Jumat, 21 Desember 2012

Kopi Menurunkan Risiko Kanker Tenggorokan


Minum kopi mengurangi risiko kematian akibat kanker tenggorokan.

Peminum kopi berisiko rendah terkena kanker tenggorokan/guardian.co.uk

JAKARTA – Ini kabar gembira bagi Anda penggemar kopi. Anda mungkin sudah tahu dan memang terbukti, kopi memiliki banyak manfaat kesehatan, mulai dari perlindungan kardiovaskuler, kulit hingga penangkal penyakit tertentu, seperti Parkinson.

Kini, sebuah studi skala besar dalam The American Journal of Epidemiology menemukan para peminum kopi lebih kecil kemungkinannya kehilangan nyawa karena kanker mulut, New York Times melaporkan awal pekan ini.

Para ilmuwan mengamati lebih dari 900.000 pria dan perempuan sehat sejak 1982 dan dan 26 tahun kemudian, hanya 868 orang yang meninggal dunia karena kanker mulut atau tenggorokan.

Para partisipan mengisi kuesioner menyoal kesehatan dan kebiasaan diet mereka. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti merokok dan konsumsi alkohol, peneliti menemukan mereka yang minum satu cangkir kopi berisiko menemui ajal 26 persen lebih rendah akibat kanker mulut ketimbang mereka yang tidak minum kopi.
Sedangkan mereka yang meneguk dua sampai tiga cangkir kopi setiap hari, risiko kematian karena kanker tenggorokan lebih rendah 33 persen. Dan, para penggila kopi, minum setidaknya empat sampai lima gelas tiap hari, mengikis 50 persen risiko meninggal dunia karena kanker tenggorokan.

Peneliti mengingatkan, kopi yang diteguk adalah yang mengandung kafein. Studi ini juga tidak mengaitkan penurunan risiko kanker tenggorokan bagi peminum teh.

Janet S. Hildebrand dari American Cancer Society, penulis utama studi, mengatakan bahwa penelitian ini masih belum bisa memastikan apakah peminum kopi cenderung mengembangkan kanker mulut atau hanya lebih bertahan terhadap itu.

Lepas dari itu, hal mendasar yang mungkin merekatkan hubungan tersebut adalah fakta bahwa kopi mengandung senyawa antioksidan dan penangkal kanker.

Sumber: SHNews.co

Rabu, 12 Desember 2012

Pasien Kanker "Disembuhkan" oleh HIV


Emily Whitehead, 7 tahun, pasien kanker leukimia pertama yang disembuhkan oleh modifikasi HIV.

Emily Whitehead/Photo: Universal News and Sport
PHILADELPHIA – Kemoterapi gagal membantu Emily Whitehead yang diadignosa leukimia lymphoblastic akut. Gadis tujuh tahun ini kemudian menjalani pengobatan eksperimental baru di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Amerika Serikat. Hasilnya: Emily Whitehead mencatatkan sejarah sebagai pasien leukimia anak yang sembuh dengan HIV (human immunodeficiency virus) penyebab AIDS (acquired immunodeficiency syndrome).

Tim dokter mengobati Emily dengan HIV yang dinonaktifkan untuk memprogram ulang sistem kekebalan. Ini semacam tipuan agar sistem kekebalan tubuh melawan sel-sel kanker. Dan, enam bulan kemudian, Emily bebas dari sel-sel kanker itu.

"Dalam perang melawan kanker tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan Emily," ayah Emily, Tom Whitehead dari Philipsburg, Pennsylvania, mengatakan kepada Philadelphia Inquirer, mengutip Telegraph, Selasa (11/12).

Emily bukan pasien semata wayang yang menjalani pengobatan dengan HIV. Ada selusin pasien yang ambil bagian dalam program ini. Tiga pasien dewasa lain sudah dinyatakan sembuh, dua di antaranya sudah bebas kanker selama lebih dari dua tahun.

Empat pasien dewasa lain menunjukkan perbaikan, tetapi sel-sel kankernya tidak menghilang semuanya. Satu pasien anak juga membaik, tapi kemudian kambuh lagi. Sementara, pengobatan tersebut tidak bekerja pada dua pasien dewasa lain.

Pengobatan ini membunuh jutaan sel-T masing-masing pasien. HIV yang dinonaktifkan ini telah dimodifikasi untuk menyerang sel-sel kanker sebelum dimasukkan kembali ke dalam sistem kekebalan tubuh para pasien.

Para pasien menjadi sangat kesakitan karena gejala demam sebelum pulih, dan Emily bahkan sekarat. Dia menggambarkan pengalaman ini sebagai "benar-benar, benar-benar menakutkan". Namun, kini, Emily cukup sehat untuk kembali ke sekolah.

Para peneliti mengatakan pengobatan dengan biaya sekitar 20 ribu dolar AS untuk setiap pasien ini masih dalam tahap awal. Tetapi, mereka berharap cara ini dapat menggantikan transplantasi sumsum tulang yang berisiko.

Pediatrik onkologi Dr. Stephan Grupp, Direktur Pusat Penelitian Kanker Anak di Rumah Sakit Anak Philadelphia, mengatakan kepada CBS: "Kami telah merawat sepasang pasien pertama dan kami terpesona dengan hasilnya. Sangat menarik.”

"Kami mengumpulkan sel-sel dari sistem kekebalan tubuh pasien, jadi kami menggunakan sel-sel pasien sendiri. Kami memasukkan sebuah gen baru yang sel-selnya mengusir sel-sel kanker dan kemudian menempatkan kembali sel-sel itu ke pasien,” kata Dr. Grupp.

Dia menambahkan: "Kami masih belum tahu hasilnya sampai kita melakukannya pada lebih banyak pasien dan menindaklanjuti apakah ada potensi untuk menyembuhkan pasien.”

Sebelumnya pasien jatuh sakit, tapi tidak jelas apakah itu karena T-sel atau infeksi.

Sekarang kita tahu alasan utama mereka sakit adalah karena sel-sel itu. Tapi sekarang kita bisa mengintervensi. Dia (Emily) yang mengajarkan kita."

Sumber: SHNews.co.

Senin, 10 Desember 2012

Aspirin Melawan Kanker Usus


Aspirin dapat membantu pasien kanker usus usia lanjut hidup lebih lama, menurut studi baru.

Aspirin/Alamy.
NEW YORK – Pasien kanker usus umur sepuh yang diberi resep harian aspirin kurang mungkin meninggal dunia dibandingkan mereka yang tidak minum obat tersebut. Demikian temuan baru yang dipublikasikan dalam Journal of the American Geriatrics Society.

Meski hasil ini perlu dikonfirmasi dengan berbagai studi yang lebih ketat, para peneliti telah menambahkan bukti yang mengaitkan aspirin dengan peluang pasien kanker untuk hidup lebih lama. Selain itu, riset menunjukkan pula obat relatif murah ini dapat mencegah beberapa jenis penyakit di tempat pertama.

Pedoman medis saat ini mendukung penggunaan aspirin dosis rendah untuk mencegah penyakit jantung. Tetapi, obat ini tidak direkomendasikan untuk melawan atau mencegah kanker, mengutip Reuters, Jumat (7/12).

Studi melibatkan lebih dari 500 pasien kanker usus di Belanda berusia 70 tahun atau lebih. Lebih dari 100 orang diberi resep dosis rendah aspirin setiap hari untuk melindungi jantung setelah mereka didiagnosis kanker.

Antara 1998 hingga 2007, tingkat kematian bagi mereka yang menelan aspirin sekitar setengah dari pengguna nonaspirin. Efek terbesar dirasakan oleh pasien yang kankernya makin naik dan mereka yang tidak menerima kemoterapi.

Dosis Rendah
Studi sebelumnya juga menarik kaitan penggunaan aspirin dan peningkatan kelangsungan hidup. Penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine pada Oktober silam, mengungkapkan terapi aspirin dapat memperpanjang kelangsungan hidup bagi pasien kanker usus yang tumornya memiliki mutasi genetik tertentu.

Namun, perlu uji coba ilmiah terkontrol secara acak untuk mengkonfirmasi temuan yang didasarkan pada pengamatan setelah fakta. Karenanya, para peneliti belum dapat memastikan apa sebenarnya yang mencuatkan efek aspirin pada opa dan oma yang digerogoti kanker usus ini.

Kami cukup yakin dengan efeknya, tapi tidak yakin seberapa besar,” kata penulis studi, Dr. Gerrit Jan Liefers dari Medical Center Universitas Leiden di Belanda.

Salah satu keterbatasan dari studi ini adalah bahwa tampaknya aspirin diresepkan tidak untuk obat. Sebab, dosis rendah aspirin untuk melindungi jantung tidak tersedia di toko obat Belanda.

Ada kemungkinan, manfaat aspirin untuk jantung membantu pasien hidup lebih lama. Namun, peneliti tidak bisa menjelaskan besaran perbedaan dalam tingkat kematian. Juga, mungkin ada perbedaan antara kelompok yang belum ditemukan oleh para peneliti yang membuat pengguna aspirin hidup lebih panjang.

Liefers sendiri tidak sepenuhnya jelas bagaimana aspirin dapat memerangi kanker usus. Satu kemungkinan: aspirin memblokir enzim cyclooxygenase-2 atau COX-2, yang terlibat dalam peradangan dan diekspresikan dalam sekitar 70 persen dari tumor usus.

Sumber : SHNews.co.

Senin, 03 Desember 2012

HPV dan Kanker Laring


Penderita kanker pita suara berisiko memiliki jaringan kanker akibat human papillomavirus (HPV).

Kanker tenggorokan/FoxNews.com

JAKARTA - Infeksi menular seksual dianggap terkait dengan kanker serviks. Namun, studi baru mengemukakan, penyakit menular seksual (PMS) juga berisiko lima kali lebih besar terserang kanker pita suara atau tenggorokan.

Menggabungkan hasil dari 55 studi selama dua dekade terakhir, peneliti China menemukan 28 persen orang dengan kanker laring atau pita suara memiliki jaringan kanker yang positif terkena human papillomavirus (HPV). Tetapi dengan tingkat studi yang bervariasi, dari pasien kanker tenggorokan yang tidak memiliki HPV hingga 79 persen dengan infeksi tersebut.

"Kami menemukan bahwa HPV tampaknya dikaitkan dengan sejumlah karsinoma sel skuamosa di kepala, leher dan tenggorokan," kata Dr William Mendenhall, ahli onkologi radiasi dari University of Florida di Gainesville, Amerika Serikat, yang tidak berpartisipasi dalam analisis, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (30/11).

HPV atau virus papiloma manusia menular dengan mudah melalui hubungan seks. Diperkirakan mereka yang aktif secara seksual, berusia 15-49 tahun, mengalami setidaknya satu jenis infeksi HPV.

Namun, menurut dia, "Risiko HPV pada kanker laring mungkin relatif rendah. Kebanyakan pasien saat ini yang datang dengan kanker laring memiliki sejarah merokok yang kuat, juga peminum berat."

Seiring dengan tembakau dan alkohol, pola makan buruk dan paparan bahan kimia tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker laring serta kanker otak dan leher lain.

Masyarakat Kanker Amerika memperkirakan 12.360 orang akan didiagnosis dengan kanker laring di AS pada 2012. Juga diprediksi bakal ada 3.650 kematian akibat penyakit tersebut.

Seiring dengan kajian lebih besar, peneliti yang dipimpin oleh Dr Xiangwei Li, dari Chinese Academy of Medical Sciences dan Peking University Medical di Beijing menganalisis 12 studi yang membandingkan jaringan tubuh dari total 638 pasien kanker dan nonkanker. Mereka menemukan jaringan kanker tenggorokan memiliki 5,4 kali kemungkinan positif terinfeksi HPV, dibandingkan dengan jaringan pasien nonkanker.

Analisis ini diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases Society of America, pekan silam.

Mendenhall mengatakan bahwa dari semua kanker kepala dan leher, HPV tampaknya memainkan peran terbesar tidak dalam kanker laring, tetapi kanker amandel dan kanker belakang lidah.

Namun, dia menambahkan, "eksposur ini mungkin puluhan tahun sebelumnya. Seseorang yang mengembangkan basis kanker lidah ketika umur 50 tahun, mungkin terkena virus bertahun-tahun sebelumnya, di usia remaja atau 20-an."

Setidaknya setengah dari mereka yang aktif secara seksual mendapatkan HPV di beberapa titik dalam hidup mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS. Tetapi, biasanya virus dibersihkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hanya sekitar 40 jenis HPV yang terkait dengan kanker.

Berdasarkan temuan saat ini, sulit untuk mengetahui berapa banyak dari kanker laring dalam studi awal yang sebenarnya disebabkan oleh virus ini, kata para peneliti.

Namun, Mendenhall mengatakan memperluas vaksinasi HPV kepada anak laki-laki dan laki-laki muda, sesuai rekomendasi CDC, "diharapkan akan mengurangi setidaknya beberapa HPV terkait kanker."

Sumber: SHNews.co.

Senin, 26 November 2012

Teh Mengurangi Risiko Kanker Ovarium


Perempuan yang minum teh sejak usia dini secara signifikan merosotkan risiko kanker ovarium.

Dok:gethealthinformations.com
LONDON – Minum teh sepanjang usia secara signifikan dapat mengurangi risiko kanker ovarium atau indung telur di umur sepuh, sebuah studi menemukan.

"Konsumsi teh harus didorong karena manfaat potensialnya dalam mencegah penyakit umum dan mematikan," kata salah satu penulis studi Dr. Andy Lee, mengutip Daily Express, Sabtu (24/11).

Para ahli kesehatan melakukan studi selama dua tahun terhadap 1.000 perempuan berusia rata-rata 59 tahun. Setengah dari mereka didiagnosis dengan kanker ovarium, sedangkan 500 lainnya bebas dari penyakit tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa para perempuan yang tidak memiliki kanker lebih cenderung minum teh di usia lebih dini ketimbang mereka yang didiagnosis dengan penyakit itu. Dan, flavonoid, senyawa dengan kekuatan melawan kanker, terutama ditemukan dalam teh hitam, menurut studi yang digelar peneliti School of Public Health, Curtin University di Perth, Australia tersebut.

Kanker ovarium mempengaruhi sekitar 7.000 perempuan per tahun di Inggris. 

Sumber: SHNews.co.

Rabu, 21 November 2012

Diselamatkan oleh Surat Elektronik

Tahu hidupnya tinggal sebentar, Susan Rostron mengirimkan email yang justru menyelamatkan hidupnya

Susan Rostron saved by an email.

DORSET – Saved by an Email. Itulah yang pas untuk menggambarkan kisah Susan Rostron. Dias sudah siap menghadapi kematian akibat kanker pankreas seukuran softbol di tubuhnya. Namun, siapa menyangka, surat elektronik (surel) yang dia kirimkan ke lembaga Riset Kanker Inggris justru menyelamatkan hidupnya.

Susan, warga, Dorchester, Dorset, Inggris, tidak menyadari kanker telah bersarang dalam tubuhnya selama 20 tahun. Semuanya tersingkap ketika dia ke rumah sakit karena sakit perut. Pada April 2011, dia diagnosis kanker.

Hasil tes menunjukkan saya punya tumor yang lebih besar dari jeruk grapefruit,” kata Rostron kepada Daily Mail, Selasa (20/11). “Saya diberitahukan itu tidak dapat disembuhkan dan tidak bisa dioperasi, bahkan kemoterapi juga tidak bisa membantu.”

Mantan kepala sekolah ini memutuskan jika akhirnya meninggal dunia, dia ingin memastikan penyakitnya dapat membantu penelitian kanker pankreas.

Mengetahui Rumah Sakit Southampton memiliki bank jaringan tubuh, Susan, 58 tahun, mengirimkan surat elektronik untuk menawarkan tumornya sebagai bahan penelitian.

Saya diberitahu ada kemungkinan 20 persen saya bisa melepas nyawa di meja operasi. Tetapi, jika Anda memang sudah tahu bahwa Anda memang akan mati, Anda mungkin akan melakukan itu,” pengelola studio tembikar ini mengatakan.

Ternyata, suratnya itu diteruskan pada Neil Pearce, salah satu dokter bedah terkemuka Inggris yang juga konsultan yang mengkhususkan diri dalam pengobatan pankreas.

Kondisi Susan yang tidak biasa yang membuat... kasusnya ditinjau oleh ahli bedah spesialis kanker pankreas terkemuka,” kata Clara MacKay, Direktur Kanker Pankreas Inggris.

Susan pun bertemu Dr. Pearce yang mengatakan dapat melakukan 'bedah ekstrem' yang akan mengangkat pankreas, limpa, lambung dan beberapa bagian dari kerongkongannya.
Susan yang memang sudah siap mati mengiyakan. Dan, operasi operasi yang berlangsung selama 12 jam berjalan mulus. Dia juga telah melewati proses pemulihan yang melelahkan.

"Saya memang mengalami pasang surut, tapi saya merasa satu juta kali lebih baik dan kehidupan saya sungguh berharga.”

Karena tidak punya lambung, Susan harus menyantap makanan ringan, makanan reguler, dan minum obat khusus untuk membantu mencerna makanannya.

"Apa pun yang saya makan sekarang langsung masuk ke usus, jadi saya menyantap makanan kecil sekitar enam kali sehari," kata dia. "Saya bisa makan makanan seperti orang normal dan tidak ada pantangan, tapi saya merasa seolah-olah harus terus-terusan mengunyah. Saya minum obat enzim pankreas untuk membantu pencernaan dan antibiotik," Susan menjelaskan.

Memang, tumornya bisa saja tumbuh lagi. Namun, sejauh ini, dia dinyatakan bersih.

"Sungguh menakjubkan ini semua karena sebuah surat elektronik,” kata Susan.

Sumber: SHNews.co.

Selasa, 13 November 2012

Memukul Anak dan Risiko Kanker

Memukul anak dapat membuat mereka berisiko terkena kanker, sakit jantung dan asma kelak.
 
Memukul anak berisiko memicu stres/Telegraph. 

JAKARTA – Memukul anak dapat menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar terkena kanker, sakit jantung, dan asma di kemudian hari. Demikian temuan kontroversial dari tim peneliti Plymouth University, Amerika Serikat, yang diterbitkan dalam Journal of Behavioural Medicine, seperti dikutip dari Telegraph, Senin (12/11).

Dalam studi, para psikolog bertanya kepada pasien dewasa yang menderita kanker, sakit jantung, dan asma apakah mereka disiksa atau mendapat perlakuan kasar baik secara lisan maupun fisik ketika kecil. Hasilnya, studi menemukan para pasien tersebut lebih cenderung disiksa ketika kecil dibandingkan orang-orang dewasa yang sehat.

Tim dari Universitas Plymouth mengatakan stres yang disebabkan oleh pukulan atau teriakan pada tahun-tahun awal anak dapat menyebabkan perubahan biologis yang cenderung membawa penyakit.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa trauma yang parah di masa kecil, seperti kekerasan fisik atau seksual, dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari.

Meski begitu, para ahli menuturkan sulit untuk menyingkirkan faktor-faktor lain, seperti kemiskinan dan isolasi sosial yang sering dikaitkan dengan kekerasan fisik dan verbal pada anak dan dapat menyebabkan penyakit di kemudian hari.

Tim peneliti bertanya tentang masa kecil 250 orang dewasa sehat di Arab Saudi dan membandingkan jawaban mereka dengan 150 orang dewasa yang sakit jantung, 150 pasien kanker, dan 150 penderita asma. Para partisipan ditanya apakah mereka dipukuli atau mengalami pelecehan verbal ketika kecil dan seberapa sering.

Hukuman Fisik
Ternyata, para pasien kanker 70 persen lebih cenderung dipukul ketika bocah dibandingkan dengan kelompok sehat. Mereka yang menderita sakit jantung 30 persen lebih cenderung disiksa saat belia dan penderita asma 60 persen mengalami kekerasan ketika kecil dibandingkan dengan mereka yang sehat.

Profesor Michael Hyland dari Fakultas Psikologi Plymouth, yang memimpin penelitian mengatakan: "Stres pada awal kehidupan dalam bentuk trauma dan pelecehan diketahui menciptakan perubahan jangka panjang yang mempengaruhi kecenderungan penyakit di masa depan.”

Di sisi lain, hukuman fisik masih dianggap wajar dalam masyarakat.

Tetapi, studi menunjukkan bahwa dalam masyarakat yang menganggap hukuman fisik itu normal, penggunaan hukuman fisik cukup membuat banyak stres yang berdampak jangka panjang persis seperti yang diakibatkan trauma dan pelecehan,” ujar Prof Hyland.

"Penelitian kami menambahkan perspektif baru pada peningkatan bukti bahwa penggunaan hukuman fisik dapat berkontribusi terhadap stres anak, dan ketika itu menjadi hukuman, stressor fisik memberikan kontribusi pada hasil buruk baik bagi individu yang bersangkutan individu maupun bagi masyarakat," dia menegaskan.

Di Inggris, memukul seorang anak hingga meninggalkan bekas terancam hukuman maksimal lima tahun penjara. Di Indonesia, kejahatan yang sama dapat dituntut hukuman paling lama 3 tahun enam bulan penjara dengan Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23/Tahun 2003.

Namun, Prof David Spiegelhalter, Winton Professor Of The Public Understanding Of Risk di Universitas Cambridge, Inggris, mengatakan berhati-hati agar tidak berlebihan menafsirkan penemuan ini.

Ambil contoh, kata dia, kelompok yang sehat diambil dari administrator dan perawat di rumah sakit yang merawat para pasien. “Dengan begitu, kemungkinan mereka berbeda dalam banyak hal dengan orang yang sakit,” kata Prof Spiegelhalter.

Dia juga mempertanyakan: “Kelompok kontrol melaporkan kurang dipukuli atau dicaci-maki ketika bocah, jadi mungkinkah tidak dipukuli mendorong orang untuk memasuki profesi yang peduli pada orang lain, ketimbang melindungi mereka dari penyakit?"

Menurut Dr. Andrea Danese, Dosen Klinis Child & Adolescent Psychiatry di Institute of Psychiatry King College London, penelitian ini menambah kaitan antara pertumbuhan badan dan penganiayaan anak terhadap penyakit di masa depan.

Ada kemungkinan penganiayaan anak tidak cuma mempengaruhi risiko penyakit mental, tetapi juga berkontribusi terhadap risiko penyakit medis, seperti asma, kanker, dan penyakit jantung,” kata dia. “Ini mungkin berimplikasi besar terhadap cara kita memahami asal-muasal penyakit dan mencegahnya.”
Dr. Danese menekankan, bukti-bukti yang disodorkan sebagian besar berpijak pada laporan retrospektif penganiayaan anak. Dengan kata lain, bukan menilai penganiayaan di masa kecil dan mengikuti anak selama bertahun-tahun hingga mereka dewasa untuk memeriksa status kesehatan mereka. Seringkali peneliti meminta orang-orang dewasa dengan atau tanpa penyakit untuk melaporkan kenangan penganiayaan mereka di masa kecil. Jadi, “klaim ini bisa bias atau dilebih-lebihkan karena orang sakit lebih cenderung melaporkan tidak bahagia di masa kecil.”
Meski begitu, penting juga untuk mengerti mekanisme bahwa penganiayaan anak dapat mempengaruhi kesehatan.

Jika kita memahami perubahan biologis dan perilaku akibat penganiayaan anak, kita mungkin bisa menghentikan prosesnya sebelum gejala-gejala klinisnya muncul," ujar Dr. Danese.

Sumber: SHNews.co.

Senin, 12 November 2012

Alasan Pasien Kanker Payudara Lebih Kuat

Pasien kanker yang mendapat dukungan dari teman-teman dan keluarga lebih bertahan hidup.

(Dok:ist)
JAKARTA – Pasien kanker payudara membutuhkan sokongan dari teman-teman dan keluarga. Memiliki banyak teman dan mendapat dukungan dari keluarga secara signifikan meningkatkan bagi pasien payudara untuk bertahan hidup.

Para peneliti Amerika Serikat menemukan, pasien kanker payudara yang memiliki jaringan luas teman dan kerabat 38 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal dunia dalam satu dekade setelah didiagnosis. Ini dibandingkan dengan pasien kanker payudara yang memiliki sedikit teman dan hubungan dengan keluarga yang kurang erat.

"Kami menemukan perempuan dengan jaringan sosial kecil memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki jaringan yang besar," kata Candyce Kroenke, ilmuwan riset dari perusahaan kesehatan AS Kaiser Permanente, mengutip Telegraph, Jumat (9/11),

Kroenke dan rekan-rekannya mempelajari 2.264 perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara stadium awal antara tahun 1997 dan 2000 dan memantau kesehatan mereka selama rata-rata 10,8 tahun.

Dia menembahkan, “Ketika dukungan dari keluarga rendah, ikatan komunitas dan agama menjadi penting untuk kelangsungan hidup.”

Kroenke yang mempublikasikan studi mereka di jurnal Breast Cancer Research and Treatment menegaskan, "Ini menunjukkan bahwa baik hubungan yang berkualitas maupun jaringan pertemanan, penting bagi kelangsungan hidup, dan bahwa hubungan-hubungan dengan komunitas penting ketika relasi dengan teman dan keluarga kurang mendukung."

Sumber: SHNews.co.

Rabu, 07 November 2012

Segelas Anggur Meredam Kanker Payudara

Satu gelas anggur sehari dapat memperbesar peluang hidup perempuan penderita kanker payudara.

Wine/Alamy
LIVERPOOL – Perempuan penderita kanker payudara yang minum satu gelas anggur ukuran medium atau 175 mililiter setiap hari dapat mengurangi peluang kematian dari 20 hingga 16 persen, menurut dokter dari Universitas Cambridge, Inggris. Bahkan, meneguk anggur porsi ukuran setengah sudah bisa memangkas 18 persen risiko kematian, mereka menemukan.

Dr. Paul Pharoah dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer Cambridge, mengatakan kepada The Times bahwa temuan mereka menyarankan perempuan tidak harus membatasi diri mereka dengan minuman-minuman tertentu.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa jika Anda didiagnosis kanker payudara, wajar Anda sesekali menikmati minuman alkohol,” ujar Dr. Pharoah, seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (6/11). "Anda tidak harus merasa bahwa Anda harus menolak mencicipi alkohol dalam porsi sedang."

Temuan ini disampaikan Dr. Pharoah dalam Konferensi Kanker di Institur Riset Kanker Nasional (NCRI) di Liverpool, Inggris. Dia juga menyakikan hasil dari sebuah studi yang dikerjakan Institut Kanker Mesir Selatan.

Para peneliti mengamati 13.525 perempuan yang didiagnosis dan diobati untuk kanker payudara, yang dipantau hingga 15 tahun. Dan, hasilnya menunjukkan mereka yang minum satu gelas anggur selama satu minggu memotong peluang kematian akibat kanker payudara dari 20 menjadi 18 persen. Mereka yang meneguk 14 gelas anggur dalam satu pekan mengurangi risiko kematian hingga 16 persen.

Studi ini tidak melihat bagaimana minum lebih 14 gelas anggur setiap pekan bisa mempengaruhi kemungkinan seorang perempuan bertahan hidup.

Penelitian mengungkapkan ada manfaat "yang sedikit lebih kuat" bagi para perempuan dengan kanker payudara reseptor estrogen negatif yang cenderung lebih agresif dan mempengaruhi sebagian kecil pasien. Namun, keuntungan minum anggur bagi perempuan dengan jenis kanker payudara reseptor estrogen positif sangat kecil.

Para peneliti juga mengamati hubungan antara berat--atau lebih tepatnya indeks massa tubuh (BMI)--dan kelangsungan hidup. Mereka menemukan bahwa perempuan gemuk memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sedikit lebih buruk dibandingkan para perempuan yang kurus.

Para peneliti mengingatkan pula bagi perempuan yang ingin minum sedikit anggur untuk memerangi kanker harus menjaga berat badan mereka.

Sumber: SHNews.co.

Senin, 05 November 2012

Dua Makanan Antikanker Prostat


Ada dua makanan antikanker prostat yang harus diketahui para pria. Apa itu?

Dok:coloradocyberknife.com
JAKARTA – Bukan rahasia lagi bahwa diet atau pola makan sangat mempengaruhi risiko kanker, tak peduli jenis kankernya. Namun, mengetahui pasti makanan yang bermanfaat dan berdampak buruk dapat membantu Anda mencapai potensi kesehatan maksimal.

Mengingat kanker prostat adalah kanker yang paling umum menyerang pria, Askmen.com, menyajikan makanan antikanker prostat. Berikut dua makanan antikanker prostat, seperti dikutip dari FoxNews.com, Minggu (4/11).

Tomat
Tomat mengandung bahan antioksidan Lycopene. Likopen merupakan senyawa antioksidan, karotenoid yang memberi warna pada tomat. Lycopene juga adalah agen antikanker yang paling banyak dipelajari.

Tomat/Telegraph.
Sebuah telaah pada 2004 dari semua studi tentang tomat menemukan ada penurunan risiko kanker prostat kepada pria dengan kadar likopen tinggi dalam darah atau dengan diet sarat tomat. Namun, pada 2007, sebuah studi besar membantah hasi tersebut. Meski begitu, studi lanjutan dengan kualitas yang lebih besar sedang berlangsung dan mudah-mudahan dapat menghilangkan keraguan tentang khasiat tomat pada kanker prostat.

Lepas dari itu, tomat tetap penuh sesak dengan vitamin yang bermanfaat, antikosidan, dan buah merah ini harus menjadi bagian dari setiap diet sehat Anda.

Bagaimana menyajikannya?
Tomat adalah kegembiraan bagi tubuh ketika dimasak dan diberi lemak. Semakin lama Anda memasak tomat, semakin banyak likopen yang dilepaskan. Memasak tomat dengan minyak atau daging akan meningkatkan penyerapan likopene.

Brokoli
Benar, Anda harus makan brokoli dan semua sayuran jenis persilangan seperti kubis, kembang kol, kale, dan lainnya yang menyediakan manfaat antikanker. Meskipun masih tidak jelas bahan kimia mana yang menyuplai banyak manfaat atau senyawa apa dalam brokoli yang paling bertanggung melindungi kesehatan Anda, sulforaphane telah menjadi bahan aktif yang paling banyak diselidiki.

Salad brokoli/simplyrecipes.com

Nah, sulforaphane dapat bertindak sebagai antioksidan atau mungkin malah meningkatkan enzim detoksifikasi dalam tubuh. Hal tersebut jelas membuat brokoli menjadi sayuran antikanker prostat yang ampuh. Beberapa ahli bahkan berpendapat brokoli adalah salah satu pejuang antikanker terkuat yang kita miliki.

Bagaimana menyajikannya?
Tidak ada aturan khusus untuk menyantap brokoli. Anda bisa mengunyah brokoli mentah atau dikukus. Tapi, jika Anda merebusnya, pastikan tidak terlalu matang. Mencampurkan brokoli dengan makanan antikanker prostat lain, seperti tomat, mungkin dapat lebih meningkatkan efek antikanker, menurut sebuah studi yang dilakukan pada tikus.

Sumber: SHNews.co.

Teh Hijau Mencegah Kanker Usus


Teh hijau dapat menurunkan risiko kanker usus, lambung, dan tenggorokan pada perempuan.

Teh hijau/madhuriesingh.com
JAKARTA - Perempuan sepuh yang teratur minum teh hijau berisiko rendah terkena kanker usus, lambung, dan tenggorokan dibandingkan yang tidak meneguk minuman tersebut. Hasil penelitian di Kanada yang melibatkan ribuan perempuan China selama lebih dari satu dekade ini dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition.

Para peneliti menemukan bahwa dari lebih dari 69.000 perempuan, mereka yang minum minum teh hijau setidaknya tiga kali seminggu 14 persen lebih kecil risikonya mengembangkan kanker di sistem pencernaan, mengutip Daily Mail, Kamis (1/11).

Studi ini menambah perdebatan mengenai dampak teh hijau terhadap risiko kanker. Penelitiaan sebelumnya menyajikan temuan bertentangan yang mempertanyakan apakah peminum teh hijau benar-benar memiliki risiko lebih rendah terkena kanker.

"Dalam penelitian besar ini, konsumsi teh dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus dan lambung atau saluran pencernaan atas pada perempuan China," pemimpin studi, Wei Zheng, menulis.

Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa teh hijau itu saja yang menjadi alasan penurunan risiko. Pasalnya, para peminum teh hijau umumnya lebih sadar tentang kesehatan. Namun, studi baru memang berusaha menjelaskan itu, kata Dr Zheng.

Tak satu pun perempuan yang diteliti merokok atau minum alkohol secara teratur. Peneliti juga mengumpulkan informasi mengenai diet, kebiasaan olah raga, berat badan, dan riwayat kesehatan mereka. Namun, bahkan setelah memasukkan semua itu, kebiasaan para perempuan minum teh tetap terkait dengan risiko kanker mereka. Meski pun, Dr Zheng menekankan, penelitian tidak dapat membuktikan sebab dan akibat.

Ada 'bukti kuat' dari penelitian laboratorium—dalam hewan dan sel manusia--bahwa teh hijau memiliki potensi untuk melawan kanker, tim peneliti epidemiologi dari Vanderbilt University School of Medicine di Nashville, Amerika Serikat, yang dikepalai Dr. Zheng, menulis.

Untuk penelitian ini, Dr. Zheng dan rekan-rekannya menggunakan data dari studi kesehatan jangka panjang yang masih berlangsung. Subyek penelitiannya adalah lebih dari 69.000 perempuan Tionghoa setengah baya dan lebih tua. Lebih dari 19.000 orang dianggap peminum rutin teh hijau, lebih dari tiga kali seminggu.

Teh hijau/her.ie

Setelah lebih dari 11 tahun, 1.255 perempuan mengembangkan kanker sistem pencernaan. Secara umum, risiko kanker tersebut lebih rendah terhadap perempuan yang lebih sering minum teh hijau dalam waktu yang lebih lama.

Misalnya, perempuan yang mengatakan teratur minum teh hijau setidaknya selama 20 tahun, 27 persen kurang berisiko kanker sistem pencernaan dibandingkan non-peminum. Mereka juga 29 persen lebih kecil kemungkinannya mengembangkan kanker usus besar atau kolorektal.

Teh hijau mengandung bahan kimia antioksidan tertentu, terutama senyawa yang dikenal sebagai EGCG. Senyawa ini dapat menangkal kerusakan sel tubuh yang dapat menyebabkan kanker dan penyakit lain.

Tetapi, tidak semua bukti yang dipaparkan di sini serta-merta membuktikan bahwa orang harus harus mulai meneguk teh hijau untuk menggagalkan kanker. Sebab, para peminum teh hijau dalam studi ini juga lebih muda, makan lebih banyak buah dan sayuran serta lebih banyak berolah raga dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Para peneliti telah berusaha menyesuaikan perbedaan-perbedaan, tetapi, mereka menulis, tidak mungkin menjelaskan segala sesuatunya dengan sempurna.

Sumber : SHNews.co.

Kamis, 01 November 2012

Flavonoid Mengurangi Kanker Lambung


Flavonoid dalam makanan nabati mengurangi 51 persen risiko kanker lambung pada perempuan.

Sayuran kaya flavonoid/sciencedaily.com

JAKARTA – Menyantap tumbuhan kaya flavonid dalam jumlah sedang dapat mengurangi 51 persen risiko kanker rahim pada perempuan. Tapi, manfaat ini tidak ditemukan pada pria, menurut sebuah studi di Eropa.

Dalam American Journal of Clinical Nutrition, para peneliti mengungkapkan bahwa perempuan dengan asupan tertinggi flavonoid berisiko lebih rendah hingga separuh untuk mengembangkan kanker usus seperti juga yang mengasup dalam jumlah kecil.

"Diet yang kaya flavonoid didasarkan pada makanan nabati (misalnya) buah-buahan, sayuran, sereal gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, dan produk-produk mereka (teh, cokelat, anggur)," kata penulis Raul Zamora-Ros kepada Reuters, Minggu (28/10).

"Jenis diet ini yang dikombinasikan dengan pengurangan makan daging merah dan olahan dapat menjadi cara yang baik untuk mengurangi risiko mengembangkan kanker perut," peneliti Institut Catalan Onkologi di Spanyol ini menambahkan.

Temuan ini tidak membuktikan bahwa flavonoid saja dapat menangkal penyakit kanker yang paling umum keempat, dan kedua yang paling mematikan. Pasalnya, faktor-faktor lain, seperti gaya hidup sehat mungkin memainkan peran.

Untuk studi ini, para peneliti mengalihkan penelitian yang sedang berlangsung mengikuti hampir 500.000 pria dan perempuan di 10 negara Eropa. Semua peserta berusia antara 35 sampai 70 tahun dan telah menjadi bagian dari studi selama sekitar 11 tahun.

Selama waktu itu, ada 683 kasus kanker lambung, yang terjadi pada 288 perempuan.

Para peneliti menganalisis buku harian makanan peserta untuk melihat berapa banyak rata-rata konsumsi flavonoid mereka. Mereka diperiksa untuk melihat jumlah flavonoid yang terkait dengan risiko kanker atau tidak.

Teh hijau/lifestyle.blogspot.com
Jumlah flavonoid terbesar terdapat pada teh hijau, dengan lebih dari 12.511 miligram (mg) per 100 gram (g) daun. Kacang Pinto juga mengandung banyak, dengan sekitar 769 mg per 100 g biji.

Perempuan yang mendapat lebih dari 580mg flavonoid per hari memiliki risiko 51 persen lebih rendah terkena kanker lambung daripada yang tidak mengkonsumsi lebih dari 200 mg per hari.

"Jika Anda melihat angka absolut, pengurangan risiko ini mungkin tidak akan signifikan seperti jika kita berbicara tentang kanker usus besar," kata Richard mengintip, Direktur Gastroenterologi, Hepatologi dan Gizi di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, AS, yang tidak terlibat penelitian ini.

Zamora-Ros mengatakan risiko yang tepat bagi seseorang tergantung pada beberapa faktor, termasuk apakah mereka merokok dan minum alkohol, berapa banyak daging merah dan olahan yang mereka santap, dan apakah mereka obesitas.

Dia menambahkan bahwa tidak adanya hubungan antara flavonoid dan kanker lambung pada laki-laki adalah kejutan. Mungkin, dia menambahkan, lantaran perbedaan dalam berapa banyak mereka merokok atau menenggak minuman keras atau perbedaan hormonal.

Secara keseluruhan, dia melanjutkan, studi ini menambah lebih banyak bukti bahwa "gaya hidup sehat mengurangi risiko penyakit kronis."

Sumber: SHNews.co.

Minggu, 28 Oktober 2012

“Singa Menyelamatkanku dari Kanker”


Katie Krivan, relawan kebun binatang, diselamatkan seekor singa yang mengigit payudaranya.

Singa menyelamatkan hidup Katie Kirvan.
LONDON – Hidup manusia bisa terancam akibat gigitan singa. Tapi, Katie Krivan sebaliknya. Perempuan berusia 30 tahun ini mengklaim dirinya diselamatkan oleh gigitan singa.

Tidak banyak orang dapat mengatakan gigitan singa menyelamatkan hidup mereka, tapi itu benar bagi saya," kata Krivan mengutip Daily Mail, Kamis pekan silam.

Krivan yang senang dengan kucing ukuran jumbo berpikir pasti seru berdekatan dengan singa. Itulah yang mendorong dia mengajukan diri sebagai relawan di sebuah kebun binatang di Afrika Utara.

Januari silam, di hari pertama kerja, ketika berada dalam kandang, seekor singa berumur sembilan bulan mengigit payudaranya.

Itu tidak serius. Saya hanya terkejut, tapi tidak meninggalkan tanda,” kata Krivan.

Meski tidak parah, dia mengawasi terus lukanya. Bulan berikutnya, dia menemukan benjolan di payudaranya. Satu bulan kemudian, analisis dari sebuah rumah sakit di London, Inggris keluar. Dia didiagnosa kanker payudara dan menjalani operasi darurat empat hari kemudian.

"Itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Saya melewati itu dengan berbagai perasaan yang berkecamuk—syok, penolakan, kemarahan, keputusasaan dan kehancuran.”

Dia mengakui tidak pernah terlalu mempedulikan tanda-tanda kanker payudara sebelumnya. Dia bahkan tidak pernah menyangka penyakit itu akan menggerogotinya di usia 30 tahun.

"Saya pikir, “Ini terjadi pada orang lain, bukan saya yang terlalu muda.'”

Tapi, semua itu terungkap setelah digigit singa. Sejak itu, dia membuka lebar-lebar matanya terutama pada kulit di sekitar lukanya.



Setelah menjalani operasi, dia menjalankan program kemoterapi.

Krivan melewati masa-masa suram. dia mengalami berbagai hal yang menyakitkan. Mulai dari sariawan, sakit kepala yang membuat dia sering ambruk, hingga rambut tebalnya rontok.

Di antara hari-hari yang gelap itu, Krivan tetap bersyukur. Dia bahkan memutuskan untuk berbagi pengalamannya dalam rangka memperingati Oktober sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara.

Dia juga memuji para staf di Pusat Kanker Payudara Haven di Fullham, Inggris, yang telah mendukung dia dalam perjalanan mengalahkan penyakit itu.

Jika menengok ke belakang, saya tidak mempercayai apa yang telah saya alami,” ucap Krivan.

"Orang-orang mengatakan bahwa kondisi saya luar biasa. Tetapi kenyataannya, saya khawatir bahwa kanker itu akan datang kembali. Hingga saat ini, saya sangat bersyukur masih hidup."

Sumber:SHNews.com.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Pria Pekerja Malam Berisiko Kanker Prostat


Pria yang kerja giliran malam berisiko tiga kali terkena kanker prostat.

JAKARTA – Pria yang bekerja malam hari berisiko tiga kali menderita kanker prostat dindingkan karyawan yang bekerja siang hari. Pria yang giliran kerja di waktu gelap juga berisiko lebih besar terkena jenis lain dari kanker, dengan tingkat yang lebih tinggi dari tumor di kandung kemih, usus, dan paru-paru.

Pria pekerja malam berisiko tinggi kanker prostat/Daily Mail.
Temuan yang menjadi alarm bagi para karyawan pekerja malam ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kanada. Ini adalah studi pertama yang menyorot efek penuh kerja giliran malam dengan kesehatan pria.

Daily Mail, Senin (22/10), melaporkan, studi-studi sebelumnya menunjukkan kaitan yang tinggi antara kanker payudara dengan karyawati yang bekerja malam hari, terutama perawat. Penyelidikan terbaru yang dikerjakan tim peneliti di University of Quebec, Kanada, menunjukkan pria juga terpengaruh dengan cara yang sama dan dampaknya terlihat dalam berbagai macam kanker.

Giliran kerja malam diperkirakan membahayakan tubuh melalui penindasan melatonin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal dalam otak yang membantu mengatur waktu kita tidur dan bangun.

Ketika gelap, melatonin meluncur lebih banyak untuk membantu mendorong kita tidur nyenyak. Produksi melatonin secara normal mencapai puncak selama jam-jam di gelap malam.

Para ilmuwan berpikir paparan lampu malam mengganggu produksi melatonin, membangun gerakan dalam rantai peristiwa dalam tubuh yang mungkin mendorong perkembangan tumor.

Temuan ini datang ketika pola kerja yang fleksibel sedang digunakan pada skala yang lebih besar dari sebelumnya di Inggris.

Menurut Health and Safety Executive, setidaknya 3,6 juta orang atau sekitar 14 persen dari penduduk yang bekerja—secara teratur dalam kerja giliran.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology, para peneliti mempelajari 3.137 pria yang telah didiagnosis berbagai jenis kanker yang berbeda.

Sebagai bagian dari studi, para peneliti menganalisis berapa banyak pria yang secara rutin bekerja malam dan membandingkan hasilnya dengan pola kerja di kelompok lain yang terdiri dari 500 pria yang bebas kanker.

Para peneliti menemukan pria yang kerja malam hampir tiga kali lipat berrisiko kanker prostat dan dua kali lipat terkena kanker usus.

Pekerja malam juga 76 persen lebih cenderung menderita kanker paru-paru dan 70 persen lebih berisiko tumor kandung kemih.

Untuk kanker prostat, usus, dan kandung kemih, bahaya terbesar tampak di antara pria yang kerja malam setidaknya selama sepuluh tahun.

Dalam sebuah laporan tentang temuan para peneliti mengatakan: "Beberapa studi telah menilai kemungkinan hubungan antara kerja malam, khususnya di kalangan perawat, dengan kanker payudara. Tapi, sedikit bukti telah diakui kanker terkait antara laki-laki.

"Satu hal yang pasti--jika temuan kami valid, itu akan menandakan sistemik penting (yang mempengaruhi seluruh tubuh) dari bahaya tumor."

Hampir 40.000 kasus kanker prostat didiagnosis setiap tahun di Inggris dan 10.000 orang meninggal. Sedangkan, kanker usus mempengaruhi sekitar 41.000 orang per tahun, setengah dari mereka laki-laki.

Sumber:SHNews.com.