Peneliti AS
menunjukkan orang yang mendengkur berisiko lebih tinggi meninggal
dunia lantaran kanker.
(Dok:reviews.com) |
JAKARTA –
Mendengkur tidak saja mengganggu pasangan atau orang yang tidur di
sebelah Anda. Mengorok juga membawa Anda pada risiko kesehatan yang
perlu mendapat perhatian.
Mengutip
Daily Mail, Senin
(21/5), para peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, menemukan orang
yang mendengkur berisiko lebih tinggi meninggal dunia karena kanker.
Berdasarkan
kajian tidur terhadap 1.522 orang selama 22 tahun, peneliti menemukan
dengkuran halus 0,1 lebih mungkin meninggal akibat kanker
dibandingkan mereka yang tidak mendengkur. Tapi, orang yang mengorok
dengan suara sedang dua kali lebih mungkin meninggal dunia karena
kanker. Sedangkan, pendengkur berat meningkatkan risiko kematian
akibat kanker hingga 4,8 kali.
Sebelumnya
tes laboratorium pada tikus telah menunjukkan bahwa kelaparan
oksigen—yang dapat disebabkan oleh mendengkur-- mempromosikan
pertumbuhan tumor.
"Konsistensi
bukti dari percobaan hewan dan bukti baru pada manusia sangat
menarik,” ucap Dr. Javier Nieto yang memimpin studi baru ini.
Sebagian udara terhambat (Dok:21stcenturydental.com) |
Mendengkur
adalah gangguan tidur dalam bentuk napas berhenti lebih dari 10 detik
karena saluran napas tertutup atau menyempit atau sering disebut
apnea. Saluran napas
tertutup atau menyempit karena lidah turun dan otot serta jaringan
lunak saluran pernafasan mengendur.
Dia
menambahkan, “Yang kita lakukan adalah studi pertama yang
menunjukkan hubungan antara gangguan pernapasan saat tidur (SDB) dan
kenaikan risiko kematian karena kanker dalam sampel berbasis
populasi.
"Jika
hubungan antara SDB dan kematian karena kanker divalidasi dalam studi
lebih lanjut, diagnosis dan pengobatan SDB pada pasien dengan kanker
mungkin diindikasikan untuk memperpanjang kelangsungan hidup,"
Dr. Nieto menambahkan.
Penemuan ini
dipresentasikan pada konferensi internasional American Thoracic
Society di San Francisco. Temuan ini juga akan diterbitkan dalam
American Journal of Medicine Respiratory
Critical Care.
Para ilmuwan
membuat penyesuaian untuk memperhitungkan faktor termasuk merokok,
jenis kelamin usia, dan berat badan.
Yang
mengejutkan dari studi ini adalah hubungan antara mengorok dan kanker
tersebut lebih kuat atas pasien yang tidak gemuk atau nonobesitas.
Gema temuan
pada tikus ini menunjukkan bahwa efek dari kekurangan oksigen pada
pertumbuhan kanker secara signifikan lebih jelas pada hewan yang
kurus.
Sumber: SHNews.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar