Minggu, 28 Oktober 2012

“Singa Menyelamatkanku dari Kanker”


Katie Krivan, relawan kebun binatang, diselamatkan seekor singa yang mengigit payudaranya.

Singa menyelamatkan hidup Katie Kirvan.
LONDON – Hidup manusia bisa terancam akibat gigitan singa. Tapi, Katie Krivan sebaliknya. Perempuan berusia 30 tahun ini mengklaim dirinya diselamatkan oleh gigitan singa.

Tidak banyak orang dapat mengatakan gigitan singa menyelamatkan hidup mereka, tapi itu benar bagi saya," kata Krivan mengutip Daily Mail, Kamis pekan silam.

Krivan yang senang dengan kucing ukuran jumbo berpikir pasti seru berdekatan dengan singa. Itulah yang mendorong dia mengajukan diri sebagai relawan di sebuah kebun binatang di Afrika Utara.

Januari silam, di hari pertama kerja, ketika berada dalam kandang, seekor singa berumur sembilan bulan mengigit payudaranya.

Itu tidak serius. Saya hanya terkejut, tapi tidak meninggalkan tanda,” kata Krivan.

Meski tidak parah, dia mengawasi terus lukanya. Bulan berikutnya, dia menemukan benjolan di payudaranya. Satu bulan kemudian, analisis dari sebuah rumah sakit di London, Inggris keluar. Dia didiagnosa kanker payudara dan menjalani operasi darurat empat hari kemudian.

"Itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Saya melewati itu dengan berbagai perasaan yang berkecamuk—syok, penolakan, kemarahan, keputusasaan dan kehancuran.”

Dia mengakui tidak pernah terlalu mempedulikan tanda-tanda kanker payudara sebelumnya. Dia bahkan tidak pernah menyangka penyakit itu akan menggerogotinya di usia 30 tahun.

"Saya pikir, “Ini terjadi pada orang lain, bukan saya yang terlalu muda.'”

Tapi, semua itu terungkap setelah digigit singa. Sejak itu, dia membuka lebar-lebar matanya terutama pada kulit di sekitar lukanya.



Setelah menjalani operasi, dia menjalankan program kemoterapi.

Krivan melewati masa-masa suram. dia mengalami berbagai hal yang menyakitkan. Mulai dari sariawan, sakit kepala yang membuat dia sering ambruk, hingga rambut tebalnya rontok.

Di antara hari-hari yang gelap itu, Krivan tetap bersyukur. Dia bahkan memutuskan untuk berbagi pengalamannya dalam rangka memperingati Oktober sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara.

Dia juga memuji para staf di Pusat Kanker Payudara Haven di Fullham, Inggris, yang telah mendukung dia dalam perjalanan mengalahkan penyakit itu.

Jika menengok ke belakang, saya tidak mempercayai apa yang telah saya alami,” ucap Krivan.

"Orang-orang mengatakan bahwa kondisi saya luar biasa. Tetapi kenyataannya, saya khawatir bahwa kanker itu akan datang kembali. Hingga saat ini, saya sangat bersyukur masih hidup."

Sumber:SHNews.com.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Pria Pekerja Malam Berisiko Kanker Prostat


Pria yang kerja giliran malam berisiko tiga kali terkena kanker prostat.

JAKARTA – Pria yang bekerja malam hari berisiko tiga kali menderita kanker prostat dindingkan karyawan yang bekerja siang hari. Pria yang giliran kerja di waktu gelap juga berisiko lebih besar terkena jenis lain dari kanker, dengan tingkat yang lebih tinggi dari tumor di kandung kemih, usus, dan paru-paru.

Pria pekerja malam berisiko tinggi kanker prostat/Daily Mail.
Temuan yang menjadi alarm bagi para karyawan pekerja malam ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kanada. Ini adalah studi pertama yang menyorot efek penuh kerja giliran malam dengan kesehatan pria.

Daily Mail, Senin (22/10), melaporkan, studi-studi sebelumnya menunjukkan kaitan yang tinggi antara kanker payudara dengan karyawati yang bekerja malam hari, terutama perawat. Penyelidikan terbaru yang dikerjakan tim peneliti di University of Quebec, Kanada, menunjukkan pria juga terpengaruh dengan cara yang sama dan dampaknya terlihat dalam berbagai macam kanker.

Giliran kerja malam diperkirakan membahayakan tubuh melalui penindasan melatonin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal dalam otak yang membantu mengatur waktu kita tidur dan bangun.

Ketika gelap, melatonin meluncur lebih banyak untuk membantu mendorong kita tidur nyenyak. Produksi melatonin secara normal mencapai puncak selama jam-jam di gelap malam.

Para ilmuwan berpikir paparan lampu malam mengganggu produksi melatonin, membangun gerakan dalam rantai peristiwa dalam tubuh yang mungkin mendorong perkembangan tumor.

Temuan ini datang ketika pola kerja yang fleksibel sedang digunakan pada skala yang lebih besar dari sebelumnya di Inggris.

Menurut Health and Safety Executive, setidaknya 3,6 juta orang atau sekitar 14 persen dari penduduk yang bekerja—secara teratur dalam kerja giliran.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology, para peneliti mempelajari 3.137 pria yang telah didiagnosis berbagai jenis kanker yang berbeda.

Sebagai bagian dari studi, para peneliti menganalisis berapa banyak pria yang secara rutin bekerja malam dan membandingkan hasilnya dengan pola kerja di kelompok lain yang terdiri dari 500 pria yang bebas kanker.

Para peneliti menemukan pria yang kerja malam hampir tiga kali lipat berrisiko kanker prostat dan dua kali lipat terkena kanker usus.

Pekerja malam juga 76 persen lebih cenderung menderita kanker paru-paru dan 70 persen lebih berisiko tumor kandung kemih.

Untuk kanker prostat, usus, dan kandung kemih, bahaya terbesar tampak di antara pria yang kerja malam setidaknya selama sepuluh tahun.

Dalam sebuah laporan tentang temuan para peneliti mengatakan: "Beberapa studi telah menilai kemungkinan hubungan antara kerja malam, khususnya di kalangan perawat, dengan kanker payudara. Tapi, sedikit bukti telah diakui kanker terkait antara laki-laki.

"Satu hal yang pasti--jika temuan kami valid, itu akan menandakan sistemik penting (yang mempengaruhi seluruh tubuh) dari bahaya tumor."

Hampir 40.000 kasus kanker prostat didiagnosis setiap tahun di Inggris dan 10.000 orang meninggal. Sedangkan, kanker usus mempengaruhi sekitar 41.000 orang per tahun, setengah dari mereka laki-laki.

Sumber:SHNews.com.

Kamis, 25 Oktober 2012

Bra Pintar Mendeteksi Kanker


Disebut First Warning System, bra yang dapat mendeteksi kanker payudara ini sedang dikembangkan.

JAKARTA – Hanya dengan mengenakan bra, Anda dapat mengetahui payudara Anda memiliki kanker atau tidak. Ya semudah itu. Begitu rilis yang dikeluarkan Lifeline Biotechnologies, perusahaan yang mengembangkan “bra pintar” yang disebut First Warning Systems atau Sitem Peringatan Pertama, baru-baru ini.

Bra Pintar/FoxNews.com

Huffington Post melaporkan Biotechnologies Lifeline telah menciptakan dan menguji “bra pintar" yang mereka gambarkan sepeti "perangkat skrining kesehatan payudara baru dan metode berbasis teknologi dalam ilmu kesehatan jaringan.”

Mengacu pada Sistem Peringatan Pertama, penelitian terhadap lebih dari 650 perempuan, menunjukkan hasil deteksi rata-rata minimal 90 persen. Para peneliti membandingkannya dengan pengujian mamogram standar, yang menurut mereka, akurasinya rata-rata 70 persen.

"Sistem Peringatan Pertama mampu tidak hanya mengidentifikasi kelainan jaringan payudara pada tahap awal, tetapi juga dapat mengidentifikasi lokasi umum dari kelainan tersebut dalam tiga dimensi untuk empat kuadran dari masing-masing payudara," menurut rilis dari Biotechnologies Lifeline.

Identifikasi Kelainan
Bra ini, “Bukan langkah tambahan dalam proses skrining kanker payudara, tetapi sebagai alat indentifikasi dini kelainan payudara yang akurat, yang menghasilkan panas melalui pembuluh darah baru yang menyehatkan daerah yang bersangkutan."

Bra yang ditempatkan di kantor dokter ini memiliki 16 kode warna sensor yang ditempelkan ke payudara pasien. Sensor akan mengukur suhu pada waktu diprogram selama pengujian yang telah ditentukan. Data tersebut kemudian disimpan dalam alat perekam yang dipakai oleh pasien. Setelah tes selesai, pasien kemudian menyerahkan perangkat itu kepada dokter. Sensor akan dihapus, data diunggah, dan kemudian dianalisis. Setelah mendapatkan laporan teserbut, barulah dokter memanggil pasien untuk memberikan rekomendasi klinis.

Pihak Yayasan Susan G. Komen menyatakan banyak mamogram mendeteksi jaringan sel abnormal positif yang akhirinya berubah menjadi palsu. Dan, bra ini adalah deteksi yang dapat menjadi terobosan besar yang membuat pengujian lebih mudah bagi perempuan. Para ahli percaya penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebelum menggunakan bra ini secara aktif.

"Banyak penelitian obat dan peralatan medis, bahkan yang berdasarkan pendapat sains dan prinsip-prinsip teknis, tidak berakhir dengan adopsi dalam praktik klinis," kata Dr Ted Gansler, Direktur Konten Medis untuk American Cancer Society. "Alasan utamanya adalah hasil uji klinis yang ketat dari produk-produk baru tersebut kurang efektif dibandingkan yang ada saat ini."

Mamografi Penting
Dr Gansler juga menjelaskan pula bahwa mengabaikan mamografi akan berbahaya, mendatangkan efek yang serius.

"Perempuan wanita memilih setiap tes skirining kanker payudara berdasarkan termografi, bukan mamografi, akan membuat kesalahan serius yang bisa berakibat fatal. Semua organisasi kesehatan medis dan masyarakat merekomendasikan mamografi dan tidak merekomendasikan termografi atau tes lain berdasarkan pengukuran suhu untuk deteksi dini kanker payudara."

Dr. Michele Doughty, yang telah melakukan penelitian yang luas tentang bagaimana kanker payudara mempengaruhi perempuan dari berbagai ras yang berbeda, berpikir bra ini dapat digunakan sebagai bagian dari tes keseluruhan tanpa mengganti mamografi.

"Perlu ada penelitian lebih lanjut dan studi tentang efek jangka panjang dari bra karena mereka harus mengandung beberapa jenis komponen sinar ultraviolet atau komponen kimia," kata Dr Doughty. "Mamogram dan bra hanya layar untuk kanker payudara. Satu-satunya cara untuk benar-benar mendeteksi kanker payudara adalah melalui biopsi untuk menemukan spesimen di laboratorium.”

Planet Smart melaporkan bahwa jika uji klinis membawa hasil yang lebih sukses, bra ini akan dijual seharga AS$1.000. Bra cerdas ini akan beredar di Eropa tahun depan dan kemudian di AS pada 2014.

Sumber:SHNews.co.

Selasa, 23 Oktober 2012

Untuk Pria, Multivitamin Menurunkan Risiko Kanker


Sebuah studi baru menemukan multivitamin sederhana menurunkan risiko kanker bagi pria sehat.

Multivitamin/AP
JAKARTA – Sebuah studi baru mengejutkan para ahli karena mematahkan temuan tentang kaitan antara vitamin dan risiko kanker. Sebelumnya peneliti mengklaim konsumsi masing-masing vitamin tidak membantu mencegah penyakit kronis, bahkan justru tampaknya meningkatkan risiko kanker baru.

Tetapi, studi baru yang dipublikasikan secara online di Journal of the American Medical Association, mengutip AP, pekan silam, menemukan multivitamin sederhana dapat menurunkan risiko kanker bagi pria sehat yang mengkonsumsinya selama lebih dari satu dekade. Multivitamin, menurut peneliti, menurunkan kemungkinan berkembangnya kanker hingga delapan persen.

Meski begitu, para ahli kanker menyatakan, multivitamin masih kurang efektif dibandingkan dengan olah raga, diet yang baik, dan tidak merokok, yang masing-masing dapat menurunkan risiko kanker sebesar 20 sampai 30 persen.

"Ini adalah efek yang sangat ringan dan secara pribadi saya tidak yakin itu cukup signifikan untuk merekomendasikan kepada siapa pun, meskipun menjanjikan," kata Dr. Ernest Hawk, Wakil Presiden Pencegahan Kanker di University of Texas MD Anderson Cancer Center dan mantan Ketua National Cancer Institute. "Setidaknya ini tidak menunjukkan kerusakan karena beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan itu dalam vitamin tunggal."

Studi menunjukkan pula, multivitamin tidak membawa perubahan dalam risiko pengembangan kanker prostat, yang menyumbang setengah dari semua kasus kanker di Amerika Serikat. Multivitamin juga menurunkan risiko kanker lain sebesar 12 persen. Ada juga kecenderungan sedikit kematian terkait kanker di antara pengguna multivitamin.
Perbedaan yang begitu kecil tersebut bisa saja terjadi secara kebetulan, menurut peneliti. Karenanya, para ahli kanker mengatakan temuan baru ini perlu dikonfirmasi oleh studi lain sebelum merekomendasikan multivitamin kepada publik.

Sepertiga orang dewasa di Negeri Paman Sam dan separuh dari mereka yang berusia di atas 50 tahun mengasup multivitamin. Pernyataan dari Kantor Federal Suplemen Diet menyatakan tidak ada lembaga pemerintah yang merekomendasikan penggunaan rutin multivitamin "terlepas dari kualitas diet seseorang."

Studi memperlihatkan pula bahwa multivitamin mungkin membawa hasil yang berbeda pada perempuan atau lelaki muda atau orang-orang yang tidak sehat dibandingkan dengan pria sehat yang dikaji dalam penelitian ini.

Tip dari Dokter
Untuk penggunaan multivitamin, para dokter menyarankan beberapa tip berikut:

  • Multivitamin adalah suplemen diet, yang tidak mendapatkan pengujian yang ketat dan resep obat dari dokter.
  • Tanyakan kepada dokter sebelum menggunakan multivitamin apa pun. Pasalnya, Vitamin K dapat mengganggu obat-obatan jantung umum dan pengencer darah. Vitamin C dan E dapat menurunkan efektivitas beberapa jenis kemoterapi. Beberapa vitamin juga mempengaruhi perdarahan dan respons terhadap anestesi terhadap mereka yang menjalani operasi.
  • Perokok yang baru berhenti dan mantan perokok harus menghindari multivitamin yang kaya beta-karoten atau vitamin A. Dua studi sebelumnya telah mengaitkan keduanya dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Sumber: SHNews.co

Sabtu, 20 Oktober 2012

Tes Darah Menelisik Kanker Payudara


Tes darah diyakini dapat menunjukkan risiko perempuan terkena kanker payudara 20 tahun lebih awal.


BOSTON – Para ilmuwan Amerika Serikat percaya bahwa sebuah tes darah sederhana dapat mengindikasikan risiko perempuan terkena kanker payudara 20 tahun lebih awal. Keyakinan ini berpijak pada penemukan: perempuan sepuh yang memiliki tingkat hormon seks tertentu berisiko hingga dua kali lipat terkena penyakit tersebut dibandingkan mereka yang tingkat hormonnya rendah.

Peneliti dari Harvard Medical School dan Brigham and Women’s Hospital di Boston, AS, menemukan bahwa perempuan yang paling berisiko adalah yang memiliki estradiol tingkat tinggi. Mengutip Telegraph, Kamis (18/10), estradiol merupakan bentuk utama dari hormon estrogen, testosteron, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang disebut DHEAS.

Nah, tes tersebut, dapat digunakan bersama faktor-faktor lain, termasuk sejarah kesehatan keluarga, untuk mengindentifikasi mereka yang berisiko tinggi. Para ilmuwan menambahkan, para perempuan ini juga dapat melakukan tes tambahan untuk pemeriksaan dini kanker atau pengobatan untuk pencegahan.

Para peneliti menyimpulkan penemuan mereka berdasarkan peninjauhan kembali data kesehatan hampir 800 perempuan yang didiagnosa menderita kanker payudara antara 1989 dan 2002. Semuanya telah mengalami menopause ketika studi digelar pada 1989.

Para relawan, bagian dari Nurses Health Study, semuanya sepakat untuk melakukan tes darah dan dianalisis pada awal dan akhir proyek yang berlangsung dua dekade ini. Para peneliti juga melihat tingkat hormon pada hampir 1.600 perempuan dari kelompok studi yang sama, yang tidak mengembangkan kanker payudara.

Dari situ, peneliti menemukan perempuan yang tingkat hormon--estrogen, testosteron, dan DHEAS--di atas 25 persen, lebih mungkin 50 sampai 107 persen terkena kanker payudara dibandingkan mereka yang di bawah 25 persen.

Menurut Dr. Xuehong Zhang, ahli epidemiologi, penemuan menyarankan bahwa melihat kadar hormon dapat "secara substansial meningkatkan kemampuan kita untuk mengidentifikasi perempuan berisiko tinggi yang akan disempurnakan oleh skrining atau chemoprevention--(pengobatan pencegahan-Red)."

Tim juga menemukan kaitan antara perempuan dengan level tinggi tiga hormon tadi dengan kanker payudara yang lebih agresif, baik yang kambuh atau menyebabkan kematian. Selain itu, mereka juga menemukan hormon individu tertentu ada hubungan pula dengan jenis kanker payudara tertentu.

Para peneliti menambahkan, perempuan dengan tingkat estradiol yang lebih tinggi lebih rentan terhadap reseptor hormon positif kanker payudara, seperti juga mereka yang memiliki testosteron level tinggi.

Sumber:SHNews.com.

Rabu, 10 Oktober 2012

Kentang Beku Dapat Menyebabkan Kanker

Kentang goreng beku paling mungkin mengandung bahan kimia penyebab kanker, klaim peneliti Amerika.

Paling mungkin mengandung bahan karsinogenik/Telegraph
JAKARTA – Kentang goreng beku dipasok ke beberapa restoran, tempat minum, dan gerai makanan cepat saji. Namun, para ahli memperingatkan, kentang goreng beku ini paling mungkin mengandung bahan kimia penyebab kanker atau karsinogenik dalam tingkat yang lebih tinggi.

Irisan makanan yang dipanggang, dikeringkan dan digoreng dalam tingkat normal ini, melewati proses memasak yang menghasilkan makanan yang renyah di luar, tetapi tetap mentah di dalam. Artinya, makanan lezat ini tidak matang sempurna ketika sampai di meja pelanggan.

Namun, dalam proses di pabrik, kentang goreng beku ini dapat mempengaruhi jumlah akrilamida, “yang mungkin mengandung karsinogen pada manusia” yang menetap dalam potongan makanan ketika dimasak,” kata para peneliti yang menerbitkan studi ini dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry, mengutip Telegraph, September silam. 

Akrilamida adalah zat alami yang ditemukan dalam berbagai jenis makanan gorengan yang mengandung pati, termasuk kentang, yang diolah dengan suhu tinggi baik saat digoreng maupun dipanggang. Sayangnya, menurut peneliti, proses untuk menyiapkan potongan makanan goreng beku ini tidak mengurangi tingkat zat kimia tersebut.

Para ahli dari American Chemical Association menyerukan produsen menggunakan cara yang lebih efisien untuk memasak kentang mentah dengan membatasi jumlah akrilamida yang ditemukan di dalamnya.

Dalam laporannya, ahli kimia makanan Donald Mottram dan timnya menjelaskan, “Proses komersial meliputi pemilihan kentang hingga pemilahan, pemotongan, pewarnaan, penambahan gula, pengeringan, penggorengan, dan pembekuan. Dalam kombinasi hingga proses masak final ini menghasilkan warna, tekstur, dan rasa kentang goreng yang konsumen harapkan."

Mottram menambahkan, akrilamida terbentuk secara alami dalam proses pengolahan dan masak banyak produk makanan. “Formasi Akrilamida dalam produk kentang goreng bisa dihindari."

Yakni, dengan sebuah model komputer yang mengukur bagaimana akrilamida, asam amino, gula, kadar lemak, dan lainnya bervariasi selama proses memasak dan apa yang terjadi ketika variasi rasio itu berubah.

Yang paling efektif dalam mengurangi akrilamida, menurut penili, adalah dengan mengurangi fruktosa untuk rasio glukosa setelah pemotongan kentang.

Laporan itu mengatakan: "Untuk meminimalkan jumlah akrilamida dalam kentang goreng yang dimasak, penting untuk memahami dampak dari setiap tahap pembentukan akrilamida. Sebuah model berbasis matematika dikembangkan pada jalur reaksi kimia dasar dari penggorengan final, menggabungkan kelembaban dan suhu temperatur dalam kentang goreng.”

"Ini menunjukkan kontribusi baik dari glukosa maupun fruktosa ke generasi akrilamida dan memprediksi secara akurat isi dari akrilamida dalam gorengan akhir."

Sumber: SHNews.co.

Senin, 08 Oktober 2012

Usia Kelahiran Terakhir dan Risiko Kanker Rahim



Ibu yang melahirkan anak terakhir di usia lebih tua berisiko rendah terkena kanker kanker rahim.

Kehamilan melindungi rahim.
JAKARTA – Ibu-ibu yang melahirkan anak di usia muda cenderung tidak mengalami komplikasi selama kehamilan. Namun, studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology, Juni silam, menemukan bahwa ibu yang melahirkan di usia yang lebih tua memiliki keuntungan juga.

Para peneliti menemukan perempuan yang terakhir melahirkan di usia 40 atau lebih mengalami penurunan risiko terkena kanker rahim sebanyak 44 persen dibandingkan ibu yang memiliki anak-anak pada usia 25. Para ahli menambahkan, bahwa efek perlindungan ini berlangsung selama beberapa dekade setelah itu.

Kanker rahim menyerang endometrium, jaringan yang melapisi rahim dan merupakan kanker ginekologi yang paling umum di Amerika Serikat dan Inggris. Kebanyakan kasus mempengaruhi perempuan usia lima puluhan dan enam puluhan.

Sebuah tim dari University of Southern California, AS, menemukan risiko kanker rahim menurun setelah usia 30 tahun sekitar 13 persen untuk setiap lima tahun penundaan kelahiran terakhir.

Dibandingkan perempuan yang terakhir melahirkan sebelum usia 25 tahun, mereka yang terakhir melahirkan antara usia 30 hingga 34 tahun mengurangi risiko terkena kanker rahim sebesar 17 persen. Risiko kanker rahim pada ibu yang melahirkan di usia 35 sampai 39 tahun melorot hingga 32 persen.

Pemimpin studi Dr. Veronica Setiawan mengatakan: 'Ukuran penelitian ini secara definitif menunjukkan bahwa kelahiran terakhir di usia yang lebih tua merupakan faktor protektif yang signifikan setelah memperhitungkan faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi penyakit ini--berat badan, jumlah anak-anak, dan penggunaan kontrasepsi oral."

Studi yang diyakini terbesar dari jenisnya ini, memeriksa data yang diperoleh dari empat studi kohort dan 13 studi kasus kontrol. Didanai oleh National Cancer Institute, penelitian ini memeriksa 8.671 kasus kanker endometrium (rahim) dan sekitar dua kali lebih banyak subyek kontrol.

Dr Setiawan mengatakan, "Kami menemukan bahwa risiko lebih rendah terkena kanker endometrium berlanjut pada ibu yang lebih tua melampaui perbendaan suaia pada kelompok diagnosis,--termasuk di bawah 50 tahun, 50-59, 60-69, dan 70 tahun lebih-- yang menunjukkan bahwa perlindungan berlangsung selama bertahun-tahun.”

'Perlindungan juga tidak berbeda dengan dua jenis penyakit: Tipe 1 yang lebih umum, yang menurut kami terkait dengan eksposur estrogen; dan jenis 2, yang lebih jarang, tetapi lebih agresif dan mematikan, yang diduga telah mengembangkan hormon independen."

Kanker endometrium adalah kanker ke-empat yang paling sering menyerang perempuan. Pada tahun di Inggris, ada 7.536 kasus baru didiagnosis.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mengapa melahirkan terakhir di usia yang lebih tua mungkin melindungi ibu terhadap kanker endometrium.

Meski begitu, Dr Setiawan mengatakan beberapa mekanisme potensial sedang dipertimbangkan. Salah satunya, karena perempuan yang hamil pada usia yang lebih tua mungkin memiliki endometrium yang sehat atau mengalami siklus menstruasi yang lebih sedikit tanpa ovulasi. Kemungkinan lain, adalah kontak yang hormon progesteron yang terlalu lama selama kehamilan dapat sangat bermanfaat di usia tua.

"Studi ini menunjukkan faktor proteksi yang penting untuk kanker endometrium. Ketika mekanisme yang tepat untuk melindungi perempuan dari penyakit ini diketahui, dapat membantu pemahaman kita tentang bagaimana kanker endometrium berkembang dan dengan demikian bagaimana mencegahnya," dia menyimpulkan.

Sumber: Daily Mail.

Minggu, 07 Oktober 2012

Michael Douglas Ingin Mengakhiri Kanker


Kanker kerongkongan tidak membuat Michael Douglas berlutut, tapi berdiri untuk menjadi bagian dari upaya mengakhiri kanker.


Kanker menyerang orang yang salah/article.wn.com

LOS ANGELES - Gwyneth Paltrow, Matt Damon, Michael Douglas, dan Samuel L. Jackson berada di daftar atas selebritas yang menggunakan daya tarik bintang mereka untuk mengumpulkan dana untuk mendukung kesadaran dan penelitian kanker di Los Angeles, Amerika Serikat.

Michael Douglas, Matt Damon, Tom Hanks, Julia Roberts, Gwyneth Paltrow, Sofia Vergara, dan Robert Pattinson berada di antara bintang-bintang yang tampil ketiga kalinya dalam acara Stand Up to Cancer phone-in yang berlangsung September silam.

"Penyakit ini melawan orang yang salah," kata Michael Douglas, yang menderita kanker tenggorokan. "Kanker tidak membuat saya berlutut, tapi membuat saya berdiri. Saya berdiri malam ini karena ingin menjadi bagian dari upaya untuk menemukan cara untuk mengakhiri kanker. Ini mungkin," kata suami aktris Catherine  Zeta Jones, seperti dikutip dari Telegraph.

Gwyneth Paltrow Stand 2 Cancer/healthland.time.com
Banyak bintang terlibat dalam kegiatan amal phone-in karena memiliki anggota keluarga yang terkena kanker atau sedang berjuang melawan penyakit itu. Alicia Keys dan Coldplay termasuk di antara penyanyi dan grup band yang tampil dalam program ini.

Uang yang terkumpul melalui telepon dan sumbangan untuk standup2cancer.org, dana untuk kolaborasi tim sains dan cara-cara inovatif untuk mendekati pengobatan baru, kata para peneliti.

Stand Up To Cancer telah mengumpulkan dana 109.000.000 dolar AS sejak didirikan pada 2008.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Menjaga Berat Badan, Mencegah 22 Ribu Kasus Kanker


Menjaga berat badan yang sehat dapat mencegah lebih dari 22 ribu kasus kanker setiap tahun.

Kasus kanker dapat dicegah dengan menjaga berat badan/PA

JAKARTA – World Cancer Research Found (WCRF) mengklaim menjaga berat badan yang sehat dapat mencegah lebih dari 22 ribu kasus kanker setiap tahun. Menurut Dana Riset Kanker Dunia ini, kelebihan berat badan meningkatkan risiko sejumlah penyakit termasuk kanker pankreas, payudara, usus, kerongkongan, ginjal, rahim, dan empedu.

Para ahli mengatakan, dari 123 ribu kasus kanker di Inggris, yang terkait bobot tubuh setiap tahun, sebanyak 18 persen atau sekitar 22 ribu kasus bisa dicegah. Analisis Proyek Pembaruan Lanjutan (CUP) yang digelar WCRF menemukan 1.257 kasus kanker pankreas bisa dihindari jika pasien memiliki berat badan yang sehat, mengutip Telegraph, Kamis (4/10).

Profesor Alan Jackson, profesor nutrisi manusia di University of Southampton, Inggris, dan Ketua Panel CUP, mengatakan: "Sejumlah besar kasus kanker dapat dicegah oleh orang-orang yang menjaga berat badan yang sehat.” Dia menambahkan, "Dengan menjaga tingkat lemak tubuh rendah, banyak orang akan terhindar dari kanker di tempat pertama – mencegah rasa sakit dan penderitaan yang terkait dengan penyakit ini."

Laporan baru tersebut difokuskan pada kanker pankreas, kanker kelima paling mematikan pasien Inggris dengan penderita sebagian besar hanya memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup.

"Kurang dari satu dari lima pasien bertahan hidup pada tahun pertama setelah diagnosis, tapi kami telah menemukan bahwa 15 persen dari kasus baru dapat dihindari setiap tahun dengan menjaga berat badan dalam kisaran yang sehat," kata Prof Jackson.

Dok:liveloveandrun.com
Awal tahun ini lembaga Kesehatan Nuffield memperingatkan bahwa kebanyakan perempuan di Inggris memiliki bentuk tubuh "apel" yang tidak sehat. Bentuk tubuh dengan kumpulan lemak di perut ini meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung, dan infertilitas.

Pinggang rata-rata perempuan saat ini adalah 5 sentimeter lebih besar dari rekomendasi kesehatan 80cm atau kurang. Inilah yang menempatkan mayoritas kaum hawa dalam kategori "risiko kesehatan tinggi", survey terhadap 54.000 orang menemukan.

Dr. Davina Deniszczyc dari Nuffield Health mengatakan: "Para ahli semakin menemukan sentral atau obesitas perut, diukur melalui ukuran pinggang, menjadi indikator obesitas yang lebih baik daripada indeks bobot massa.”

"Hasil yang menyoroti masalah perempuan ini mengkhawatirkan karena lemak yang disimpan di sekitar pinggang dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan yang signifikan, seperti kanker payudara dan ketidaksuburan," dia menekankan.

Namun, studi terpisah menunjukkan bahwa beberapa orang yang kelebihan berat badan sehat secara fisik. Mereka tidak rentan terhadap obesitas yang berhubungan dengan masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kanker.

Menulis dalam European Heart Journal, bulan silam, para ahli dari Spanyol dan Swedia melaporkan bahwa orang-orang “gendut” yang sehat, 30 sampai 50 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal dunia akibat penyakit jantung atau kanker daripada rekan mereka yang tidak sehat.

Dr. Francisco Ortega yang memimpin penelitian, mengatakan: "Hal ini juga diketahui bahwa obesitas berhubungan dengan sejumlah besar penyakit kronis seperti masalah jantung dan kanker. Namun, tampaknya ada bagian dari orang gemuk yang harus dilindungi dari obesitas yang berhubungan dengan komplikasi metabolik."

Sumber: SHNews.co.

Rabu, 03 Oktober 2012

Gaun Pink Elizabeth Hurley

Setiap Oktober, Elizabeth Hurley mengenakan gaun pink menandai Bulan Kesadaran Kanker Payudara.

NEW YORK CITY – Sudah hampir dua dekade, Elizabeth Hurley, 47 tahun, memiliki busana spesial setiap Oktober. Dia selalu mengenakan gaun pink untuk memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara. 

Hurley komit untuk mendukung kampaye kesadaran kanker payudara/tv3.ie
 
Dia memang adalah wajah dari kosmetik Estee Lauder, perusahaan yang berupaya membangun kesadaran dan mengumpulkan dana untuk kanker payudara selama 18 tahun.

"Ini adalah bagian dari hidup saya. Selama bertahun-tahun, komitmen saya telah menjadi lebih signifikan," kata Hurley, mengutip AP, Selasa (2/10)

Hurley menyalakan lampu pink di Empire State Building, Ney York City, Senin silam, menandai bulan kampanye kesadaran kanker payudara. Dua tahun silam, dia melakukan ini bersama Evelyn Lauder, salah satu pelopor kampanye dukungan untuk kanker payudara, yang meninggal dunia karena kanker November silam.

Lauder adalah salah satu pendiri Kampanye Pita Pink 20 tahun silam. Sejak itu lebih dari 122 jua pita pink telah berpindah dari konter-konter kosmetik di pusat perbelanjaan sebagai pengingat kesehatan payudara dan penelitian untuk penyembuhan yang sedang dilakukan, kata Hurley.

Liz dan Evelyn/huffingtonpost.com
Tanpa Lauder, Hurley menemukan dirinya lebih sibuk bulan ini, karena berencana mengunjungi antara lain Toronto, London, dan Paris. Maklum, kampanye tersebut akan menjangkau 70 negara.

"Jika Anda membuka koper saya, Anda akan melihat banyak gaun merah muda, sepatu nude dan banyak tas merah muda juga," kata model dan aktris asal Inggris ini.

Sejauh ini, kampanye kasadaran kanker payudara telah sukses mengumpulkan uang untuk penelitian sebesar 35 juta dolar AS.

William Lauder, putra Evelyn dan Kepala Eksekutif dari perusahaan kosmetik itu, mengatakan mendapat getaran kecil - dan ledakan kebanggaan raksasa- setiap kali pemain sepak bola NFL memakai sepasang sarung tangan merah muda atau menggunakan handuk merah muda untuk mendukung kampanye kanker payudara.

Dia ingat ibunya mendirikan Breast Cancer Research Foundation pada 1993 dan membuatnya sebagai pekerjaan hidupnya.

Hurley dan William Lauder sepakat bahwa sekarang, tampaknya sulit membayangkan Oktober tanpa pink.

Sekarang bukan cuma pita, sarung tangan, dan handuk merah muda saja, tapi juga merambah ke lip gloss pink yang sejalan dengan kampanye, Hurley menambahkan. Tahun ini kampanye lip gloss ini dinamakan Pink Innocence.

"Saya suka mengenakan gloss baru itu dan ketika saya melihat orang lain memakainya," ujar ibu dari Damian Hurley ini.

Sumber:SHNews.co.

Selasa, 02 Oktober 2012

Empat Cara Mengurangi Risiko Kanker Payudara

Banyak hal sederhana yang bisa Anda lakukan setiap hari untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara. Apa saja itu?

Kampanye Bulan Kesadaran Kanker Payudara/franchiseherald.com
JAKARTA - Bagi banyak perempuan, kanker payudara sungguh menakutkan. Di negeri adi daya Amerika Serikat, diperkirakan satu dari delapan perempuan mengidap kanker payudara. Sementara di Indonesia, berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, ada 8.277 penderita kanker payudara pada 2007. Oleh karena itu, sebelum terkena, lebih baik mencegahnya.

Mengutip Healthy Living, Breast Cancer Fund memberikan sejumlah tips untuk mencegah kanker payudara. Dan, ternyata, ada banyak hal sederhana yang bisa Anda lakukan setiap hari yang bisa mengurangi risiko tekena kanker payudara.

1. Menghindari Kerja Malam untuk Jangka Waktu Lama
Tetap bekerja di siang hari dan membatasi bekerja di malam hari selama bertahun-tahun bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara hingga 33 persen. Kerja malam dalam jangka waktu lama dan terekspos cahaya terus-menerus di malam hari berkaitan dengan 1,5 hingga 2,5 kali lipat risiko terkena kanker payudara.

2. Membatasi Paparan Sinar X dan Pemindai CT
Kedua pemeriksaan ini bisa memberikan informasi penting mengenai kondisi kesehatan Anda, namun Breast Cancer Fund mengatakan, tidak ada dosis radiasi yang dianggap aman. Pasalnya, berdasarkan penelitian, paparan radiasi menjadi pemicu kanker payudara. Jadi, batasilah diri Anda dari paparan radiasi medis dan tanyakan pada dokter Anda jika ada pemeriksaan alternatif lain yang tidak menggunakan radiasi, seperti ultrasound. Ini sangat penting khususnya bagi perempuan yang memiliki mutasi BRCA -gen kanker payudara- yang berusia di bawah 30 tahun, karena mereka hampir empat kali lipat berisiko mengidap kanker payudara.

3. Menghindari Bahan Kimia Perusak Hormon
Breast Cancer Fund mengatakan ilmu pengetahuan masih terlalu dini untuk memperkirakan risiko berdasarkan bahan kimia yang bisa merusak hormon dan pertumbuhan payudara akibat hormon tersebut. Membatasi pemakaian bahan seperti parabens dan wewangian sintetis mungkin akan membantu menjelaskan 50 persen kasus kanker payudara yang tidak diketahui faktor risiko lainnya.

Berikut beberapa cara untuk membatasi bahan kimia perusak hormon:
  • Memilih sampo, kondisioner, dan lain-lain yang bebas parabens dan wewangian sintetis yang bisa mengandung phthakates dan musk sintetis.
  • Mengindari makanan kaleng yang ada hubungannya dengan perusak hormon BPA.
  • Menggunakan produk-produk pembersih ramah lingkungan yang bebas alkylphenol dan wewangian sintetis serta memilih produk-produk dari perusahaan-perusahaan yang benar-benar menyebutkan seluruh kandungan bahan yang mereka pakai.
  • Memilih makanan organik, karena banyak jenis pestisida merupakan perusak hormon dan bisa terdapat di dalam makanan dan air tanah.
  • Membeli furnitur yang dibuat dari bahan-bahan seperti katun dan wool ketimbang dari busa polyurethane yang mudah terbakar, yang cenderung dipenuhi hormon yang merusak zat yang bisa memperlambat pembakaran.

4. Membatasi Terapi Pengganti Hormon Pascamenopause
Meski masih lama mengalami menopause, tetap perlu diingat bahwa membatasi terapi hormon pengganti bisa menurunkan risiko kanker payudara hingga 26 persen, khususnya dengan mencegah terapi gabungan estrogen-progesteron.

Sumber:SHNews.co.