Minggu, 27 Mei 2012

Sigmoidoskopi untuk Kanker Usus


Studi: sigmoidoscopy fleksibel, sederhana, dan murah dapat mengurangi risiko kanker usus besar.

JAKARTA – Satu lagu studi baru yang membawa harapan bagi para penderita kanker usus besar. Penelitian baru menemukan sebuah pemeriksaan sederhana lagi murah di bagian bawah usus dapat memotong risiko terkena kanker usus besar atau sekarat karena penyakit tersebut.

(Foto/Dokfunnyshirtz.info)
Selama ini, banyak dokter menyarankan tes lengkap, colonoskopy. Tetapi, tidak sedikit pasien yang menolak dengan alasan mahal dan tidak menyenangkan.

Nah, studi baru ini, seperti dilaporkan AP, Senin (21/5), menunjukkan tes sederhana yang lebih fleksibel yang disebut sigmoidoscopy, bisa menjadi pilihan yang baik. Meski tampaknya seperti mamogram, yakni pemeriksaan hanya satu payudara, para ahli mengatakan bahwa bahkan pemeriksaan usus parsial lebih baik daripada tidak sama sekali.

Sigmoidoscopy adalah pemeriksaan dengan alat berupa kabel seperti kabel kopling yang memiliki alat penunjuk dengan cahaya di ujungnya dan bisa diteropong. Sigmoidoscope dimasukkan melalui lubang dubur ke dalam rektum sampai kolon hingga dapat melihat dinding dalam rektum dan kolon. Bila ditemukan polip, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan keganasannya.

Disebutkan, pemeriksaan ini “adalah salah satu tes terbaik yang dapat dilakukan.”

Penelitian ini dipublikasikan secara online oleh New England Journal of Medicine, Senin, mengutip FoxNews.com, dan akan dipresentasikan dalam konferensi penyakit pencernaan di San Diego, Amerika Serikat.

Kanker kolorektal adalah penyebab utama kedua kematian akibat kanker di Amerika Serikat dan ke-empat di seluruh dunia. Diperkirakan ada lebih dari 143.000 kasus baru dan 52.000 kematian akibat kanker usus besar di AS saja.

Orang berusia 50 sampai 75 tahun yang rata-rata berisiko kanker usus besar dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan, tetapi hanya 60 persen yang melakukan itu. Penasihat Pemerintah merekomendasikan salah satu dari tiga metode: tes tinja darah tahunan, sigmoidoskopi setiap lima tahun plus tes tinja setiap tiga tahun, atau kolonoskopi sekali dalam delapan tahun.

Dalam kolonoskopi, sebuah tabung tipis dengan kamera kecil mengeker melalui usus besar. Alat ini dapat menghapus atau memeriksa kanker. Pasien dibius dahulu, tetapi perlu banyak minum sehari sebelumnya untuk membersihkan usus.

Sigmoidoskopi bukan pilihan yang populer di Negeri Paman Sam, tetapi paling sering digunakan di Inggris. Alat ini juga menggunakan tabung tipis dengan kamera kecil yang bisa dilakukan di ruangan praktik dokter biasa dengan persiapan yang jauh lebih sederhana. Biayanya berkisar $150 sampai $300. Bandingkan dengan ongkos kolonoskopi yang menguras kantong $1.000 sampai $2.000.

Sigmoidoskopi punya satu kelemahan: dilakukan tanpa anestesi. Tes ini biasanya tidak menyakitkan, tetapi pasien merasa kram dan beberapa ketidaknyamanan, kata Dr. Durado Brooks, ahli kanker usus besar dari American Cancer Society.

Polip di kolon (Dok:WebMD.com)
Alat ini juga hanya melihat sepertiga bagian bawah usus besar, “tapi itu adalah wilayah yang menjadi tempat berkembangnya setengah polip dan kanker,” ujar Brooks.

Studi baru, yang dipimpin oleh Dr. Robert Schoen dari University of Pittsburgh Medical Center, menguji seberapa baik kerja sigmoidoskopi.

Dari 1993 sampai 2001, sekitar 155.000 orang berusia 55 sampai 75 tahun ditugaskan melakukan pengujian lingkup sederhana pada awal penelitian dan perawatan tiga sampai lima tahun kemudian atau melakukan skrining biasa dengan cara apa pun sesuai keinginan mereka atau dokter mereka. Setiap pasien yang menunjukkan hasil yang mencurigakan segera dikirim untuk kolonoskopi.

Setelah masa tindak lanjut sekitar 12 tahun, ada 21 persen lebih sedikit kasus kanker usus besar dan 26 persen kematian yang lebih sedikit dari kelompok yang ditugaskan menjalani sigmoidoskopi.

Dari pasien kanker dalam kelompok itu, sebanyak 243 kasus tertangkap oleh sigmoidoskopi (banyak lainnya ditemukan karena gejala atau tes lain).

Para peneliti memperkirakan bahwa 97 lebih kanker akan terdeteksi melalui kolonoskopi sebagai metode skrining utama, bukan ujian lingkup sederhana, kata Dr Christine Berg, salah satu pemimpin penelitian yang juga Kepala Penelitian Deteksi Dini di National Cancer Institute, yang mensponsori studi.

"Pendapat saya adalah bahwa tidak ada keraguan bahwa kolonokcopi akan lebih baik dalam mendeteksi kanker lebih total," kata dia. "Sebuah sigmoidoskopi dapat digunakan dalam situasi ketika orang takut melakukan persiapan usus atau ketika anestesi adalah risikonya,” dia menambahkan.

Dalam studi tersebut, sekitar setengah dari kelompok yang ditugaskan melakoni perawatan biasa akhirnya melakukan beberapa pemeriksaan kanker juga. Itu jauh dari harapan pemimpin studi dan bisa mengurangi manfaat sebenarnya dari sigmoidoskopi dalam kelompok skrining, Dr John Inadomi dari University of Washington di Seattle menulis dalam sebuah editorial di jurnal medis.

Pilihan tes yang diambil pasien harus dihormati, dia menambahkan. “Dalam hal ini, tes terbaik adalah tes yang bisa dilakukan.”

Sumber: SHNews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar