Keluarga
Ananda mengharapkan segera mendapatkan ruang perawatan dan operasi.
Ananda berobat jalan karena tak ada ruangan perawatan/SH/Robinho Hutapea. |
JAKARTA - Ananda
Nafisah Dafa Putri (4), sebagai anak-anak, tetap bermain dengan
saudaranya di dalam rumah yang smpit di Kampung Cilangkap RT 02/02,
Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Depok.
Meski
mata sebelah kiri semakin membesar, Ananda tetap bermain sebagaimana
biasanya dan seakan-akan tidak merasakan penyakit yang dideritanya.
Padahal, kedua orang tuanya selalu cemas dan khawatir akan benjolan
matanya bila tersentuh atau bersentuhan dengan benda keras.
Ananda,
putri pasangan Sriyono (36) dan Sri Sukatni (35) ini, menderita
kanker di bagian mata. Orang tuanya tidak menyangka bila anak
kembarnya itu menderita penyakit kanker di bagian mata.
Memang,
saat masih berusia 2,5 tahun, ada benjolan di bagian mata kiri
Ananda. Namun, karena ketidaktahuan, ibunya hanya memberi obat tetes
mata yang dibeli di warung. Obat dari warung itu bukannya
menyembuhkan, justru membuat mata Ananda semakin membesar hingga
keluar dari kelopak matanya.
Kini,
Ananda yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara itu masih
menjalani rawat jalan untuk pemeriksaan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat. Ananda belum dirawat, meski sudah
memperoleh fasilitas kesehatan melalui pelayanan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) di Kota Depok melalui sebuah yayasan bernama
Portalinfaq.
“Kami
disarankan menjalani rawat jalan karena masih membutuhkan waktu
pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan tindakan operasi. Hanya saja,
karena keterbatasan uang dan jaraknya cukup jauh, kami berharap anak
kami bisa mendapat rawat inap dan segera diambil tindakan operasi,”
harap Sri Sukatni, ibu Ananda kepada SH, Selasa (21/5).
Menurut
Sri, karena tidak memiliki biaya selama ini, Ananda hanya dibawa
berobat ke puskesmas setempat. Pembengkakan bocah itu semakin besar
dan dokter puskesmas yang menanganinya menyebut bahwa Ananda
menderita kanker mata.
“Dokter
minta agar segera dibawa berobat ke rumah sakit besar. Kami tidak
sanggup karena suami saya hanya bekerja sebagai kuli bangunan,”
jelasnya.
Di
tengah kebingungan itu, Sriyono mendapat tawaran dari sebuah yayasan
yang bersedia membantu pengurusan kartu Jamkesmas. Keluarga miskin
ini sudah dua seminggu lalu mendapat kartu Jamkesmas.
Meski
demikian, pihak RSCM belum menawarkan untuk rawat inap. “Kami
memang tidak bisa rutin memeriksa Ananda ke RSCM karena ongkos ke
Jakarta tidak selalu ada di tangan. Biaya tidak ada untuk
memeriksakan secara rutin ke rumah sakit,” ujarnya.
Kedua
orang tua bayi malang ini mengharapkan agar putrinya segera bisa
mendapat ruangan perawatan. Pasalnya, selain membutuhkan ongkos jika
melakukan pemeriksaan, mereka kasihan dengan kondisi fisik Ananda
bila naik angkutan umum. Apalagi di rumah yang dikontrak ditinggali
oleh tiga keluarga, yaitu saudara, ibunya, serta dia semakin membuat
suasana rumah sempit dan sesak.
Dikatakan
oleh Sriyono, Ananda dilahirkan kembar dengan kakak laki-lakinya yang
kini diasuh oleh neneknya di kampung. “Saya tambah tak tega melihat
kondisi anak saya karena mata Ananda sudah mengkhawatirkan dan harus
segera dioperasi,” uangkapnya.
Di
tengah ketidakberdayaan dan ketidakmampuan, orang tua Ananda juga
mengharapkan bantuan masyarakat untuk meringankan beban mereka.
Bantuan dari masyarakat sangat diharapkan agar putrinya bisa
dilakukan tindakan operasi dan perawatan.
Memang,
sudah ada kartu Jamkesmas, tapi masih banyak kebutuhan lain seperti
obat-obatan yang memerlukan biaya sendiri.“Meski sudah mendapat
kartu Jamkesmas, kami masih khawatir tidak semua biaya perawatan,
tindakan operasi, dan obat-obatan bisa ditanggung kartu Jamkesmas,”
ia menambahkan.
Sumber:
SHNEws.co.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar