Jumat, 21 Desember 2012

Kopi Menurunkan Risiko Kanker Tenggorokan


Minum kopi mengurangi risiko kematian akibat kanker tenggorokan.

Peminum kopi berisiko rendah terkena kanker tenggorokan/guardian.co.uk

JAKARTA – Ini kabar gembira bagi Anda penggemar kopi. Anda mungkin sudah tahu dan memang terbukti, kopi memiliki banyak manfaat kesehatan, mulai dari perlindungan kardiovaskuler, kulit hingga penangkal penyakit tertentu, seperti Parkinson.

Kini, sebuah studi skala besar dalam The American Journal of Epidemiology menemukan para peminum kopi lebih kecil kemungkinannya kehilangan nyawa karena kanker mulut, New York Times melaporkan awal pekan ini.

Para ilmuwan mengamati lebih dari 900.000 pria dan perempuan sehat sejak 1982 dan dan 26 tahun kemudian, hanya 868 orang yang meninggal dunia karena kanker mulut atau tenggorokan.

Para partisipan mengisi kuesioner menyoal kesehatan dan kebiasaan diet mereka. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti merokok dan konsumsi alkohol, peneliti menemukan mereka yang minum satu cangkir kopi berisiko menemui ajal 26 persen lebih rendah akibat kanker mulut ketimbang mereka yang tidak minum kopi.
Sedangkan mereka yang meneguk dua sampai tiga cangkir kopi setiap hari, risiko kematian karena kanker tenggorokan lebih rendah 33 persen. Dan, para penggila kopi, minum setidaknya empat sampai lima gelas tiap hari, mengikis 50 persen risiko meninggal dunia karena kanker tenggorokan.

Peneliti mengingatkan, kopi yang diteguk adalah yang mengandung kafein. Studi ini juga tidak mengaitkan penurunan risiko kanker tenggorokan bagi peminum teh.

Janet S. Hildebrand dari American Cancer Society, penulis utama studi, mengatakan bahwa penelitian ini masih belum bisa memastikan apakah peminum kopi cenderung mengembangkan kanker mulut atau hanya lebih bertahan terhadap itu.

Lepas dari itu, hal mendasar yang mungkin merekatkan hubungan tersebut adalah fakta bahwa kopi mengandung senyawa antioksidan dan penangkal kanker.

Sumber: SHNews.co

Rabu, 12 Desember 2012

Pasien Kanker "Disembuhkan" oleh HIV


Emily Whitehead, 7 tahun, pasien kanker leukimia pertama yang disembuhkan oleh modifikasi HIV.

Emily Whitehead/Photo: Universal News and Sport
PHILADELPHIA – Kemoterapi gagal membantu Emily Whitehead yang diadignosa leukimia lymphoblastic akut. Gadis tujuh tahun ini kemudian menjalani pengobatan eksperimental baru di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Amerika Serikat. Hasilnya: Emily Whitehead mencatatkan sejarah sebagai pasien leukimia anak yang sembuh dengan HIV (human immunodeficiency virus) penyebab AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).

Tim dokter mengobati Emily dengan HIV yang dinonaktifkan untuk memprogram ulang sistem kekebalan. Ini semacam tipuan agar sistem kekebalan tubuh melawan sel-sel kanker. Dan, enam bulan kemudian, Emily bebas dari sel-sel kanker itu.

"Dalam perang melawan kanker tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan Emily," ayah Emily, Tom Whitehead dari Philipsburg, Pennsylvania, mengatakan kepada Philadelphia Inquirer, mengutip Telegraph, Selasa (11/12).

Emily bukan pasien semata wayang yang menjalani pengobatan dengan HIV. Ada selusin pasien yang ambil bagian dalam program ini. Tiga pasien dewasa lain sudah dinyatakan sembuh, dua di antaranya sudah bebas kanker selama lebih dari dua tahun.

Empat pasien dewasa lain menunjukkan perbaikan, tetapi sel-sel kankernya tidak menghilang semuanya. Satu pasien anak juga membaik, tapi kemudian kambuh lagi. Sementara, pengobatan tersebut tidak bekerja pada dua pasien dewasa lain.

Pengobatan ini membunuh jutaan sel-T masing-masing pasien. HIV yang dinonaktifkan ini telah dimodifikasi untuk menyerang sel-sel kanker sebelum dimasukkan kembali ke dalam sistem kekebalan tubuh para pasien.

Para pasien menjadi sangat kesakitan karena gejala demam sebelum pulih, dan Emily bahkan sekarat. Dia menggambarkan pengalaman ini sebagai "benar-benar, benar-benar menakutkan". Namun, kini, Emily cukup sehat untuk kembali ke sekolah.

Para peneliti mengatakan pengobatan dengan biaya sekitar 20 ribu dolar AS untuk setiap pasien ini masih dalam tahap awal. Tetapi, mereka berharap cara ini dapat menggantikan transplantasi sumsum tulang yang berisiko.

Pediatrik onkologi Dr. Stephan Grupp, Direktur Pusat Penelitian Kanker Anak di Rumah Sakit Anak Philadelphia, mengatakan kepada CBS: "Kami telah merawat sepasang pasien pertama dan kami terpesona dengan hasilnya. Sangat menarik.”

"Kami mengumpulkan sel-sel dari sistem kekebalan tubuh pasien, jadi kami menggunakan sel-sel pasien sendiri. Kami memasukkan sebuah gen baru yang sel-selnya mengusir sel-sel kanker dan kemudian menempatkan kembali sel-sel itu ke pasien,” kata Dr. Grupp.

Dia menambahkan: "Kami masih belum tahu hasilnya sampai kita melakukannya pada lebih banyak pasien dan menindaklanjuti apakah ada potensi untuk menyembuhkan pasien.”

Sebelumnya pasien jatuh sakit, tapi tidak jelas apakah itu karena T-sel atau infeksi.

Sekarang kita tahu alasan utama mereka sakit adalah karena sel-sel itu. Tapi sekarang kita bisa mengintervensi. Dia (Emily) yang mengajarkan kita."

Sumber: SHNews.co.

Senin, 10 Desember 2012

Aspirin Melawan Kanker Usus


Aspirin dapat membantu pasien kanker usus usia lanjut hidup lebih lama, menurut studi baru.

Aspirin/Alamy.
NEW YORK – Pasien kanker usus umur sepuh yang diberi resep harian aspirin kurang mungkin meninggal dunia dibandingkan mereka yang tidak minum obat tersebut. Demikian temuan baru yang dipublikasikan dalam Journal of the American Geriatrics Society.

Meski hasil ini perlu dikonfirmasi dengan berbagai studi yang lebih ketat, para peneliti telah menambahkan bukti yang mengaitkan aspirin dengan peluang pasien kanker untuk hidup lebih lama. Selain itu, riset menunjukkan pula obat relatif murah ini dapat mencegah beberapa jenis penyakit di tempat pertama.

Pedoman medis saat ini mendukung penggunaan aspirin dosis rendah untuk mencegah penyakit jantung. Tetapi, obat ini tidak direkomendasikan untuk melawan atau mencegah kanker, mengutip Reuters, Jumat (7/12).

Studi melibatkan lebih dari 500 pasien kanker usus di Belanda berusia 70 tahun atau lebih. Lebih dari 100 orang diberi resep dosis rendah aspirin setiap hari untuk melindungi jantung setelah mereka didiagnosis kanker.

Antara 1998 hingga 2007, tingkat kematian bagi mereka yang menelan aspirin sekitar setengah dari pengguna nonaspirin. Efek terbesar dirasakan oleh pasien yang kankernya makin naik dan mereka yang tidak menerima kemoterapi.

Dosis Rendah
Studi sebelumnya juga menarik kaitan penggunaan aspirin dan peningkatan kelangsungan hidup. Penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine pada Oktober silam, mengungkapkan terapi aspirin dapat memperpanjang kelangsungan hidup bagi pasien kanker usus yang tumornya memiliki mutasi genetik tertentu.

Namun, perlu uji coba ilmiah terkontrol secara acak untuk mengkonfirmasi temuan yang didasarkan pada pengamatan setelah fakta. Karenanya, para peneliti belum dapat memastikan apa sebenarnya yang mencuatkan efek aspirin pada opa dan oma yang digerogoti kanker usus ini.

Kami cukup yakin dengan efeknya, tapi tidak yakin seberapa besar,” kata penulis studi, Dr. Gerrit Jan Liefers dari Medical Center Universitas Leiden di Belanda.

Salah satu keterbatasan dari studi ini adalah bahwa tampaknya aspirin diresepkan tidak untuk obat. Sebab, dosis rendah aspirin untuk melindungi jantung tidak tersedia di toko obat Belanda.

Ada kemungkinan, manfaat aspirin untuk jantung membantu pasien hidup lebih lama. Namun, peneliti tidak bisa menjelaskan besaran perbedaan dalam tingkat kematian. Juga, mungkin ada perbedaan antara kelompok yang belum ditemukan oleh para peneliti yang membuat pengguna aspirin hidup lebih panjang.

Liefers sendiri tidak sepenuhnya jelas bagaimana aspirin dapat memerangi kanker usus. Satu kemungkinan: aspirin memblokir enzim cyclooxygenase-2 atau COX-2, yang terlibat dalam peradangan dan diekspresikan dalam sekitar 70 persen dari tumor usus.

Sumber : SHNews.co.

Senin, 03 Desember 2012

HPV dan Kanker Laring


Penderita kanker pita suara berisiko memiliki jaringan kanker akibat human papillomavirus (HPV).

Kanker tenggorokan/FoxNews.com

JAKARTA - Infeksi menular seksual dianggap terkait dengan kanker serviks. Namun, studi baru mengemukakan, penyakit menular seksual (PMS) juga berisiko lima kali lebih besar terserang kanker pita suara atau tenggorokan.

Menggabungkan hasil dari 55 studi selama dua dekade terakhir, peneliti China menemukan 28 persen orang dengan kanker laring atau pita suara memiliki jaringan kanker yang positif terkena human papillomavirus (HPV). Tetapi dengan tingkat studi yang bervariasi, dari pasien kanker tenggorokan yang tidak memiliki HPV hingga 79 persen dengan infeksi tersebut.

"Kami menemukan bahwa HPV tampaknya dikaitkan dengan sejumlah karsinoma sel skuamosa di kepala, leher dan tenggorokan," kata Dr William Mendenhall, ahli onkologi radiasi dari University of Florida di Gainesville, Amerika Serikat, yang tidak berpartisipasi dalam analisis, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (30/11).

HPV atau virus papiloma manusia menular dengan mudah melalui hubungan seks. Diperkirakan mereka yang aktif secara seksual, berusia 15-49 tahun, mengalami setidaknya satu jenis infeksi HPV.

Namun, menurut dia, "Risiko HPV pada kanker laring mungkin relatif rendah. Kebanyakan pasien saat ini yang datang dengan kanker laring memiliki sejarah merokok yang kuat, juga peminum berat."

Seiring dengan tembakau dan alkohol, pola makan buruk dan paparan bahan kimia tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker laring serta kanker otak dan leher lain.

Masyarakat Kanker Amerika memperkirakan 12.360 orang akan didiagnosis dengan kanker laring di AS pada 2012. Juga diprediksi bakal ada 3.650 kematian akibat penyakit tersebut.

Seiring dengan kajian lebih besar, peneliti yang dipimpin oleh Dr Xiangwei Li, dari Chinese Academy of Medical Sciences dan Peking University Medical di Beijing menganalisis 12 studi yang membandingkan jaringan tubuh dari total 638 pasien kanker dan nonkanker. Mereka menemukan jaringan kanker tenggorokan memiliki 5,4 kali kemungkinan positif terinfeksi HPV, dibandingkan dengan jaringan pasien nonkanker.

Analisis ini diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases Society of America, pekan silam.

Mendenhall mengatakan bahwa dari semua kanker kepala dan leher, HPV tampaknya memainkan peran terbesar tidak dalam kanker laring, tetapi kanker amandel dan kanker belakang lidah.

Namun, dia menambahkan, "eksposur ini mungkin puluhan tahun sebelumnya. Seseorang yang mengembangkan basis kanker lidah ketika umur 50 tahun, mungkin terkena virus bertahun-tahun sebelumnya, di usia remaja atau 20-an."

Setidaknya setengah dari mereka yang aktif secara seksual mendapatkan HPV di beberapa titik dalam hidup mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS. Tetapi, biasanya virus dibersihkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hanya sekitar 40 jenis HPV yang terkait dengan kanker.

Berdasarkan temuan saat ini, sulit untuk mengetahui berapa banyak dari kanker laring dalam studi awal yang sebenarnya disebabkan oleh virus ini, kata para peneliti.

Namun, Mendenhall mengatakan memperluas vaksinasi HPV kepada anak laki-laki dan laki-laki muda, sesuai rekomendasi CDC, "diharapkan akan mengurangi setidaknya beberapa HPV terkait kanker."

Sumber: SHNews.co.