Kamis, 28 Februari 2013

Minyak Ikan Mencegah Kanker Kulit

Minyak mengurangi setengah dampak sinar matahari pada sistem kekebalan tubuh.

Berjemur/www.groupon.co.uk
MANCHESTER – Jika Anda senang berjemur di bawah matahari, pil minyak ikan perlu menjadi sahabat Anda. Para peneliti dari Universitas Manchester Inggris menemukan bahwa asam lemak Omega-3 dalam minyak ikan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan kanker kulit dan infeksi.

Tim peneliti dari unit Photobiology di universitas tersebut mengklaim minyak ikan mengurangi setengah dampak sinar matahari pada sistem kekebalan tubuh. Ini pertama kalinya efek perlindungan dari Omega-3 yang biasa ditemukan dalam ikan dan minyak tumbuhan telah dibuktikan pada manusia, Daily Mail melaporkan Selasa (26/2).

Tertalu banyak terpapar radiasi ultraviolet dari matahari dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Hal ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan kanker kulit dan infeksi.
Ketua tim Profesor Lesley Rhodes yang juga bekerja untuk Salford Royal Hospital, menyebut temuan ini “sangat menarik”. Dia menambahkan, “Butuh beberapa tahun untuk sampai pada tahap ini.”

"Studi ini menambahkan bukti bahwa Omega-3 adalah nutrisi yang potensial untuk perlindungan terhadap kanker kulit," Profesor Rhodes menegaskan.

Meski seseorang mengkonsumsi minyak ikan dalam jumlah kecil, Omega-3 dapat mengurangi risiko kanker kulit selama masa hidup orang tersebut.

"Telah ada penelitian di areal ini pada tikus di masa silam, tapi ini adalah pertama kalinya percobaan klinis secara langsung pada manusia," para peneliti mengatakan dalam The American Journal of Clinical Nutrition.

Sebanyak 79 pasien yang sukarela mengikuti percobaan mengambil Omega-3 dosis 4gram--sekitar 1,5 bagian dari ikan berlemak--setiap hari, sebelum terpapar sinar musim panas siang hari di Manchester yang menggunakan mesin cahaya khusus. Para partisipan ini berjemur selama delapan menit, 15 atau 30 menit.

Sementara sejumlah pasien lain mengasup tablet bohongan sebelum terpapar panas dari mesin cahaya itu.

Penekanan terhadap sistem kekebalan tubuh adalah 50 persen lebih rendah pada orang yang mengambil suplemen minyak ikan dan terpapar sinar matahari selama delapan dan 15 menit ketimbang orang yang tidak mengasup suplemen tersebut.

Studi juga menemukan sedikit pengaruh minyak ikan terhadap kekebalan tubuh pada orang-orang dalam kelompok yang terpapar matahari selama setengah jam.

Minyak ikan telah terbukti pula memiliki efek kesehatan yang menguntungkan, seperti membantu mengatasi penyakit jantung.

Kini, tim Prof Rhodes sedang melanjutkan penelitian lebih lanjut tentang Omega-3 yang dilakukan pada sukarelawan sehat di Salford Royal Hospital.

Sekitar 100.000 kasus kanker kulit nonmelanoma didiagnosis di Inggris pada 2010, menurut angka terbaru yang tersedia. Data ini menggambarkan bahwa kanker kulit secara ekstrem begitu umum di sana.

Sumber: SHNews.co.

Rabu, 20 Februari 2013

Awas, Makanan Digoreng Bisa Memicu Kanker Prostat


Makan makanan yang digoreng sekali seminggu bisa meningkatkan risiko terkena kanker prostat.

LONDON - Laki-laki yang makan makanan yang digoreng lebih dari sekali dalam seminggu kemungkinan akan meningkatkan sepertiga risiko terkena kanker prostat.

Foto:teachinghighschoolpsychology.blogspot.com
Daily Mail, baru-baru ini melaporkan, hasil penelitian terbaru yang mengungkapkan bahwa makanan cepat saji seperti kentang goreng, ayam goreng, ikan goreng, dan donat kemungkinan berperan besar dalam membentuk penyakit yang agresif dan mematikan itu.

Meski beberapa penelitian sebelumnya telah menyatakan bahwa pola makan yang keliru bisa menyebabkan laki-laki mengalami kanker prostat, hasil penelitian ini merupakan indikasi pertama bahwa makanan yang digoreng dalam minyak yang banyak bisa menimbulkan bahaya besar bagi kesehatan.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Prostate, baru-baru ini, menemukan bahwa makan makanan yang digoreng setidaknya satu kali seminggu kemungkinan dapat meningkatkan risiko terkena kanker antara 30 sampai 37 persen dibandingkan laki-laki yang makan makanan digoreng kurang dari satu kali sebulan.

Setiap tahun, terjadi hampir 40.000 kasus kanker prostat di Inggris dan 10.000 laki-laki meninggal akibat kanker prostat, atau lebih dari satu orang meninggal setiap jamnya.

risiko terkena kanker prostat akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, laki-laki berusia lebih dari 50 tahun lebih berisiko mengalami tumor dan hal ini berkaitan erat dengan genetik.

Sama seperti kanker jenis lainnya, pola makan menjadi faktor utama dari berkembangnya penyakit ini.

Contohnya tahun lalu, sebuah penelitian menemukan bahwa pola makan yang kaya akan minyak ikan bisa menepis peluang seorang laki-laki meninggal akibat kanker prostat hingga 40 persen, kemungkinan karena minyak ikan mengandung sifat antikanker yang memperlambat pertumbuhan sel-sel ganas.

Beberapa penelitian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa makan makanan yang dimasak dalam suhu yang sangat tinggi, seperti daging panggang, bisa meningkatkan risiko berkembangnya tumor.

Namun melihat tingginya tingkat konsumsi makanan yang digoreng, temuan terakhir ini memberikan peringatan ada ancaman yang lebih besar terhadap kesehatan laki-laki yang mengonsumsi makanan jenis ini.

Di Inggris misalnya, pasar makanan cepat saji dan dibawa pulang diperkirakan mencapai lebih dari 9 miliar poundsterling dan terus berkembang rata-rata lima persen setiap tahunnya.

Sejumlah pakar di Fred Hutchinson Cancer Research Centre di Seattle menganalisa data dari dua penelitian yang melibatkan total 1.549 laki-laki yang didiagnosa mengidap kanker prostat dan 1.492 laki-laki lainnya yang memiliki usia dan profil sama yang berada dalam kondisi sehat.

Semua partisipan ini, yang berusia antara 35 hingga 74 tahun, mengisi daftar pertanyaan mengenai kebiasaan makan mereka secara detil.

Para peneliti kemudian membuat daftar faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kemungkinan laki-laki terkena kanker prostat, seperti berat badan, usia mereka, apakah mereka memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tersebut dan latar belakang ras mereka - mengingat tingkat penyakit ini lebih tinggi di kalangan masyarakat Afrika-Karibia.

Mereka kemudian dapat menghitung sejauh mana makan makan kentang goreng, ayam goreng atau donat setidaknya sekali seminggu mengakibatkan risiko kanker.

"Ini adalah studi pertama untuk melihat hubungan antara asupan makanan yang dogoreng dengan risiko kanker prostat," kata Dr Janet Stanford, yang memimpin penelitian tersebut.

"Kaitan ini tampaknya terbatas pada tingkat tertinggi mengonsumsi makanan yang digoreng - yang didefinisikan dalam penelitian kami dengan lebih dari sekali seminggu."

"Ini menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang digoreng secara teratur menimbulkan risiko tertentu yang bisa mengakibatkan berkembangnya kanker prostat."

Alasan sesungguhnya mengapa makanan favorit seperti kentang goreng dan ayam goreng bisa memperburuk risiko kanker hingga kini masih belum jelas benar.

Satu teori mengatakan bahwa ketika minyak goreng dipanaskan hingga temperatur tertentu yang diperlukan untuk menggoreng makanan, maka senyawa karsinogenik berpotensi untuk terbentuk di dalam makanan tersebut.

Makanan yang dogoreng juga berpotensi sangat tinggi untuk menciptakan senyawa berbahaya yang disebut produk akhir glikation lanjutan (Advanced Glycation Endproducts/AGE). Senyawa ini dihubungkan dapat menyebabkan peradangan dan degradasi sel seperti kanker di dalam tubuh.

Daging dada ayam yang digoreng selama 20 menit mengandung sembilan kali lipat lebih banyak dari senyawa berbahaya ini dibandingkan dengan dada ayam yang direbus selama satu jam.

Cancer Research Inggris mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan secara pasti bahwa ada kaitan antara makanan yang digoreng dengan kanker prostat.

"Jelas bahwa pola makan sehat adalah banyak makan buah, sayur, dan serat dan sedikit daging merah dan garam adalah lebih baik bagi kesehatan secara keseluruhan dibandingkan satu paket penuh makanan cepat saji yang berminyak," kata Oliver Childs, pejabat senior komunikasi iptek di Cancer Research Inggris.

"Namun dari penelitian ini saja, kami tidak bisa memastikan apakah ada kaitan antara makanan yang digoreng dengan kanker prostat."

"Meski penelitian ini mengindikasikan sedikit kaitan antara makan makanan yang digoreng secara teratur dengan meningkatnya risiko kanker prostat, hasilnya tergantung pada pertanyaan yang diajukan terhadap para laki-laki ini untuk mengingat sesering apa mereka makan makanan yang digoreng selama tiga hingga lima tahun sebelumnya," ujar Dr Iain Frame, Direktur Riset di Prostate Cancer Inggris.

Sumber: SHNews.co.

Senin, 18 Februari 2013

Ribuan Kematian Kanker Akibat Alkohol

Setiap tahun ribuan perempuan meninggal dunia akibat kanker payudara karena minuman keras.
 
Foto:www.smh.com.au


BOSTON– Risiko terserang kanker payudara dari minuman keras, bahkan dari jumlah kecil alkohol, sering diabaikan perempuan. Namun, gara-gara inilah ribuan perempuan mati sia-sia setiap tahun, menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Public Health, baru-baru ini.

Mereguk kurang dari dua gelas minum keras setiap hari meningkatkan risiko terkena kanker, dokter memperingatkan, setelah menemukan bahwa konsumsi dalam jumlah normal terkait dengan hampir sepertiga kanker akibat alkohol.

Penulis utama penelitian terbaru, Dr Timothy Naimi dari Departemen Kedokteran Boston (BUSM), AS, menemukan bahwa alkohol menyebabkan sekitar 20.000 kematian akibat kanker setiap tahun di Amerika. Angka ini mencapai sekitar 3,5 persen dari semua kematian akibat kanker di AS.

Studi ini makin memperkokoh bukti bahwa Alkohol merupakan salah satu penyebab utama kanker. Sayangnya, hanya segelintir orang yang menyadari bahwa minum sedikit alkohol saja sudah membuat mereka berisiko, peneliti AS mengatakan.
Tim peneliti dari peneliti dari (BUSM) dan Boston University School of Public Health menemukan: 3,5 persen kematian akibat kanker dapat dikaitkan dengan alkohol. Hubungan antara alkohol dan kanker payudara khususnya, yang paling sering diabaikan, kata peneliti. Namun, minuman keras diduga menyebabkan 15 persen kematian akibat penyakit tersebut.

Alkohol sendiri digolongkan sebagai salah satu zat yang paling karsinogenik oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada 1988 dan terutama terkait dengan kanker tenggorokan, mulut, dan hati.

Prof Mark Bellis, Direktur Pusat Kesehatan Masyarakat di Liverpool John Moores University telah menghitung berapa banyak orang yang meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan alkohol di Inggris. Dia mengatakan data terbarunya menunjukkan bahwa kanker adalah penyumbang terbesar kematian terkait alkohol dan bertanggung jawab atas 9.000 kematian akibat kanker per tahun, sebanyak 1.500 di antaranya dari kanker payudara.

Karenanya dia menyerukan agar peringatan bahaya kanker wajib dicetak pada semua produk alkohol. Menurut dia, salah jika orang-orang membeli alkohol tanpa mengetahui risikonya.

"Tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman dalam hal risiko kanker. Setiap orang harus tahu apakah sebuah zat membawa semacam risiko. Poster seharusnya tidak mengatakan 'minumlah secara bertanggung jawab' mereka harus mengatakan sesuatu tentang risiko kesehatan, khususnya kanker," dia mengatakan pada Daily Telegraph.

Prof Bellis berpendapat pesan tentang bahaya alkohol telah bercampur dengan kepercayaan banyak orang bahwa minuman keras pada tingkat rendah baik untuk jantung.

Meski begitu, dia mengatakan: "Efek perlindungan hanya terbatas untuk kelompok usia tua dan minum lebih dari setengah gelas anggur malam hari tidak ada gunanya. Jika seseorang menghadapi malam yang berat, minum sebotol anggur di malam hari, sebulan sekali saja, sudah melenyapkan semua manfaat kesehatan.”

"Langkah kebanyakan orang menenggak minuman keras sama sekali tidak memberikan manfaat kesehatan sama sekali,” kata dia. "Kita perlu mengatasi efek berbahaya dari alkohol dalam cara yang sama seperti tembakau.Adalah hak mendasar bahwa orang-orang seharusnya tahu alkohol menyebabkan kanker," ujar Prof Bellis.

Sebuah studi di Inggris pada 2011 memperlihatkan bahwa empat persen dari semua kasus kanker disebabkan oleh alkohol atau sekitar 12.500 setiap tahun. Penelitian ini mengungkapkan pula bahwa kanker payudara adalah penyebab paling umum dari kematian akibat alkohol pada perempuan. Ada sekitar 6.000 kematian setiap tahun atau sekitar 15 persen dari semua kematian kanker payudara.

Kanker mulut, tenggorokan, dan esophagus adalah penyebab umum dari kematian kanker pada pria yang dihubungkan dengan alkohol, total sekitar 6.000 kematian setiap tahun. Para peneliti juga menemukan bahwa setiap kematian kanker yang berhubungan dengan alkohol menyebabkan rata-rata 18 tahun kehidupan yang berpotensi hilang.

Tambahan pula, meskipun konsumsi alkohol tingkat tinggi menyebabkan risiko kanker yang lebih tinggi, konsumsi rata-rata 1,5 minuman keras per hari atau kurang, menyumbang 30 persen dari semua kematian akibat kanker yang terkait dengan alkohol.

"Hubungan antara alkohol dan kanker kuat, tetapi secara luas tidak dipandang penting oleh masyarakat dan tetap diremehkan, bahkan oleh dokter,” ujar Dr Naimi. Padahal, "Alkohol adalah faktor risiko besar kanker yang dapat dicegah yang telah bersembunyi di depan mata."

Sumber : SHNews.co.

Senin, 11 Februari 2013

Stres Pekerjaan Tak Terkait Risiko Kanker

 
Foto:work-healthypattern.com.
 
Peneliti Eropa tidak menemukan kaitan antara stres pekerjaan dan peningkatan risiko kanker.

JAKARTA – Ini kabar baik: orang yang biasa stres karena pekerjaan bisa menarik napas lega sekarang. Studi baru dari peneliti Eropa mengungkapkan bahwa semua stres karena pekerjaan tidak meningkatkan risiko kanker.

Para peneliti menganalisis informasi dari 12 studi yang diterbitkan sebelumnya, melibatkan lebih dari 116.000 orang yang bekerja di Finlandia, Prancis, Belanda, Swedia, Denmark, dan Inggris. Peserta penelitian yang berada di kisaran usia 17-70 tahun ini, dinilai tingkat tuntutan mental pekerjaan mereka serta jumlah kontrol mereka di tempat kerja.

Dalam British Medical Journal (BMJ) edisi Februari, mengutip LiveScience, para penulis mengungkapkan penentuan diagnosa kanker dengan memeriksa catatan rumah sakit dan kematian. Selama masa studi 12 tahun, sebanyak 5.765 orang mengembangkan kanker kolorektal (usus besar), paru-paru, payudara atau kanker prostat.

Namun, peneliti tidak menemukan hubungan antara tekanan kerja tingkat tinggi (yang didefinisikan sebagai tuntutan tinggi di tempat kerja dengan kontrol yang rendah) dan risiko kanker terhadap para partisipan secara keseluruhan. Juga tidak ada kaitan yang ditemukan antara stres pekerjaan dan empat jenis kanker tersebut.

Para peneliti memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara stres mental dan risiko kanker, termasuk usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status sosial ekonomi (berdasarkan jabatan pekerjaan atau tingkat pendidikan), dan merokok serta asupan alkohol.

"Meskipun mengurangi stres pekerjaan pasti akan meningkatkan kesejahteraan psikologis dan fisik pekerja perorangan juga populasi pekerja, itu tidak mungkin memiliki dampak penting terhadap beban kanker pada tingkat populasi," para peneliti menulis.

Stres mental dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh, yang pada gilirannya mungkin memainkan peran dalam perkembangan kanker, kata para peneliti. Tapi, pencarian sebelumnya untuk hubungan antara stres dan kanker tidak meyakinkan. Sebaliknya, penelitian-penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara stres kerja dan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.

Studi baru ini tidak membahas tekanan mental akibat penyebab lain, sebut saja peristiwa dalam kehidupan yang penuh stres atau ketidakamanan kerja, yang mungkin terkait dengan kanker. Peneliti juga tidak menilai apakah stres kerja terkait dengan risiko jenis-jenis kanker tadi. Penelitian ini tidak menilai pula durasi stres kerja. Artinya, tidak tertutup kemungkinan paparan stres kerja jangka panjang juga dapat mempengaruhi risiko kanker. 

Sumber:SHNews.co.

Senin, 04 Februari 2013

Pada Kanker, Mereka Tak Menyerah

Para survivor kanker tak butuh dikasihani, mereka lebih butuh diterima kembali secara tak berbeda.

JAKARTA - “Panggil saja saya Mimi. Saya lebih suka dipanggil begitu oleh orang-orang yang lebih muda. Biar tak berjarak.” Ini kalimat perkenalan dari seorang perempuan separuh baya yang menyambut kami di halaman rumahnya di kawasan Rawamangun.


Mimi (kaos pink) berlatih teater/SH/Job Palar

Di masa mudanya, Mimi adalah seorang penari yang juga jago menyanyi. Jejak-jejak kejayaannya tersisa di postur tubuhnya yang langsing, jalannya yang tegap, suaranya yang lantang, dan wajahnya yang memancarkan rasa percaya diri yang kuat.

Mimi, atau orang mengenalnya sebagai Laksmi Notokusumo, kini tidak bisa lagi menyanyi selantang dulu. Ia sudah kehilangan kemampuan menjangkau nada dalam rentang satu oktaf. Itu karena ia telah menjalani operasi karena kanker payudara. Usianya sudah 65 tahun, rambutnya putih semua, dan dipangkas pendek, mirip laki-laki.

Dulu, rambutnya pernah hilang sama sekali. Plontos tanpa sisa. Tapi semangatnya tak hilang. Berbicara dengannya, sama sekali tak ada terlintas bayangan bahwa ia adalah seorang survivor kanker. Sebaliknya, Mimi begitu bersemangat dalam berbicara. Semangat itulah yang coba ia tularkan kepada sesama survivor kanker lewat kesenian. Ia melatih teater dan juga tari untuk mereka.

Teras belakang rumahnya mirip sebuah panggung kecil. Berlantai kayu dan beberapa sentimeter lebih tinggi dari lantai di dalam rumah. Ada dua perempuan dan seorang laki-laki di sana tengah melatih dialog. Tuti dan Tauria juga survivor kanker.

Tuti telah kehilangan satu payudara sebelah kirinya. Dengan ringan, ia menyebut dirinya “WTS” atau Wanita Tetek Satu. Usianya 47 tahun. Ia baru kehilangan salah satu bagian tubuh kebanggaannya itu sejak Agustus 2010.

Seperti Mimi, Tuti juga tak terlihat murung. Ia bergerak lincah layaknya perempuan sehat. Padahal, lengan kanannya selalu dibebat perban agar tak menanggung beban secara berlebihan. Ia bahkan tak menutupi kekurangan satu payudaranya. Ia tak berusaha menggunakan sumpal apa pun di balik kutangnya untuk membuatnya terlihat seperti normal. Ia sudah berdamai dengan keadaannya.

Selain Tuti dan Tauria, Bambang Ismantoro, atau mereka memanggilnya Bei, juga ikut berlatih. Padahal, dia bukan survivor kanker. Namun, kanker bukan penyakit yang jauh darinya. Ibunya menderita kanker kelenjar getah bening.

Ia ikut dalam Cancer Information and Support Center (CISC) yang bergerak di bidang penyuluhan, pembimbingan, dan pendampingan pasien kanker. Di lembaga ini, tak cuma survivor yang bisa berpartisipasi. Simpatisan seperti Bei pun banyak di sana. Rata-rata pernah memiliki pengalaman pahit dengan kanker sehingga kehilangan orang-orang yang mereka kasihi.

Kata Mimi, mereka akan tampil dalam sebuah festival kesenian di London School, akhir Februari ini. “Ini sebagai salah satu cara untuk meyakinkan dan mengembalikan para survivor ke publik,” katanya. Mereka juga pernah tampil di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, dalam ajang festival monolog. Di sana, mereka dinilai oleh aktor-aktor panggung ternama.

Pada waktu latihan, yang datang cuma sedikit. Begitu manggung, 20 orang mau ikut tampil. Para juri tanya bagaimana kami akan menilainya. Tapi saya bilang nggak penting. Yang penting mereka ketemu artis, diapresiasi artis. Yang penting mereka merasa diterima kembali,” kata Mimi.

Tak Berbeda
Merasa diterima kembali, itu kata-kata kunci bagi Mimi dalam melatih rekan-rekannya. Ia ingin mereka bisa kembali ke masyarakat tanpa dipandang berbeda ataupun diberi pandangan atau perlakuan belas kasihan.

Ada kesalahan sistem atau pola pikir. Masyarakat kita justru memupuk rasa kasihan kepada para survivor. Padahal, apa yang saya pernah pelajari di Jerman, tak boleh dikasihani. Mereka harus dikembalikan, diberi kepercayaan bahwa kita itu survivor, tapi sekarang ini kita harus kembali ke masyarakat, bahkan dengan kekurangan harus tunjukkan kelebihan. Sama lah dengan yang lain,” tutur Mimi panjang lebar.

Mimi bercerita ia pernah diajak almarhum Harry Roesli menghadiri lokakarya seni membantu mengembalikan fisik dan psikis mantan penderita CA dan AIDS, pada 1990-an. Pembicaranya Doctor Von Schwind dari Jerman. Waktu itu, ia belum menjalani operasi. Tapi, sudah pernah dibiopsi pada 1978 karena ditemukan lima benjolan di kedua payudaranya. Lokakarya itu membahas bagaimana kesenian bisa mengembalikan mental psikis penderita AIDS dan kanker.

Berbekal pengetahuan itu, Mimi yakin kesenian memang bisa mengembalikan kemampuan motorik para survivor kanker yang telah didera bermacam-macam obat-obatan dan terapi kimia. Ketika diminta Aryanthi Baramuli, Ketua Umum CSIC saat ia bergabung pada 2010, mengajar teater untuk para survivor, ia menyambutnya dengan antusias. “Bukan menampilkan operetnya yang penting, tapi bagaimana mereka bisa merasa diterima kembali,” kata Mimi.

Namun, meyakinkan para survivor itu tidak mudah. Kenyataannya, yang ikut berlatih sangat sedikit. Tapi, Mimi punya keyakinan. Diam-diam ia menyimpan file bahwa yang ikut berlatih ternyata mengalami perkembangan yang sangat besar. Dulu, mereka mengambil barang lalu disuruh mengembalikan ke tempat semula, sulit sekali. “Sekarang, bahkan mereka sudah bisa berdansa. Saya saja kalah,” kata Mimi.

Mimi tak ingin mengatakan semua itu karena dia semata. Tapi, dia yakin latihan-latihan teater yang dijalani rekan-rekannya memiliki andil besar dalam perkembangan itu. “Karena secara mental, semua unsur terhidupkan. Itu yang membuat saya percaya. Latihan-latihan semacam ini di Jerman dan di Amerika sudah biasa untuk memulihkan kembali kemampuan motorik pasien kanker,” katanya.

Di Amerika, kata Mimi, para survivor malah bermain film bersama Angelina Jolie. Sementara di Jerman, mereka memang tidak lagi memanggil dokter. “Karena apa? Kalau dokter ya, sama saja kesannya dengan berobat. Pergi saja ke psikolog. Yang perlu justru rasa berbagi. Saya bisa karena saya orang teater, saya orang tari. Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang,” ujarnya.

Tak hanya menari dan berteater, Mimi juga mengajak teman-temannya untuk menjahit dan membuat tas perca untuk dijual. Hasilnya? Tak cuma dapat menambah penghasilan, mereka juga diterima kembali dalam masyarakat.

Bahkan, seorang suami yang telah meninggalkan seorang survivor kanker kembali lagi setelah tahu istrinya sudah mulai menjahit lagi. “It's only about patchwork, perca. Namun, hasilnya luar biasa,” tuturnya.

Sumber: SHNews.co

Minggu, 03 Februari 2013

Olivia Culpo Dukung Pencegahan Kanker Payudara


Miss Universe 2013 Olivia Culpo gencar kampanye kesadaran tentang kanker payudara sejak menjadi Miss USA.

Miss Universe 2012 Olivia Culpo/indiatoday.intoday.in
JAKARTA - Miss Universe 2012, Olivia Culpo sejak menjadi Miss USA telah giat melakukan kampanye memerangi kanker payudara di Amerika. Kegiatan tersebut menurut Culpo akan terus dilanjutkan sebagai salah satu misi Miss Universe.

Hal tersebut disampaikan Culpo pada acara di ballroom Puri Agung, hotel Grand Sahid Jaya dalam acara Gala Charity Dinner yang bertajuk "Kepedulian dan Berbagi Cinta", Sabtu (2/2/2013). Acara tersebut menjadi malam pengumpulan donasi yang disalurkan ke Yayasan Kanker Payudara Jakarta.

Gala Charity dinner Hal tersebut dibuktikan dengan turut berpartisipasinya Miss Olivia Culpo pada acara malam amal, yang digelar di malam tadi. Kedatangan Culpo ke Indonesia merupakan perjalanan resmi pertamanya keluar negeri sebagai Miss Universe. Bagi dirinya pribadi, perjalanannya ke Indonesia juga merupakan pertama kalinya ia berkunjung ke Asia.

Dalam acara tersebut, Olivia Culpo mengekspresikan rasa bahagia karena dapat berpartisipasi pada malam donasi kepada Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ).

"Kampanye memerangi kanker payudara di Amerika Serikat sudah saya lakukan sejak menjadi Miss USA dan akan terus saya lanjutkan sebagai salah satu misi Miss Universe," jelasnya.

Ia mengaku kesempatan memberikan donasi pada mereka yang menderita kanker payudara merupakan suatu hal berharga
baginya.

"Bagi anak muda seperti saya, merupakan sebuah kehormatan untuk dapat berkunjung ke Indonesia dan berpartisipasi dalam kampanye memerangi kanker payudara," ucap gadis berusia 20 tahun tersebut.

Gala Charity Dinner dibuka dengan sambutan oleh Jeremy M. Cooper selaku GM Hotel Grand Sahid Jaya, lalu disusul dengan pembukaan dari Linda Gumelar selaku Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kegiatan ini menurut Jeremy demi mendukung komitmen hotel Grand Sahid Jaya Jakarta dan tanggung jawab sosial kepada Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ) yang sangat didukung Olivia Culpo. Yayasan ini tak hanya peduli pada orang-orang yang menderita kanker payudara, tetapi juga peduli pada pencegahan dan deteksi dini kanker payudara.

"Merupakan suatu kebanggaan bisa menjadi tuan rumah bagi tamu kehormatan Miss Universe, Olivia Culpo. Grand Sahid Jaya Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ) berupaya membantu penderita kanker, mencegah, dan mendeteksi dini. Dan ini merupakan aktivitas CSR (Corporate Social Responsibilty) yang akan terus dilakukan secara berkesinambungan sebagai bagian dari kepedulian pertanggunjawaban sosial," terang Otniel Aldi Abel selaku Department Head of Public Relations di Grand Sahid Jaya Jakarta.

Turut hadir pada malam amal tersebut adalah Puteri Indonesia 2013 asal Sumatera Barat yang baru terpilih, Whulandary Herman, Prof DR H Sukmadani Sahid Gitosardjono, Chairman & President Sahid Group beserta isteri.

Hotel Grand Sahid Jaya merupakan hotel berbintang lima.Terletak di Jl.Jendral Sudirman yang merupakan lokasi segitiga emas yang yang paling strategis. Dengan 700 kamar dan suite Grand Sahid Jaya Hotel menawarkan perpaduan unik internasional dan seni tradisional. Grand Sahid Jaya mengadopsi gaya pelayanan yang hangat dan tulus, merupakan pesona nilai perpaduan tradisional.

Sumber: SHNews.co.