diamati tersebut."

Plak gigi yang menunjukkan kebersihan mulut yang buruk dan menjadi sumber potensi infeksi, sebelumnya telah dikaitkan dalam masalah kesehatan sistemik. Plak gigi berasal dari lapisan bakteri yang meliputi permukaan gigi, termasuk celah antara gigi dan gusi. 

Sumber: SHNews.co

Jumat, 08 Juni 2012

Bahaya CT Scan pada Anak


Beberapa kali memindai otak, anak berisiko tiga kali terkena leukimia dan kanker otak ketika dewasa.

JAKARTA – Teknologi dapat membantu kesehatan. Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan juga dapat membawa kerugian. Seperti yang ditemukan peneliti Australia dalam pemanfaatan pemindai CT--Computerized Tomography Scan atau CT Scan yang melebihi dosis pada anak-anak.

Terlalu sering memindai otak bisa berisiko (Dok:newsdailybrief.com)
Anak-anak yang beberapa kali menjalani pemindaian otak tersebut berisiko tiga kali terkena leukimia dan kanker otak di kemudian hari. Karenanya, studi baru yang dipublikasikan The Lancet, Kamis (7/6), menekankan pentingnya meminimalisir pasien dari paparan pemindaian otak.

Pemindai CT menggunakan sinar-X, yang juga termasuk pengion, untuk memperoleh gambar tiga dimensi bagian-bagian tubuh dan organ dalam. Pemindai CT juga dapat digunakan untuk memindai satu organ tubuh saja (misalnya, otak) atau mencitrakan seluruh tubuh secara umum.

Para peneliti yang dipimpin Mark Pearce dari University of Newcastle, Inggris, mempelajari hampir 180.000 pasien yang melakukan pemindaian CT antara 1985 dan 2002 pada 70 persen rumah sakit di Inggris.

Berisiko  
Hasilnya, anak berusia di bawah 15 tahun yang dua atau tiga kali melakukan pemindaian CT ternyata tiga kali lebih cenderung menderita kanker otak di kemudian hari. Melakukan pemindaian lima sampai 10 kali pada masa kecil dapat berisiko tiga kali menderita leukimia, menurut studi.

Tapi, menurut studi, risiko absolutnya terbilang kecil. Satu kali pemindaian kepala sebelum usia 10 tahun menghasilkan satu kelebihan kasus dari leukemia dan tumor otak per 10.000 pasien dalam sepuluh tahun setelah tereksposur.

Profesor Bruce Armstrong dari the University of Sydney School of Public Health mengatakan risiko peningkatan kasus kanker dari radiasi ion ini tidak terduga. Selama ini orang hanya mengenal kanker yang disebabkan oleh efek ion atau radiasi nuklir.

"Ini pekerjaan besar yang menekankan pentingnya menggunakan bentuk pencitraan hanya ketika memiliki alasan medis yang kuat," kata Profesor Armstrong dalam sebuah pernyataan.

Armstrong menambahkan, teknologi seharusnya digunakan dengan cara meminimalkan paparan radiasi terhadap pasien.

Sejauh ini, pemindaian otak yang digunakan dengan alasan klinis hanya berlaku di Inggris.

Mengurangi Dosis
Teknologi pemindai juga telah dikembangkan agar dapat meminimalkan risiko. Pemindai otak baru misalnya, memiliki pilihan dosis pengurangan. Praktisi juga sangat menyadari risiko dan kebutuhan untuk membenarkan dosis, menurut Dr. Andrew J Einstein dari New York Columbia University Medical Center.

Menurut Pearce, penggunaan pemindai otak yang terlalu berlebihan demi akurasi diagnosis dan kecepatan memindai kerap membawa masalah baru. Inilah yang membuat pasien muda mendapatkan anestesi--pembiusan--dan obat sedatif atau obat penenang, yang sebenarnya tidak perlu.

"Perbaikan lebih lanjut untuk memungkinkan pengurangan dosis CT harus menjadi prioritas, tidak hanya bagi masyarakat radiologi tetapi juga untuk produsen," kata dia.

April silam, sebuah penelitian Amerika Serikat menemukan anak di bawah usia 10 tahun yang sering melakukan X-Ray gigi, yang menggunakan radiasi ion, berisiko lebih tinggi terkena tumor otak saat dewasa.

Sumber: SHNews.co

Kamis, 07 Juni 2012

Rollercoaster Menyelamatkanku


Gadis 20 tahun yang menunggu waktu kematian akibat tumor di otaknya selamat setelah bermain rollercoaster.

Emma Basset diselamatkan rollercoaster (foto:Daily Mail)
LONDON – Delapan tahun bergelut dengan tumor bukan waktu yang pendek. Apalagi, tumor yang menyerang makin besar dari waktu-ke waktu. Tapi, siapa sangka, seorang gadis berusia 20 tahun selamat dari tumor otaknya setelah bermain rollercoaster.

Ketika di bangku sekolah dasar, Emma Bassett mulai merasa tidak enak badan dan dirujuk ke rumah sakit untuk tes. Dia diagnosis mengidap tumor di otaknya pada usia 12 tahun. Dokter yang memeriksa mengatakan, tumor di otak Emma  sebesar buah jeruk.

"Sungguh mengejutkan menemukan saya punya tumor dan sudah tumbuh di dalam diriku, mungkin selama bertahun-tahun, tanpa saya  sadari,” kata Emma kepada Daily Mail, Rabu (6/6).

Benjolan di kepalanya itu menghalangi aliran cairan serebro spinal yang mengelilingi otak dan melindungi sistem saraf pusat pada trauma. Menurut dokter, tumor itu sudah berkembang sejak dia berusia enam tahun.

Menurut dokter, Emma harus menjalani operasi pengangkatan tumor. Namun, operasi akan berbahaya karena berdampak buruk pada dirinya.

"Saya memiliki begitu banyak hidroterapi, fisioterapi, dan terapi wicara yang memampukan saya sampai hari ini. Para dokter pikir saya mungkin bisa membuat sedikit perbaikan setelah operasi,” kata Emma.

Emma tak menyangka memiliki tumor sejak enam tahun (Dok:Daily Mail)

Selama delapan tahun dengan tumor, gadis berambut lurus ini telah menjalani berbagai operasi. Dia menghabiskan waktu satu tahun dengan kakinya dalam belat, kemudian dua tahun berjalan dengan tongkat penopang.

"Setelah operasi, saya tidak bisa berjalan, berbicara, atau bahkan memberi makan diriku sendiri. Namun, saya bertekad saya akan berjalan lagi dan mengalahkan tumor itu. Ini butuh tahun-tahun kerja keras,” kata Emma.

Dia bahkan harus memiliki sol khusus yang dimasukkan dalam sepatu untuk mendukung dia berjalan.

Lumpuh di pipi kiri (Daily Mail)
Namun, tumor di kepalanya tidak berhenti tumbuh sehingga Emma harus menemui dokter. Kali ini, melihat tumornya yang makin besar, dokter mengatakan dia perlu dioperasi lagi. Namun, kali ini, risikonya adalah dia bisa berada dalam kondisi koma. Waktu hidupnya berada dalam hitungan jam.

Akhir pekan sebelum operasi, Gina, ibunda Emma, mengajak putrinya dan beberapa teman ke Thorpe Park di Surrey, London, Inggris. Emma juga gembira karena bisa menikmati waktu-waktu terakhirnya bersama ibu dan teman-temannya. Di sana, mereka naik rollercoaster.

Tanpa disangka, gerakan naik turun yang begitu cepat ketika naik rollercoaster bermanfaat bagi penyakitnya. Cairan di otaknya dapat menyebar sehingga mengurangi tekanan yang dapat membunuhnya.

Pada pemeriksaan terakhir saya, tidak ada tanda-tanda tumornya muncul kembali, ini jadi berita besar," kata perempuan yang tinggal di Twickenham, London barat.

Juru kampanye
Para dokter mengatakan bahwa mereka tidak pernah berharap akan menemukan kemajuan yang begitu besar pada Emma. Sebab, Emma benar-benar telah sembuh. Satu-satunya tanda bahwa tumor pernah ada di otaknya, adalah sedikit kelumpuhan pada sisi kiri wajahnya.

Kini, Emma  telah bekerja sama dengan Samantha Dickson Brain Tumour Trust untuk menjadi juru bicara kampanye HeadSmart yang bertujuan meningkatkan kesadaran bagaimana menemukan tanda-tanda awal tumor otak.

Akhirnya, saya bisa bisa melakukan hal-hal yang selalu saya inginkan dan menjalani kehidupan yang selalu ingin saya tempuh,” kata calon guru ini.

Sumber: SHNews.com

Rabu, 06 Juni 2012

Ginseng Mengurangi Kelelahan


Ginseng dosis tinggi dapat mengurangi kelelahan yang disebabkan oleh kanker, kata studi.

JAKARTA – Ginseng dapat membantu penderita kanker mengatasi kelelahan berkepanjangan. Demikian temuan terbaru peneliti dari Pusat Kanker Klinik Mayo Amerika Serikat.

Akar ginseng Amerika (Dok:minnesota.publicradio.org)
Peneliti Dr. Debra Barton dari Klinik May menemukan, ginseng membantu pasien kanker melawan rasa lemah akibat penyakitnya dalam jangka panjang. Konsumsi dosis tinggi ginseng Amerika ternyata lebih efektif mengurangi kelelahan terkait kanker.

Daily Mail, Senin (4/6), melaporkan studi mempelajari 340 pasien yang sedang menyelesaikan pengobatan kanker atau sedang dirawat karena kanker di satu dari 40 pusat komunitas medis. Sebanyak 60 persen pasien di antaranya menderita kanker payudara.

Setiap hari, para pasien yang terlibat studi menerima dosis plasebo (palsu) atau 2.000 miligram ginseng berbentuk kapsul yang mengandung akar ginseng murni Amerika.

Barton menjelaskan, ginseng kadang-kadang diolah dengan menggunakan etanol yang dapat memberikan sifat seperti estrogen yang dapat membahayakan pasien kanker payudara.

Nah, pada empat minggu, ginseng murni yang diberikan hanya sedikit memberi perbaikan pada gejala kelelahan. Namun, pada delapan minggu, ginseng yang ditawarkan menunjukkan peningkatan yang signifikan bagi pasien kanker yang umumnya mengalami kelelahan, seperti perasaan “aus”, “lemas”, “loyo”, “ambruk”, atau “lesu” dibandingkan kelompok plasebo.

Dr Barton mengatakan, setelah delapan minggu, “kami melihat 20 titik peningkatan” atas pasien kanker menghadapi kelelahan. Ini diukur dengan standar kelelahan pada skala 100 poin. Herbal ini juga, lanjut Barton, jelas tidak memiliki efek samping.

Selama ini ginseng dikenal dalam pengobatan tradisional China sebagai obat kuat alami. Hingga penelitian ini, dampak ginseng belum diuji secara ekstensif terhadap kelelahan melemahkan yang terjadi pada hampir 90 persen pasien kanker.

Kelelahan pada pasien kanker telah dikaitkan dengan peningkatan sitokin--protein penyebab peradangan--dalam sistem kekebalan tubuh serta tingkat hormon stres kortisol yang rendah.

Studi pada hewan menunjukkan bahan aktif ginseng yang disebut ginsenosides dapat mengurangi sitokin terkait dengan peradangan. Studi ini juga menemukan ginseng dapat membantu mengatur kadar kortisol dalam hewan.

Selanjutnya, Dr. Borton akan meneliti secara dekat efek ginseng pada biomarker atau tanda-tanda khusus dalam tubuh, terutama untuk kelelahan. Pasalnya, menurut dia, "kanker adalah pengalaman stres kronis berkepanjangan dan efeknya dapat berlangsung 10 tahun setelah diagnosis dan pengobatan.”

Dia menambahkan, “Jika kita dapat membuat tubuh lebih baik selama pengobatan dengan menggunakan ginseng, kita mungkin dapat mencegah kelelahan berat jangka panjang.”

Sumber: SHNews.co

Sheryl Crow Optimistis


Setelah berjuang dengan kanker payudara, penyanyi Sheryl Crow didiagnosis tumor otak dan tetap semangat.


Sheryl Crow tetap optimistis (Dok:gurdian.co.uk)

Perjuangan Sheryl Crow melawan sel-sel kanker belum berakhir. Setelah beberapa tahun mengidap kanker payudara, penyanyi, gitaris, dan penulis lagu asal Amerika Serikat ini menemukan dirinya memiliki tumor di otak.

Crow mengaku merasa ada yang salah dengan dirinya. “Saya khawatir tentang memori saya sehingga saya melakukan MRI—magnetic resonance imaging atau pemindaian—Red). Dan saya menemukan saya punya tumor otak,” kata Sheryl Suzanne Crow kepada Las Vegas Review-Journal, baru-baru ini.

Musisi yang berjuang melawan kanker payudara pada 2006, kehilangan memori di atas panggung di sebuah konser di Florida, AS, Mei tahun silam. Dia lupa lirik lagunya “Soak Up the Sun”.

Tetap bermusik (Dok:diffuser.fm)


Kala itu, di depan penggemarnya, penyanyi beraliran country, pop, folk, dan blues rock, mengatakan, “Saya sudah 50 tahun, mau bilang apa lagi.”

Tumor otak yang didiagnosis pada November 2011, tidak akan menghentikan aktivitas kelahiran 11 Februari 1962. Meski tidak merinci pengobatan yang sedang dijalani, Crow menegaskan akan terus menggelar pentas. Peraih sembilan Grammy dan tiga American Award ini juga sedang mengerjakan album kedelapannya.

"Ini jinak, jadi saya tidak perlu khawatir tentang hal itu,” penyanyi dan penulis lagu “All I Wanna Do” berujar.

Sumber: SHNews.co

Senin, 04 Juni 2012

“Bom Pintar” untuk Kanker Payudara


Para dokter menemukan kombinasi terapi yang membombardir sel-sel kanker tanpa merusak sel normal.

(Dok:yeecode.com)
JAKARTA – Para dokter telah menjatuhkan “bom pintar” pertama untuk kanker payudara. Ini adalah terapi untuk membombardir sel-sel racun dalam kanker dan membiarkan sel-sel normal tetap sehat.

Mengutip AP, Minggu (3/6), pengobatan eksperimental ini membuat para pasien dapat hidup beberapa bulan tanpa merasakan sakit yang begitu parah. Yang tidak kalah penting, sepertinya, pengobatan tersebut dapat membuat pasien bertahan hidup.

Dalam temuan yang akan disajikan pada konferensi kanker di Chicago, Amerika Serikat, peneliti menemukan, setelah dua tahun pengobatan, 65 persen pasien tetap hidup dibandingkan 47 persen pada kelompok pembanding yang mengkonsumsi dua obat kanker standar.

Batas tersebut hanya turun sedikit di bawah kriteria sangat ketat yang ditetapkan peneliti untuk menghentikan penelitian dan mengumumkan pengobatan baru sebagai pemenang. Para peneliti juga berharap manfaat terapi makin jelas sejalan dengan waktu.

Tambahan pula, peneliti juga belum dapat menentukan kelangsungan hidup rata-rata dari kelompok pasien yang menjalani pengobatan baru.

"Perbedaan mutlaknya adalah lebih besar satu tahun dari waktu hidup mereka," kata Dr. Kimberly Blackwell, pemimpin studi dari Duke University. "Ini adalah langkah maju yang besar."

Namun, Blackwell memperingatkan agar para pasien tidak terlalu berharap besar pada temuan tersebut. Obat ini, kata dia, masih percobaan sehingga belum tersedia di pasaran. Dia berharap pengobatan ini mencapai pasar dalam setahun.

Senjata Ganda
Pengobatan ini didasarkan pada Herceptin, terapi gen bertarget pertama untuk kanker payudara. Pengobatan ini digunakan untuk sekitar 20 persen pasien tumor yang kelebihan protein tertentu.

Para peneliti mengkombinaskan Herceptin, kemoterapi yang begitu beracun, dengan sebuah bahan kimia untuk menjaga agar keduanya mencapai sel kanker dan melepaskan racun untuk membunuhnya.

Senjata ganda yang disebut T-DM1 atau "bom pintar" ini sebenarnya tidak sepenuhnya cerdas. Herceptin bukan perangkat pelacak, hanya sebuah zat yang mengikat beberapa ons sel kanker payudara saat bertemu bom tersebut.

Dokter menguji T-DM1 terhadap 991 perempuan dengan kanker payudara yang telah menyebar luas dan makin buruk dengan memberikan Herceptin dan kemoterapi biasa. Mereka juga mendapatkan infus T-DM1 lain setiap tiga minggu atau infus harian Xeloda plus pil Tykerb--satu-satunya pengobatan yang disetujui dalam kasus-kasus kanker lain.

Waktu bertahan bagi pasien yang diberikan T-DM1 bertambah hampir 10 bulan daripada kelompok lain yang hanya enam bulan. Pemeriksaan tentang besarnya manfaat yang awalnya dilihat dengan Herceptin, kemudian terbukti meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan juga, kata Blackwell.

Selain itu, T-DM1 menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan obat lain. Memang, beberapa perempuan yang menggunakan T-DMI1 menunjukkan tanda-tanda kerusakan hati dan tingkat yang lebih rendah dari pembekuan darah. Tetapi, kebanyakan relawan tidak memiliki masalah yang biasa didapatkan dari kemoterapi.

"Rambut mereka tidak rontok, mereka tidak muntah. Mereka tidak perlu obat mual dan transfusi,” kata Dr Blackwell, yang pernah menjadi konsultan di Genentech, sponsor studi tersebut.

"Data yang cukup menarik," kata Dr Michael Link, spesialis kanker anak di Stanford University yang juga Presiden American Society of Clinical Oncology, yang akan menjadi tuan rumah Konferensi Chicago tempat temuan ini disajikan.

"Ini semacam jenis terapi bom pintar, racun yang dikirim ke tumor dan yang tidak menimbulkan kerusakan pada organ lain," kata dia.

Sumber: SHNews.co

Jumat, 01 Juni 2012

Kasus Kanker Global Melonjak

Peneliti memperkirakan kasus kanker di dunia cenderung meningkat hampir 75 persen pada 2030.

LYON – Kasus kanker di seluruh dunia cenderung naik hampir 70 persen pada 2030. Lonjakan pasien kanker didorong oleh faktor demografi dan gaya hidup.

Perawatan paliatif (Dok:omicsgroup.org)
Dalam jurnal Lancet Oncology, seperti dinukil dari AFP, Jumat (1/6), peneliti dari International Agency for Research on Cancer (IARC) di Lyon, Prancis, memaparkan ada 12,7 juta kasus kanker pada 2008. Tim peneliti yang dipimpin Freddie Bray ini menemukan, pada 2030, kasus kanker meningkat hingga menyentuh angka 22,2 juta. Yang tidak kalah memprihatinkan, 90 persen kasus kenaikan kanker terjadi di negara-negara termiskin.

Di banyak negara, kanker terkait dengan infeksi, seperti kanker usus besar, rektum, payudara, dan prostat. Menurut laporan peneliti, jenis kanker ini berhubungan dengan pola makan “kebarat-baratan”.

Studi menggunakan data dari GLOBOCAN atau kanker global yakni basis data kasus kanker dari 184 negara.

Pada 2008, kanker payudara, paru-paru, kolorektal, dan prostat merupakan separuh kasus dari hasil penghitungan kanker di negara-negara kaya. Sedangkan di negara-negara dengan pendapatan menengah, kasus yang paling banyak terjadi adalah kanker lambung, esofagus—saluran cerna dari tenggorokan memanjang ke perut--, dan hati. Baik negara kaya maupun menengah, kanker serviks dan perut meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Di negara-negara termiskin, jumlah kanker serviks paling melonjak, melebihi kanker payudara dan hati.

"Jika tren kanker spesifik dan jenis kelamin spesifik dalam studi ini terus berlanjut, kami memperkirakan peningkatan kasus semua jenis kanker dari 12,7 juta kasus baru pada 2008 menjadi 22,2 juta pada 2030," kata studi tersebut.

Peneliti menambahkan, “Target intervensi dapat menyebabkan penurunan proyeksi kenaikan kanker, melalui strategi pencegahan primer, di samping vaksinasi, deteksi dini, dan program pengobatan yang efektif."

Sumber: SHNews.co