Sabtu, 26 Mei 2012

Mendengkur Berisiko Kanker


Peneliti AS menunjukkan orang yang mendengkur berisiko lebih tinggi meninggal dunia lantaran kanker.

(Dok:reviews.com)
JAKARTA – Mendengkur tidak saja mengganggu pasangan atau orang yang tidur di sebelah Anda. Mengorok juga membawa Anda pada risiko kesehatan yang perlu mendapat perhatian.

Mengutip Daily Mail, Senin (21/5), para peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, menemukan orang yang mendengkur berisiko lebih tinggi meninggal dunia karena kanker.

Berdasarkan kajian tidur terhadap 1.522 orang selama 22 tahun, peneliti menemukan dengkuran halus 0,1 lebih mungkin meninggal akibat kanker dibandingkan mereka yang tidak mendengkur. Tapi, orang yang mengorok dengan suara sedang dua kali lebih mungkin meninggal dunia karena kanker. Sedangkan, pendengkur berat meningkatkan risiko kematian akibat kanker hingga 4,8 kali.

Sebelumnya tes laboratorium pada tikus telah menunjukkan bahwa kelaparan oksigen—yang dapat disebabkan oleh mendengkur-- mempromosikan pertumbuhan tumor.

"Konsistensi bukti dari percobaan hewan dan bukti baru pada manusia sangat menarik,” ucap Dr. Javier Nieto yang memimpin studi baru ini.

Sebagian udara  terhambat (Dok:21stcenturydental.com)
Mendengkur adalah gangguan tidur dalam bentuk napas berhenti lebih dari 10 detik karena saluran napas tertutup atau menyempit atau sering disebut apnea. Saluran napas tertutup atau menyempit karena lidah turun dan otot serta jaringan lunak saluran pernafasan mengendur.

Dia menambahkan, “Yang kita lakukan adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan antara gangguan pernapasan saat tidur (SDB) dan kenaikan risiko kematian karena kanker dalam sampel berbasis populasi.

"Jika hubungan antara SDB dan kematian karena kanker divalidasi dalam studi lebih lanjut, diagnosis dan pengobatan SDB pada pasien dengan kanker mungkin diindikasikan untuk memperpanjang kelangsungan hidup," Dr. Nieto menambahkan.

Penemuan ini dipresentasikan pada konferensi internasional American Thoracic Society di San Francisco. Temuan ini juga akan diterbitkan dalam American Journal of Medicine Respiratory Critical Care.

Para ilmuwan membuat penyesuaian untuk memperhitungkan faktor termasuk merokok, jenis kelamin usia, dan berat badan.

Yang mengejutkan dari studi ini adalah hubungan antara mengorok dan kanker tersebut lebih kuat atas pasien yang tidak gemuk atau nonobesitas.

Gema temuan pada tikus ini menunjukkan bahwa efek dari kekurangan oksigen pada pertumbuhan kanker secara signifikan lebih jelas pada hewan yang kurus.

Sumber: SHNews.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar