Tes
darah diyakini dapat menunjukkan risiko perempuan terkena kanker
payudara 20 tahun lebih awal.
BOSTON
– Para ilmuwan Amerika Serikat percaya bahwa sebuah tes darah
sederhana dapat mengindikasikan risiko perempuan terkena kanker
payudara 20 tahun lebih awal. Keyakinan ini berpijak pada penemukan:
perempuan sepuh yang memiliki tingkat hormon seks tertentu berisiko
hingga dua kali lipat terkena penyakit tersebut dibandingkan mereka
yang tingkat hormonnya rendah.
Peneliti
dari Harvard Medical School dan Brigham and Women’s Hospital di
Boston, AS, menemukan bahwa perempuan yang paling berisiko adalah
yang memiliki estradiol tingkat tinggi. Mengutip Telegraph,
Kamis (18/10), estradiol merupakan bentuk utama dari hormon estrogen,
testosteron, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang
disebut DHEAS.
Nah,
tes tersebut, dapat digunakan bersama faktor-faktor lain, termasuk
sejarah kesehatan keluarga, untuk mengindentifikasi mereka yang
berisiko tinggi. Para ilmuwan menambahkan, para perempuan ini juga
dapat melakukan tes tambahan untuk pemeriksaan dini kanker atau
pengobatan untuk pencegahan.
Para
peneliti menyimpulkan penemuan mereka berdasarkan peninjauhan kembali
data kesehatan hampir 800 perempuan yang didiagnosa menderita kanker
payudara antara 1989 dan 2002. Semuanya telah mengalami menopause
ketika studi digelar pada 1989.
Para
relawan, bagian dari Nurses Health Study, semuanya sepakat untuk
melakukan tes darah dan dianalisis pada awal dan akhir proyek yang
berlangsung dua dekade ini. Para peneliti juga melihat tingkat hormon
pada hampir 1.600 perempuan dari kelompok studi yang sama, yang tidak
mengembangkan kanker payudara.
Dari
situ, peneliti menemukan perempuan yang tingkat hormon--estrogen,
testosteron, dan DHEAS--di atas 25 persen, lebih mungkin 50 sampai
107 persen terkena kanker payudara dibandingkan mereka yang di bawah
25 persen.
Menurut
Dr. Xuehong Zhang, ahli epidemiologi, penemuan menyarankan bahwa
melihat kadar hormon dapat "secara substansial meningkatkan
kemampuan kita untuk mengidentifikasi perempuan berisiko tinggi yang
akan disempurnakan oleh skrining atau chemoprevention--(pengobatan
pencegahan-Red)."
Tim
juga menemukan kaitan antara perempuan dengan level tinggi tiga
hormon tadi dengan kanker payudara yang lebih agresif, baik yang
kambuh atau menyebabkan kematian. Selain itu, mereka juga menemukan
hormon individu tertentu ada hubungan pula dengan jenis kanker
payudara tertentu.
Para
peneliti menambahkan, perempuan dengan tingkat estradiol yang lebih
tinggi lebih rentan terhadap reseptor hormon positif kanker payudara,
seperti juga mereka yang memiliki testosteron level tinggi.
Sumber:SHNews.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar